Kamis, 15 Oktober 2015...
Night bus yang kita tumpangi berhenti di pool bus tepat jam 05:30 am, setengah jam lebih cepat dari jadwal. Pagi itu kita disambut hujan lumayan deras. Gue sudah bangun sedari jam 5 subuh dan begitu cek google maps, ternyata sudah dekat tujuan. Di pool bus sudah ada beberapa sopir tuktuk yang siap sedia antar penumpang. Budget gue untuk hire tuktuk ke Phnom Penh International Airport hanya $10, berhubung juga cuma segitu lembar terakhir yang kita punya. Abang tuktuk buka harga di $15, gue tawar jadi $7. Dia turunin sampai $10, dan berakhir di $9. Perjalanan sekitar 30 menit dari pool bus Giantibis ke Phnom Penh International airport. Penampakan ibukota Cambodia lebih maju ketimbang Siem Reap (Yaeyalaaah), tapi masih lebih maju Jakarta sih. Bangunan pencakar langitnya gak ada, yang gue lihat sepanjang perjalanan ke airport, bangunan paling tinggi yang mereka miliki ya seperti kantor walikota Jakarta Selatan. Tuktuk berhenti tepat di teras terminal keberangkatan, agak takjub juga ya tuktuk bisa masuk bandara. Di Soeta aja ojek gak boleh sampai terasnya.
Phnom Penh international airport departure terrace |
Kita masih punya banyak waktu sampai boarding. Padahal sebelumnya gue sempat khawatir kalau kita bakal terlambat sampai bandara. Soalnya salah satu agen bus yang kita tanya sebelumnya bilang bakal ada macet sehubungan dengan public holiday di Cambodia saat itu. Ternyata ketakutan gue gak terbukti sama sekali. Gue dan Ayu beli bagasi 20kg atas nama gue, jadi kita share berdua. Karena per orangnya cuma punya jatah 10kg, jadi kita harus bongkar pasang koper biar pas 10kg, sisanya kita bawa ke kabin. Pesawat baru akan take off pukul 08:25, dan tiba di Bangkok pukul 09:30. Alhamdulillah semua berjalan sesuai jadwal. Ps: Cabin crew AA Thailand cakep-cakep!
Entah kenapa perjalanan ke Bangkok ini salah satu yang gue nantikan banget, apalagi setelah mengalami kejadian horor di Vietnam dan Cambodia, rasanya mau buru-buru sampai di Thailand. Begitu sampai di Don Mueang Airport, kita wajib isi lengkap form declare, kalau belum lengkap disuruh isi lagi. Kesan pertama dengan bandara ini, biasa aja. Mungkin karena bandara ini khusus low cost airlines kali ya. Wifi bandaranya lumayan cepat, dan kita langsung hubungi owner penginapan kita di Bangkok.
Penginapan kita kali ini dapat melalui airbnb, terakhir kali gue pakai jasa airbnb sewaktu di Seoul dan sangat mengesankan. Jadi gue mau pakai airbnb lagi dan kali ini sengaja cari yang bentuknya apartment. Begitu keluar terminal kedatangan, sudah ada bus A2 (AC) menunggu. Kita akan turun di pemberhentian terakhir yaitu Victory monument. Ongkos busnya 30 THB, dan akan ditagih oleh kondektur busnya yang baik banget. Busnya penuh banget dan untunglah kita dapat kursi, gak kebayang deh bawa koper dan ransel sambil berdiri di bus 30 menit.
suasana bus A2 menuju Victory Monument |
Setelah turun di halte bus Victory monument, kita lanjut naik BTS. Hanya satu pemberhentian kok dari Victory monument, yaitu BTS Phaya Thai station. Dari situ tinggal jalan kaki 100 meter ke apartment. Begitu sampai, kita sempat tertahan di pos security karena bingung pas harus masuk. Dua security yang sedang berjaga gak bisa bahasa Inggris sama sekali, meskipun begitu mereka ramah banget dan murah senyum. Gue bingung menjelaskan ke securitynya kalau kita tamu yang akan menginap di salah satu unit di sana.
Akhirnya mereka menghubungi resepsionis di lobi, lalu gue jelaskan, dan akhirnya mereka mengerti setelah diterjemahkan oleh resepsionis. Salah satu satpam tersebut tiba-tiba nunjuk ke papan yang ada di dinding. Kita bingung soalnya dia terus nyerocos pakai bahasa Thailand, mana kita ngerti. Pas gue lihat di papan itu banyak ID Card yang dipajang. Ternyata maksud mereka mau minta id card gue. Akhirnya kita cuma ketawa-ketawa aja sampai host kita datang nyamperin kita di pos itu. Penampilan gue dan Ayu siang itu lagi dekil en dekumel banget, jadi berasa pembantu yang baru sampai rumah majikan di kota. Untuk detail penginapannya bisa dicek di sini ya.
Setelah dijelaskan tentang isi apartmentnya, host kita langsung pulang. Gue segera mandi, dan Ayu sibuk update status plus upload foto. Kita baru kelar dandan dan makan siang sekitar jam setengah 2. Tujuan kita seharusnya Santorini Park Cha-am, tapi gue ragu bakal sampai tepat waktu di sana. Oh iya, di Bangkok gue janjian sama salah satu kenalan yang dapat kontak gue dari Backpacker Indonesia, namanya Vike. Dia berminat join beberapa destinasi kita di Bangkok. Janjian dengannya di exit BTS Victory monument. Sampai di pangkalan mini van sudah pukul setengah 3 sore, dan kata penjual tiketnya, van baru akan datang sekitar sejam lagi. Gue berpikir ulang lagi, karena perjalanan ke Cha-am akan memakan waktu sekitar 2-3 jam. Jadi kita batalin pergi ke sana dan pindah haluan ke Pickadaily.
Beberapa minggu sebelum berangkat, Ayu dapat info tempat ini dari hasil googling. Katanya sih tempat ini tiruannya Piccadaily yang ada di UK. Berhubung kita banci foto, yaudahlah kita putuskan untuk ke sana aja dulu.
Cara menuju ke sana, kita harus naik BTS dan turun di stasiun On Nut. Jaraknya kurang lebih hampir 30 menit dari Victory monument ke On Nut. Dari stasiun BTS On Nut, kita jalan kaki menuju supermarket Big C. Nah, seharusnya sih kalau sudah sampai sini tinggal naik bus AC no 519. Tapi sudah lebih dari 30 menit menunggu, busnay gak datang juga. Akhirnya kita memutuskan untuk patungan naik taksi. Kata Vike sih naik taksi apa aja, gak usah takut. Yaudah kita naik taksi warna pink, Alhamdulillah sih argonya benar jalannya. Tarif taksinya kalau dirupiahin sekitar 30ribuan, cuma 15 menitan. Sopir taksinya gak bisa bahasa Inggris, jadi dia gak ngerti kita mau kemana. Alhasil, kita kasih lihat hasil pencarian kita di google map dan kasih isyarat pakai tangan. Sesuatu...
Ternyata Pickadaily ini kecil banget, semacam tempat perbelanjaan outdoor mirip dengan Paris Van Java di Bandung tapi ini sih jauh lebih kecil, karena cuma ada beberapa toko dan cafe aja. Gak ada dipungut biaya untuk masuk area ini dan bisa bebas foto dimana aja.
Kita menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam selama di sana. Spot-spot untuk fotonya lumayan banyak walaupun gak besar tempatnya. Kita sih gak nyobain makan di cafe yang ada di sana, cuma sempat beli air minum di mini marketnya aja. #HematPangkalKaya
Destinasi selanjutnya adalah Asiatique The Riverfront. Kalau dari Pickadaily, kita naik bus 519 dan turun dekat stasiun Phra Kanong. Dari stasiun BTS Phra Kanong, nanti transit di stasiun Siam dan lanjut ke BTS Saphan Taksin. Begitu keluar BTS Saphan Taksin, cari exit yang menuju ke dermaga shuttle boat. Di dermaga ini ada dua antrian, yang satu untuk antrian shuttle boat ke hotel-hotel tertentu, dan yang satunya lagi free shuttle boat menuju Asiatique The Riverfront. Jam operasi shuttle boat ini kalau gak salah cuma sampai jam 11 malam.
Kalau bisa sih usahakan naik shuttle boatnya agak cepat karena sistemnya rebutan tempat duduk, kalau gak dapat ya mau gak mau harus berdiri. Gak enak banget naik boat kecil sambil berdiri. Untungnya sih gue selalu dapat tempat duduk.
Asiatique the Riverfront buka mulai jam 5 sore sampai malam. Terdapat banyak cafe-cafe, bar, dan food vendor. Harga yang berlaku di sini harga turis alias mehong. Kalau mau ke sini lebih baik dalam keadaan perut kenyang aja. Selain itu juga banyak toko souvenir, dan jualan pakaian. Menurut Vike, jangan beli apa-apa selama di sana, mendingan cari di Chatuchak aja nanti.
Di salah satu spot ada taman Juliet yang isinya love lock mirip seperti di Namsan Tower, Seoul. Ya bisa dibilang ini ala-ala lah, orang kecil banget tempatnya.
Banyak sekali turis China di sini. Dari beberapa pengalaman gue tiap ketemu turis China, dimanapun mereka berada pasti konsisten pakai bahasa nasional mereka dengan siapapun itu. Seperti pengalaman gue saat di sana. Tiba-tiba ada ibu-ibu nyolek gue pas gue lagi sibuk moto light trail ferris wheel. Dia kasih hpnya ke gue dan nyerocos pakai bahasa China. Kemudian dia langsung mejeng di depan gue sambil kasih isyarat nunjuk-nunjuk ke arah ferris wheelnya. Yang gue tangkap adalah dia minta fotoin dengan background ferris wheel. Gue tolonginlah si ibu itu dengan tiga kali jepret. Lalu dia lihat hasil fotonya sambil senyum-senyum, kemudian bilang "Xie Xie" ke gue terus ngeloyor pergi.
Setelah merasa puas keliling, kita memutuskan untuk balik ke penginapan. Seharusnya sih malam itu kita ke Khao San road, tapi udah capek banget badan. Lagipula rencana kita pada keesokan harinya itu mau pagi-pagi ke Pratunam market. Sebelum pingsan, mending menyerah dan pulang ke apartment. Kita berpisah dengan Vike malam itu di stasiun Phaya Thai.
Malam itu di apartment, kita masak indomie goreng. Beruntung banget deh kali ini dapat penginapan berupa apartment. Jadi bebas mau ngapain aja. Sayangnya sih kita cuma berdua, kalau ramean pasti lebih seru. Begitu ketemu kasur langsung pingsan sampai pagi.
>>>> Pickadaily <<<<
Beberapa minggu sebelum berangkat, Ayu dapat info tempat ini dari hasil googling. Katanya sih tempat ini tiruannya Piccadaily yang ada di UK. Berhubung kita banci foto, yaudahlah kita putuskan untuk ke sana aja dulu.
Cara menuju ke sana, kita harus naik BTS dan turun di stasiun On Nut. Jaraknya kurang lebih hampir 30 menit dari Victory monument ke On Nut. Dari stasiun BTS On Nut, kita jalan kaki menuju supermarket Big C. Nah, seharusnya sih kalau sudah sampai sini tinggal naik bus AC no 519. Tapi sudah lebih dari 30 menit menunggu, busnay gak datang juga. Akhirnya kita memutuskan untuk patungan naik taksi. Kata Vike sih naik taksi apa aja, gak usah takut. Yaudah kita naik taksi warna pink, Alhamdulillah sih argonya benar jalannya. Tarif taksinya kalau dirupiahin sekitar 30ribuan, cuma 15 menitan. Sopir taksinya gak bisa bahasa Inggris, jadi dia gak ngerti kita mau kemana. Alhasil, kita kasih lihat hasil pencarian kita di google map dan kasih isyarat pakai tangan. Sesuatu...
Ternyata Pickadaily ini kecil banget, semacam tempat perbelanjaan outdoor mirip dengan Paris Van Java di Bandung tapi ini sih jauh lebih kecil, karena cuma ada beberapa toko dan cafe aja. Gak ada dipungut biaya untuk masuk area ini dan bisa bebas foto dimana aja.
Kita menghabiskan waktu kurang lebih 2 jam selama di sana. Spot-spot untuk fotonya lumayan banyak walaupun gak besar tempatnya. Kita sih gak nyobain makan di cafe yang ada di sana, cuma sempat beli air minum di mini marketnya aja. #HematPangkalKaya
>>>> Asiatique The Riverfront <<<<
Destinasi selanjutnya adalah Asiatique The Riverfront. Kalau dari Pickadaily, kita naik bus 519 dan turun dekat stasiun Phra Kanong. Dari stasiun BTS Phra Kanong, nanti transit di stasiun Siam dan lanjut ke BTS Saphan Taksin. Begitu keluar BTS Saphan Taksin, cari exit yang menuju ke dermaga shuttle boat. Di dermaga ini ada dua antrian, yang satu untuk antrian shuttle boat ke hotel-hotel tertentu, dan yang satunya lagi free shuttle boat menuju Asiatique The Riverfront. Jam operasi shuttle boat ini kalau gak salah cuma sampai jam 11 malam.
Kalau bisa sih usahakan naik shuttle boatnya agak cepat karena sistemnya rebutan tempat duduk, kalau gak dapat ya mau gak mau harus berdiri. Gak enak banget naik boat kecil sambil berdiri. Untungnya sih gue selalu dapat tempat duduk.
Asiatique the Riverfront buka mulai jam 5 sore sampai malam. Terdapat banyak cafe-cafe, bar, dan food vendor. Harga yang berlaku di sini harga turis alias mehong. Kalau mau ke sini lebih baik dalam keadaan perut kenyang aja. Selain itu juga banyak toko souvenir, dan jualan pakaian. Menurut Vike, jangan beli apa-apa selama di sana, mendingan cari di Chatuchak aja nanti.
ya kaliii pakai tulisan arab gundul |
Di salah satu spot ada taman Juliet yang isinya love lock mirip seperti di Namsan Tower, Seoul. Ya bisa dibilang ini ala-ala lah, orang kecil banget tempatnya.
Banyak sekali turis China di sini. Dari beberapa pengalaman gue tiap ketemu turis China, dimanapun mereka berada pasti konsisten pakai bahasa nasional mereka dengan siapapun itu. Seperti pengalaman gue saat di sana. Tiba-tiba ada ibu-ibu nyolek gue pas gue lagi sibuk moto light trail ferris wheel. Dia kasih hpnya ke gue dan nyerocos pakai bahasa China. Kemudian dia langsung mejeng di depan gue sambil kasih isyarat nunjuk-nunjuk ke arah ferris wheelnya. Yang gue tangkap adalah dia minta fotoin dengan background ferris wheel. Gue tolonginlah si ibu itu dengan tiga kali jepret. Lalu dia lihat hasil fotonya sambil senyum-senyum, kemudian bilang "Xie Xie" ke gue terus ngeloyor pergi.
Setelah merasa puas keliling, kita memutuskan untuk balik ke penginapan. Seharusnya sih malam itu kita ke Khao San road, tapi udah capek banget badan. Lagipula rencana kita pada keesokan harinya itu mau pagi-pagi ke Pratunam market. Sebelum pingsan, mending menyerah dan pulang ke apartment. Kita berpisah dengan Vike malam itu di stasiun Phaya Thai.
Malam itu di apartment, kita masak indomie goreng. Beruntung banget deh kali ini dapat penginapan berupa apartment. Jadi bebas mau ngapain aja. Sayangnya sih kita cuma berdua, kalau ramean pasti lebih seru. Begitu ketemu kasur langsung pingsan sampai pagi.
Baca juga!
ASEAN Trip Diaries
ASEAN Trip - Travel Hack
Places
White Sand Dunes Mui Ne ~ Baba Nest Phuket
FOLLOW ME HERE
1 Comments
airbnb nya GD bukan?
ReplyDeleteKalau nginapnya agak lama, pakai airbnb enak banget...
Yes, instagramable banget dan yg paling penting gratis...hehehe
Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!