Rencana mudik udah diumumin mamake sebulan sebelum bulan Ramadhan. Kali ini tujuannya ke rumah nenek di Desa Ngulak, Sekayu, Sumatera Selatan. Kalau dari Palembang kurang lebih 3-4 jam untuk sampai ke kampung. Sementara lama perjalanan dari pelabuhan Bakauheni ke Palembang itu 12 jam, dan dari Jakarta ke pelabuhan Merak 2 jam. Fortunately, lama perjalanan untuk menyebrang Selat Sunda hanya 1,5 jam aja. Kalau ditotal lama perjalanan mudik gue kemaren dari Jakarta sampai kampung kurang lebih hampir 20 jam tanpa macet. Oh iya pas sampai di pelabuhan Merak mobil kita sempat ngantri untuk masuk ke dalam kapal selama 4 jam. Lumayan lama kan tuh.
Kondisi jalanan lintas timur terbilang lancar dan mulus. Walaupun ada di beberapa daerah yang kita lintasi itu jalanannya gradakan.Rumah nenek gue di kampung bentuknya seperti rumah panggung. Alhamdulillahh kalau sekarang udah ada beberapa penyesuaian. Kalau dulu pertama kali gue mudik, rumah nenek gue belum ada WC. Jadi kalau mau MCK harus numpang di rumah saudara gue yang bangunannya sudah dari batu bata. Kalau lagi apes ya harus ke Sungai Musi. Bukan gak cinta ama kampung halaman, atau bersikap somse tapi dari dulu gue paling gak bisa mandi di tempat terbuka. Belum lagi eneg liat benda-benda ngapung. Hihihii
Kebetulan sepupu-sepupu dan para ponakan lagi mau mandi ke sungai, gue sengaja ngikut. Bukan mau mandi sih, cuma mau foto-foto. Hahahaa
Air sungainya lagi surut banget. Kalau dibandingin dengan volume saat itu, harusnya bisa lebih tinggi 2 meter lagi kalau lagi pasang. Kata Bokap gue, waktu dia kecil sih terkadang ada buaya yang suka lewat pas dia lagi mandi bareng teman-temannya dulu. Kalau sekarang mungkin buayanya udah pada ke darat kali nyari cewe-cewe tak berdosa. #halah
Gue sempet amazed sama sepupu dan keponakan gue yang seru banget mandi di sungai. Mereka kecipak kecipuk sementara benda apung kekuningan ga jauh dari mereka. T.T
Berhubung nenek anang dan nenek ine udah meninggal semua, jadi pas lebaran kita sekeluarga cuma ziarah ke makam mereka dan silaturahmi di rumah adik-adiknya nenek ine.Lebaran hari kedua, kita lanjut menuju ke Muara Bulian, Jambi. Tepatnya sih rumah almarhum uwak, sekalian mau ziarah ke makam beliau. Perjalanan lewat Lubuk Linggau sekitar 8 jam. Kondisi aspal sepanjang Lubuk Linggau - Jambi ini cakep banget. Aluss...
Di perjalanan kita sempat mampir di mesjid besar yang untuk ukuran daerah sih megah banget. Karena sampai di Jambi udah malam banget, kita langsung mandi terus tidur deh.
Keesokannya kita baru ziarah ke makan almarhum uwak bersama istri dan anak cucunya. Kebetulan makan uwak ini dekat dengan rumah om (adiknya istrinya uwak), kita diajak mampir dulu ke rumahnya. Sampai di sana ternyata emang udah disiapin makanan ala padang. Ada sambal otak, rendang limpa, sama jengkol diapain dah.
Setelah dari rumah om, kita diajak lagi ke rumah orangtua si om yang gak jauh dari rumahnya. Ternyata datuk ini salah satu yang dituakan di daerah sana. Umurnya udah 96 tahun tapi masih segar bugar dan hebatnya lagi dia punya istri 40 orang dan istrinya yang paling muda umurnya 32 tahun!! Geellllaaaa..Rumah datuk ini unik banget, dibuat tahun 1925 waktu umurnya sekitar 5 atau 7 tahun. Banyak foto yang dipajang dan koleksi kaset di rumahnya. Dulu jumlah kasetnya ada lebih dari 5000 kaset, tapi sekarang tinggal ratusan aja. Rumahnya juga sering dijadikan tempat singgah buat para mahasiswa yang sedang belajar sejarah mengenai kota Jambi, khususnya Muara Bulian dan Tembesi. Setiap barang yang dia pernah beli, selalu dia tulis di belakang benda tersebut kapan waktu pembeliannya. Unik ya!
Sebelum pulang kita sempat foto dulu bersama beliau dan mesjid yang ada di dekat sana. Pesan beliau cuma satu 'Jangan pernah tingalkan shalat, kalau puasa senin-kamis itu sunah, tapi kalau shalat wajib. Cuma itu yang ditanya Malaikat pertama kali pas kamu mati'. JEGER!! Iya Datuk.. #mundurkalem
Di sekitar sana juga ada Sungai Batanghari, kita juga sempat mampir sebentar ke sana. Ternyata di seberang sungai ada penambangan emas mak!
Di kawasan itu sebenarnya mirip setting film-film Cina tahun 60-an. Rumahnya jadul semua dari kayu.Sebelum kita kembali ke Palembang, sepupu gue ngasih durian yang langsung dari pohon. Kalau ditotal kurang lebih ada 3 karung, tapi sekarungnya kita kasih ke uwak. Kasian nanti di kapal penumpangnya mabok kebauan duren.
Perjalanan dari Jambi ke Palembang kurang lebih juga 8 jam. Mau menginap di rumah saudara gak enak, karena sampai di Palembang udah malam banget. Akhirnya kita keliling cari hotel dan berakhir di Hotel Sentosa. Hotelnya cukup nyaman, airnya bersih, ACnya dingin. Okelah pokoknya!
Hari terakhir itu kita cuma mampir ke rumah adiknya nenek buat silaturahmi, sisanya wisata kuliner. This is it!!
at pempek candy |
Tujuan terakhir kita yaitu stadion Jakabaring. Mau mampir ke Jembatan Ampera tapi adik gue udah bosen katanya. Suasananya mirip dengan GBK tapi menurut gue sih lebih menarik. Setelah dari Jakabaring, kita langsung lanjut perjalanan menuju pelabuhan Bakauheni.
Pas di tengah perjalanan, kita mampir ke sebuah mesjid untuk shalat magrib. Mesjid keren banget pemirsa! Pelayanannya itu loh.. Kita dikasih tau mana tempat wudhunya, tukang parkirnya sopan, bersih, dan desainnya keren ada pohon kormanya loh.. Padahal itu letaknya bukan di pusat kota besar. Alhamdulillahh udah sempet nyobain shalat di situ.
0 Comments
Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!