Pergi
jalan-jalan dengan lima orang teman perempuan dan satu orang
laki-laki, sudah pasti nggak luput dari namanya belanja. Sejak tiba
di Jaipur, hasrat untuk menghabiskan uang dengan berbelanja sudah
menggebu-gebu. Sayangnya karena keterbatasan waktu, jadi kurang puas
belanjanya. Akhirnya gue memutuskan untuk eksplor Chandni Chowk di
hari terakhir.
Chandni
Chowk adalah pasar tertua dan terbesar yang ada di Old Delhi, India.
Dari Jama Masjid, kami tinggal jalan kaki saja menuju Chandni Chowk.
Siap-siap dengan bau pesing yang tiba-tiba tercium atau pandangan
orang-orang yang melihat segerombolan turis tiba-tiba masuk pasar.
Buat
orang Indonesia sih suasana pasar seperti ini bukanlah sesuatu yang
baru. Tapi gue bisa bilang, pasar-pasar yang ada di Indonesia mungkin
sedikit lebih baik. Saat supir kami bertanya pada Nurul apakah di
Indonesia lebih baik atau nggak, dengan lantang Nurul pun menjawab,
“Much better.”
Bagi
yang sudah pernah nonton film Khabi Kushi Kabhi Gham, pasti nggak
asing dengan Chandni Chowk. Gue juga baru tahu sih kalau pasar ini
pernah jadi setting film tersebut dari salah seorang teman di
Instagram.
Lokasinya dekat banget dengan Jama Masjid, tinggal jalan kaki saja dari sana ke Chandni Chowk. Mobil kami parkir di Red Fort, dari Red Fort naik tuktuk seharga Rs 600. Cukup mahal mengingat ternyata jaraknya juga nggak begitu jauh.
Jadi
ada apa saja di Chandni Chowk? Ada banyak! Mulai dari toko-toko
kelontong kecil yang menjual perlengkapan pooja, snack-snack khas
India, perlengkapan pernikahan, sampai toko baju yang menjual saree,
lengga, dan anarkali.
Tujuan
kami ke Chandni Chowk adalah membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang.
Indonesia banget nggak tuh? Bisa di-bully rakyat kalau pulang
nggak bawa hantaran.
Saat
melewati Kinari Bazaar, kami belok sebentar ke sana. Sepanjang gang
kecil itu rata-rata menjual perlengkapan pernikahan. Mulai dari
aksesoris sampai barang-barang souvenir. Gue dan teman-teman naksir
tas-tas kecil yang dijual di toko ini.
Harga
yang ditawarkan mulai 100 INR (20k IDR) sampai 250 INR (50k IDR)
untuk tas-tas kecil. Cukup terjangkau, lah! Apalagi dengan desain
yang India banget. Cocok untuk oleh-oleh. Tapi karena ini baru toko
pertama, akhirnya kami jalan lagi.
Hampir Kecopetan saat Belanja di Chandni Chowk
Pas
melewati sebuah toko sepatu, gue melirik ada tas yang modelnya sama
persis dengan yang kami lihat di toko pertama. Gue ajak teman-teman
yang lain untuk masuk ke toko. Padahal harganya sih sama saja dengan
di toko sebelumnya. Tapi kami memutuskan untuk membelinya, takut
nggak ketemu lagi dengan barang yang serupa.
Pas
si abang lagi mengambil stock tas-tas yang kami inginkan, kami
disuruh masuk ke tokonya yang cukup sempit jika kami semua masuk.
Tapi apa boleh buat, daripada nunggu di luar menghalangi orang-orang
lalu lalang.
Penjaga
tokonya ada dua orang. Saat yang satunya sedang mengambil barang
dagangannya, seorang lagi jaga di pintu toko. Lalu ada dua orang
perempuan memakai saree yang sudah usang. Sepertinya sih sepasang ibu
dan anak. Tapi anaknya pun usianya sudah dewasa, mungkin seumuran gue
atau lebih.
Toko
jadi semakin sempit dengan kehadiran dua perempuan ini. Perempuan
yang lebih muda membawa tas jinjing dan tas canvas di kedua
tangannya. Mata gue terus berjaga setiap ke pasar-pasar seperti ini.
Benar saja, nggak lama kemudian gue mendapati tangan si perempuan
sedang 'beroperasi'. Tangan yang satunya memegang tas canvas dan yang
satunya lagi sedang membuka restleting tas Nurul. Jadi dia sengaja
menutupi tangannya yang sedang membuka restleting dengan tas canvas
tersebut. Sementara si ibu, sedang pura-pura sibuk memilih sepatu.
Tugasnya adalah mengalihkan perhatian kami semua.
Sayangnya,
aksi mereka kali ini salah sasaran. Korban yang dituju pakai tas yang
model restletingnya cuma sebagai aksen dan bawa teman yang sering
memergoki copet di Tanah Abang dan Kopaja (baca: gue).
Dengan
spontan, langsung gue tepis tangan si copet saat sedang beraksi itu
sambil berkata pelan, “What are you doing?.” Si copet kaget dan
menjawab dengan Bahasa Hindi yang gue nggak mengerti. Gue langsung
bilang ke teman-teman, “Hati-hati genks, ini dua orang copet. Lihat
saja nih bentar lagi pasti langsung cabut. Cek tas kalian
masing-masing.”
Benar
saja, restleting tas Nurul sudah terbuka sebagian. Untungnya yang
lain belum ada yang kena. Nggak kebayang kalau komplotan copet itu
berhasil mengambil barang berharga di dalam tas Nurul. Mungkin uang
bukan masalahnya, tapi dokumen penting seperti paspor dan visanya itu
lho yang bisa beresiko mempersulit kepulangan kami keesokan harinya.
Sejak
kejadian itu, teman-teman gue juga jadi lebih was-was. Sebenarnya gue
sudah mulai merasa nggak enak saat Nurul dan Geovani melipir ke kios
pakaian anak-anak. Gue pakai tote bag dan merasa tas gue terlalu
sering bersenggolan dengan orang meskipun posisinya menurut gue sih
nggak harus begitu banget. Dari situ gue terus memeluk tas gue di
depan.
Gue
sempat lengah karena gue lupa kalau gue sedang ada di India. Selama
ini kalau jalan-jalan ke luar negeri seperti Singapura, Thailand,
maupun Jepang nggak pernah khawatir jika pakai tas ransel di belakang
karena merasa aman. Gue lupa kalau ini India. :D
Setelah
kejadian itu, kami nggak panik atau gimana-gimana juga, sih. Karena
bukan hal yang baru juga di Indonesia. Jadi bisa langsung melanjutkan
eksplor Chandni Chowk tanpa harus merusak mood belanja. Hasrat masih
berkobar.
Mencicipi Kuliner Khas India di Chandni Chowk
Selain
belanja oleh-oleh, ada banyak penjual makanan khas India. Karena
sopir kami ikut menemani kami menjelajahi pasar ini, jadi kami
tinggal sebut saja nama makanan yang mau kami coba. Dia langsung
mengantarkan ke toko yang menjual makanan tersebut.
Ada
empat kuliner yang sempat kami cicipi selama berada di sana. Di
antaranya yaitu:
Gujia
Saat
sedang berjalan di jalan utama Chandni Chowk, tiba-tiba supir kami
berhenti dan bertanya ke gue, “Have you ever try Indian Sweets?.”
Gue menjawab, “Just Ladoo that I've tried at hotel yesterday.”
“Do you want to try more?,” tanyanya lagi. “Yes, of course!,”
dengan lantang gue menjawab demikian.
Meskipun
gue tahu rasanya pasti bakal aneh, tapi setidaknya gue coba. Gujia
berbentuk seperti pastel, tapi yang ini rasanya manis banget dengan
isian rempah-rempah. Kalau boleh dibandingkan, rasa isiannya seperti
sekoteng. Jahenya kuat banget. Sementara bagian luarnya dilapisi gula
cair yang dikeringkan.
Samosa
Sebenarnya
gue sudah pernah mencoba samosa di Indonesia. Tapi penasaran saja
seperti apa rasa samosa di India. Ternyata beneran agak berbeda.
Samsosa yang gue cobain kali ini isiannya banyak banget. Sepertinya
sih terbuat dari kentang tumbuk gitu dengan paduan bumbu
rempah-rempah yang lagi-lagi cukup kuat.
Ice Lemon Soda
Sebenarnya
ini nggak khas India juga, sih. Tapi tiba-tiba Nurul minta beli ini.
Mungkin dia mau uji nyali atau lagi konstipasi. Karena takut rasanya
aneh, kami hanya pesan dua gelas saja.
Rasanya
nggak ada yang istimewa, hanya perasan lemon dikasih soda. Harga yang
tertera di gerobak abangnya sih hanya 2 INR, tapi kami disuruh
membayar 20 INR (4k IDR). Mungkin abangnya buru-buru pas bikin menu
sampai angka nolnya kurang.
Lassi
Nah,
ini dia yang mau banget gue cobain sejak tiba di India. Padahal kata
orang-orang sih harus banget cobain lassi yang ada di Jaipur. Tapi
nggak kesampaian, jadinya ya sudah deh yang ada di Chandni Chowk pun
nggak masalah.
“Pritpal,
I wanna try Lassi,” pinta gue ke sang supir.
Dia
hanya menjawab dengan geleng-geleng khas orang India. Lalu
mengantarkan kami ke sebuah kedai yang memang memajang tulisan
“Lassi” di depan kedainya.
Kami
memesan satu lassi per orang. Nggak mau sharing saking
enaknya. Rasanya tuh kayak saus salad buah tapi lebih manis dan
segar. Pada dasarnya lassi ini memang yogurt yang dicampur dengan
rempah-rempah khas India. Kalian wajib cobain ini kalau nanti ke
India, ya.
Video lebih lengkapnya bisa ditonton di sini, ya.
*********************************************************
Chandni
Chowk luasnya bukan main. Kayaknya nggak bakal cukup waktu
mengeksplor ke seluruh sudutnya kalau hanya punya waktu setengah
hari. Buat orang Indonesia, apalagi yang doyan blusukan ke pasar
tradisional, kayaknya nggak bakal kaget-kaget banget kalau ke Chandni
Chowk.
Namun
tetap saja, butuh adaptasi juga. Supaya pengalamannya tetap
menyenangkan, coba kalian terapkan beberapa tips berikut:
- Kenakan pakaian yang sopan dan nyaman. Nggak usah pakai pakaian mau manggung.
- Letakkan tas di bagian depan dada, jangan di samping, apalagi di belakang. Kalau pakai backpack, ya berarti diubah jadi breastpack. :p
- Simpan dokumen penting seperti paspor di bagian terdalam tas.
- Harus selalu waspada, kalian harus selalu tanggap dengan situasi sekitar. Kalau perginya bareng teman-teman, jangan lupa juga untuk saling menjaga satu sama lain.
- Tawar harga semurah mungkin. Kalau punya waktu banyak, tinggalin aja pedagang yang sok jual mahal, cari lagi di tempat lain. Tapi kalau harganya sudah fix, mau coba tawar juga percuma. Beli aja di situ, daripada capek keliling lagi.
- Mau jajan street food? Tetap harus cek kebersihan peralatan dan tangan di penjualnya dulu ya. Jangan sampai cepirit nggak berkesudahan di negara orang.
Itu
dia genks sedikit pengalaman yang bisa gue bagikan kepada kalian.
Semoga bisa membantu. Ya namanya juga perempuan ya. Bisa diam dalam
duka, tapi nggak bisa diam jika waktunya belanja. Mau di mana pun
pasti semangat kalau disuruh belanja. Tapi jangan sampai saking
senangnya jadi lupa sekitar dan malah jadi malapetaka ketika ada
kejadian jelek menimpa.
0 Comments
Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!