Mudik merupakan tradisi orang Indonesia ketika menjelang hari raya
besar. Nggak hanya lebaran, hari besar lain pun kurang lengkap jika tanpa
mudik. Tujuannya apalagi kalau bukan untuk berkumpul dengan keluarga atau kawan
lama. Rantau kids can relate #RIPEnglish Kalau kalian mudik ke mana?
Terlahir dari keluarga yang
berasal dari pulau seberang, Papa Sumatera dan Mama dari Sulawesi, membuat gue
familiar dengan tradisi ini. Biasanya hampir setiap tahun kami selalu balik ke
Sekayu, Sumatera Selatan. Kalau naik mobil pribadi, biasanya dapat ditempuh
selama 24 jam lebih. Oh iya, untuk menyebrang juga pastinya naik kapal ferry
dari Pelabuhan Merak. Jadi tergantung seberapa cepat kami dapat giliran masuk
ke dalam kapal. Meskipun harus menempuh perjalanan panjang untuk tiba di
kampung halaman, kami sekeluarga selalu menikmati perjalanan mudik ini.
Namun tahun ini agak sedikit
berbeda. Bulan Ramadhan tinggal meghitung hari dan artinya lebaran pun akan
segera tiba. Nggak ada persiapan mudik sama sekali. Padahal sedari tahun lalu,
Papa sudah merengek minta mudik karena memang sudah lebih dari tiga tahun kami
nggak pulang kampung. Gue dan adik gue pun berjanji akan mudik tahun ini. Apa
daya tiba-tiba wabah covid-19 merebak di seluruh penjuru dunia, tak terkecuali
Indonesia. Jadi terpaksa kami menunda rencana mudik lagi.
Baru-baru ini pemerintah
menghimbau rakyat Indonesia untuk berpergian keluar rumah, termasuk mudik.
Sebab dikhawatirkan penyebaran virus corona makin merajalela kalau kita
berpergian. Sementara ini korban yang
mengidap virus ini berpusat di kota-kota besar seperti Jabodatabek. Nah, kalian
tahu sendiri kan bahwa orang-orang yang akan mudik ini juga berasal dari
kota-kota besar. Jangan sampai keluarga di kampong halaman terkena dampaknya.
Tidak Mudik = Bantu Stop Penyebaran Covid-19
Mudik memang salah satu moment
pelepas rindu dengan keluarga, tapi apa yang terjadi kalau ternyata kamu nggak
sadar sudah jadi virus carrier dan
secara nggak sengaja menularkan ke sanak saudara yang ada di kampong nanti?
Semua kemungkinan itu ada.
Bahaya dari menjadi virus carrier adalah kita nggak sadar
kalau virus ini sudah ada di dalam tubuh kita, hanya saja nggak menunjukkan
gejala penyakit sama sekali karena imun kita yang sedang baik, begitu kita
bertemu orang-orang yang imunnya sedang rentan, si virus akan segera berpindah
ke orang-orang tersebut.
Hal yang dikhawatirkan pemerintah
saat ini yaitu moment hari raya besar yang akan berlangsung dalam kurun waktu
dua bulan ke depan ini akan menjadi moment penularan masal, seperti yang terjadi
di Daegu, Korea Selatan. Nggak hanya lebaran, lho. Paskah di tanggal 10 April
dan Waisak di tanggal 7 Mei juga sudah ada di depan mata.
Ketika lebaran, hal yang nggak
bisa dihindari adalah bersilaturahmi ke rumah tetangga dan saudara, bersalaman
yang sudah pasti akan terjadi kontak fisik secara langsung. Sementara
penyebaran Covid-19 ini hanya dalam
hitungan detik setelah kita bersentuhan dengan orang lain.
Itulah yang sangat dikhawatirkan
terjadi jika kalian mudik. Karena keluarga yang di kampung apalagi yang
lokasinya agak terpencil, jauh dari perkotaan, belum tentu sudah tinggi
awareness-nya mengenai ini. Jangankan di kampung, di Jakarta saja gue masih
banyak menemui orang batuk dan bersin yang nggak ditutup dengan benar.
Kata seorang teman yang memang
tinggal di Eropa, kita harus bersikap seolah-olah semua orang sudah positif
covid-19. Bukan apa-apa, hal ini dimaksudkan agar kita selalu waspada. Jangan
anggap enteng penyakit ini. Jadi menurut gue sih nggak apa-apa kalau kalian
melakukan tindakan pencegahan.
“Ah, di kampung kan masih zero case dan gue sehat kok, nggak naik
kereta atau bus umum,” sabda netizen. Kembali lagi, bagaimana kalau ternyata
kamu virus carrier yang nggak menunjukkan gejala apapun, tapi secara nggak
sengaja kamu jadi biang kerok penyebaran virus ini di kampung. Kamu nggak
sayang keluarga?
Dengan berdiam diri di rumah,
kita sudah sangat membantu mencegah penyebaran virus ini. Kalau nggak terpaksa
banget keluar rumah, berdiam dirilah di rumah. Gue pribadi pengen banget
seperti ini, tapi masih harus bekerja ke kantor setiap hari. Jadi kalian yang
punya privilege untuk #dirumahaja, mending nurut deh yaa..
Sebaliknya, kita juga nggak tahu
apa di kampung sudah ada yang terjangkit corona, tapi memang si pengidap ini
nggak tahu karena gejalanya hanya seperti batuk pilek biasa. Pas lebaran, kamu
salaman, bahkan berpelukan. Wasalam. APD dan tenaga medis di kampung belum
tentu siap jika ada satu saja pasien positif covid-19.
Konon kabarnya dalam waktu dekat pemerintah
akan mengurangi bus antar kota. Bahkan PT. Kereta Api Indonesia pun sudah
secara resmi meringankan calon penumpang untuk melakukan pembatalan gratis.
Jadi bagi yang sudah beli tiket kereta untuk mudik, sebaiknya segera proses refundnya. Bagi yang memang belum beli
tiket, pikir lagi baik-baik. Jangan sampai pulang bawa oleh-oleh corona.
Bagaimana Melepas Rindu dengan Keluarga?
Sekarang zaman sudah semakin
canggih, teknologi juga sudah maju. Jarak bukan lagi penghalang untuk melepas
rindu. Semua bisa dilakukan secara online. Kita bisa conference video call bareng keluarga di belahan bumi mana
pun. Lain cerita kalau ini terjadi beberapa tahun silam, mungkin akan banyak
yang nekat tetap mudik. Dengan kemajuan teknologi ini, kita harus bisa berpikir jernih dan bijaksana.
Salah seorang teman kantor pun
sedang dilanda kebimbangan antara mau mudik atau nggak. Gue Cuma bisa kasih
saran. Lebih baik uang untuk beli tiket, oleh-oleh, dan lain-lain dialihkan
dengan mengirim uang lewat bank untuk keperluan lebaran di kampung. Jangan lupa
beliin paket internet untuk keluarga biar video call-nya nanti lancar.
Sejujurnya udah kangen lihat pemandangan Sungai Musi kayak gini di halaman belakang rumah nenek |
Tapi sudah banyak, lho, yang curi
start buat mudik, daripada mereka di sini nganggur gara-gara kena PHK, mending
balik ke kampung,” kata seorang teman. Mereka yang terpaksa pulang ke kampung
karena jadi korban PHK, mudik itu adalah jalan terakhir mereka. Daripada di
Jakarta nggak bisa makan karena nggak ada penghasilan. Tapi kita yang masih
punya pilihan untuk memilih antara mudik dan tidak mudik, kenapa masih ngotot?
Kasih sayang untuk keluarga bisa
dalam bentuk apa saja, kan? Tahan sebentar saja, begitu wabah virus ini lenyap,
kalian bisa bebas pergi ke mana pun lagi kok. Yuk, kita bantu mencegah penyebaran
covid-19. Kalau kalian punya ide mau ngapain saja selama di rumah pas libur
lebaran nanti, coba share di kolom komentar. Siapa tahu bisa membantu
teman-teman yang masih bingung mau ngapain pas lebaran nanti. Ingat lho, tidak
mudik bukan berarti bisa piknik. Tahan rindunya. Tahan egonya. Biar Dylan saja
yang tanggung rindunya ya, genks. :D
21 Comments
Saya setuju. Dengan terpaksa, adik-adik saya juga tak mudik ke orang tua kami. ALhamdulillah saya tinggal bersama orang tua jadi ada yang membersamai orang tua. Soalnya kita belum tahu kapan puncak pandemi ini dan kapan akan berakhir. Kalau kita patuh dengan seruan pemerintah dan ulama maka kita bisa melaluinya dengan cepat.
ReplyDeleteBener, mbak. Berkorban dengan gak ketemu keluarga dulu gak apa2. Inshaa Allah dipertemukan di lain kesempatan
DeleteDi masyarakat kita, lebaran adalah waktunya mengunjungi kerabat. Salam-salaman, pelukan, cipika-cipiki. Gak terbayang seramnya kalau diantara mereka membawa Corona di tubuh. Duh emang mudik kudu ditahan dulu ya. Utamakan kesehatan kita, keluarga, masyarakat, Indonesia dan akhirnya dunia
ReplyDeleteIya, ditahan dulu. Yang penting semua sehat dan selamat
Deletewalaupun belum mudik ditahun kemaren, tapi tahun ini tetep harus di rem yaaa, padahal kangen banget sama kake dan nene, semoga kita semua selalu dilindungi dan diberi kesehatan, semoga kondisi ini segera berlalu
ReplyDeleteIyaa..ku ga mau nanggung rinduu yang berat, cukup Dilan ajaa.
ReplyDeleteBtw tahun ini juga ku skedul untuk Mudik ke Solo, karena ada acara halbil 5 tahun sekali, pas kbagian keluarga si Mbah yang open house. Huhuu, udah dikasih seragam, udah dijahit pula, ternyata rencana ambyaar.
Iyaa, ku lebih sayang ga mudik, soalnya khawatir kesehatan yang di sana dan sendiri pula. Mendingan, duduk manis keukeupan toples yang isinya nastar sambil vcall ke sodara2 lebaran sekarang.
Yuk ahh, tahan mudiknya!
Untuk kesehatan bersamaaa.
Sedih banget lebaran ini memang sepertinya ndak mudik, demi kebaikan bersama semoga Corona segera musnah segera :")
ReplyDeleteAamiin ya Allah
DeleteWe start discussing about it at home as well especially with my husband because all of our family is in limbo. It is sad to think that that we cannot gather during the big day, but it’s for the benefit of everyone. So I guess that’s the best policy. Stay healthy and happy whenever you are.
ReplyDeleteSama.
ReplyDeleteKami sekeluarga gak mudik ke pula seberang. Kami menitipkan pada Tuhan semata. Dan beliau pun demikian. Ini agar semua aman dan nanti bisa berjumpa lagi
Idem rencana tahun ini tidak mudik lebaran, selain krn utk ikut supaya mencegah penyebaran virus juga krn kami gak biasa mudik saat lebaran mbak. Emang gak nyaman mudik berbarengan. Lbh suka mudik pas selow. Berdoa supaya pandemi lekas berlalu jd bisa mudik dan traveling lg ya...
ReplyDeleteWah miss Nidy keturunan orang luwar pulau rupanya. Baru ngeh waktu baca ini.Sodara-sodaraku yang di luar Jawa juga tidak pulang tahun ini karena ada Covid. Semoga lekas berlalu..
ReplyDeleteYa Allah sedih banget aku kalau ingat ini. Kebayang nggak akan mudik, apalagi ortuku cuma berdua di rumah. Serba salah juga ya karena mereka juga udah sepuh dan takut kita jadi carrier. Berharap semua selesai sebelum Ramadan nih.
ReplyDeleteMudik itu adalah aktivitas tahunan yang begitu dirindukan oleh banyak kaum Muslimin di Indonesia. Namun dengan kondisi saat ini, yaaa harus berani meredam rasa itu. Harus. Meski ya ... #hiks
ReplyDeleteKesian juga ya bagi yang saat ini tidak punya kerjaan, tidak punya uang, ga bisa kasih makan keluarganya di kota. Bersyukurlah bagi kita yang masih bisa berkarya di rumah saja pada kondisi begini yaa..
ReplyDeleteSemoga kondisi menyedihkan ini segera berakhir yaaa.. Ya Allah ampuni kami semua dan ambillah kembali si Corona ini agar lenyap dari muka bumi.
Bagi yang bisa nggak mudik sebaiknya nggak mudik, sih. Saya dan suami juga mengurungkan niat buat ke tempat mertua di kampung.
ReplyDeleteTahun ini bakal jadi tahun pertama Lebaran jauh dari keluarga.. Sejak diumumin 2 kasus pertama di Indo dulu, aku udh yakin ini mah bakalan gak mudik, eh ternyata bener, sekarang udh ribuan dan pemerintah melarang mudik.. tiket jg udah direfund.. Sedihhh..
ReplyDelete-Traveler Paruh Waktu
Untuk saat ini lepas rindunya lewat online aja deh. Selain bisa aja kita sebagai virus carrier yang bisa menularkan virus ke keluarga di kampung, bisa juga kita terinfeksi di perjalanan saat menuju kampung halaman. Terlalu beresiko buat keluarga di kampung.
ReplyDeletePapa dan mamaku ada di Medan. THN ini sbnrnya memang bukan jdwal aku mudik ksana. Mertua sendiri ada di jkt, dan rumahny cm 5 menit dr tempatku jalan kaki. Tapiiiii boro2 ke Medan, lah liat mertua aja yg Deket aku ga mau mba. Krn sadar diri mama mertua udh tua, punya penyakit jantung dan gula. Aku ga pgn aja kami malah pembawa Carrier kalo sampe ketemu mama. Makanya aku dan suami nahan diri bangettt utk ga ketemu, kalo mau ngobrol, kita lwt jendela kamar mama yg pake kaca :D.
ReplyDeleteAda kok temen kantorku yg keukeuh mau ttp pulang pas lebaran. Aku udh wanti2, kalo sampe dia mudik, dia ga bisa balik ke kantor lgs.tp hrs karantina dulu 2 Minggu. Walopun skr kantorku jg udh merubah jdwal cuti lebaran sih. Jd cuma pas tgl merah. Mengurangi niat temen2 yg ttp mau mudik.
Di rumah mah , kayaknya ga bakal ada yg istimewa. Palingan aku mau nyetok makanan yg banyak supaya pas lebaran ga bingung mau makan apa :D.
Nidy... kita ketemu lagi aku suka banget blog kamu sangat menginspirasi waahh ajarin aku yaaa :)
ReplyDeleteSiappp Dheaaa.. nanti ya kalo udah mendingan ni si corona T.T
DeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!