Festival pelepasan lampion di Candi Borobudur merupakan salah satu festival yang paling gue tunggu. Gak perlu jauh-jauh ke Thailand, kita bisa menyaksikan festival serupa seperti festival Yipeng yang ada di Chiang Mai Thailand. Semua informasi gue dan teman gue cari tahu sampai sedetail mungkin meskipun ada beberapa yang agak kurang jelas.
Semua usaha nyari tahu dan bertanya sana sini membuahkan hasil donk. Gue malah mau ikut festival ini lagi lain waktu, karena keren banget. Kesan romantis dan spiritual menjadi satu malam itu. Hal seperti itu gak bisa dirasakan setiap hari. Makanya wajib banget datang ke festival ini.
screenshot dari website Walubi seminggu sebelum hari H |
Langsung aja nih ya gue kasih bocoran tips untuk menyaksikan festival lampion di Borobudur!
- Festival ini diadakan bertepatan dengan hari raya Waisak. Jadi cek kalender aja kapan Waisak berlangsung.
- Rajin pantengin website Walubi dari sebulan hingga seminggu sebelum acara ini berlangsung. Karena di website itu cukup jelas tata cara hingga rundown acaranya.
- Untuk non Budhist, pas hari H datang pagi-pagi (kalau bisa sebelum jam 10 am) ke Candi Mendut untuk registrasi dan beli tiket masuk sebesar 100k Idr per orang. Tiket itu sudah termasuk entrance fee dan lampion yang akan dibagikan saat acara berlangsung.
- Meskipun tiket sudah dibeli sejak pagi, tapi acara pelepasan lampion baru akan dilaksanakan pada malam hari sekitar jam 9 pm. Gak usah maksain ikutin semua prosesi Waisak kalau badan gak fit banget, karena acara pelepasan lampionnya bisa sampai pagi dini hari. Kalau gue, spare waktu yang ada, dipakai untuk istirahat atau bisa dipakai untuk mengunjungi objek wisata lain di sekitar Borobudur.
- Cari tahu dimana acara pelepasan lampion ini akan berlangsung. Tanya aja ke panitianya, di sebelah mananya Borobudur lokasi acaranya. Kemaren acaranya sih masuk melalui pintu Manohara Hotel. Biar pas malamnya gak kesulitan lagi nyari-nyari lokasi.
- Disarankan datang ke lokasi acara setelah jam 6 sore dan sebelum jam 8 malam. Karena pintu masuk akan ditutup sementara untuk para pejabat yang datang. Kalau pintu udah ditutup, dikhawatirkan akan dapat posisi tempat duduk sisa-sisaan aja.
- Pakai pakaian yang sopan, disarankan warna putih biar seragam dengan umat Budhist yang datang dan celana panjang.
- Bawa payung buat jaga-jaga kalau hujan. Kalau kata bos gue sih, tiap ada acara besar seperti itu memang biasanya harus hujan dulu buat 'membersihkan'. Ya intinya sih buat jaga-jaga aja daripada kebasahan kayak gue.
- Bawa kamera yang memadai. Kemaren selain pakai kamera mirrorless, kita juga pakai hp iphone temen gue hasilnya bagus juga. Kalau bawa tripod juga bisa, tapi nanti gak boleh duduk gabung dengan peserta, jadi disuruh gabung sama kalangan pers biar gak mengganggu yang lain.
- Bawa air minum sendiri karena acaranya lama daripada dehidrasi
- Bawa outer atau jaket, kalau malam lumayan sejuk udaranya
- Patuhi semua himbauan panitia saat acara berlangsung
- Jangan berisik ketika umat Budhist sedang berdoa, apalagi berdiri cekrak cekrek.
- Semua orang pasti kebagian lampion, jadi gak usah rusuh rebutan lampion
- Makan dulu sebelum acara dimulai (di luar venue, ya). Soalnya selama acara berlangsung gak boleh makan. Ini bukan piknik, gaes!
- Kalau kalian mau ambil foto saat lampion terbang dengan background Borobudur yang super wide, lebih baik gak usah masuk ke venue. Berdiri saja di luar pembatas venue yang sudah disesiakan khusus media & pers untuk mengambil foto. Daripada sepanjang acara kalian 'gatel' mau foto-foto mulu. Itu sangat amat mengganggu umat Budhist yang sedang beribadah.
Oh iya, sekali lagi gue cuma mau ngucapin buat panitia Walubi yang udah bikin acara keren ini. Mereka baik-baik banget dan ramah. Salut deh!
Semoga postingan kali ini cukup informatif ya. Mungkin ada juga kalian yang datang pas Waisak kemaren, bisa ceritain pengalamannya juga loh di bawah.
Baca juga:
JogJa Road Trip
Places
Ratu Boko ~ 6 Beaches in Gunung Kidul ~ Taman Sari ~ Queen of South Beach Resort ~ Lava Tour Merapi ~ Bukit Panguk Kediwung
Culinary in Yogyakarta
Bale Raos ~ Roaster & Bear Cafe ~ Tempo Gelato ~ Filosofi Kopi
Gudeg Pawon ~ Rekomendasi Kuliner Jogja
Gudeg Pawon ~ Rekomendasi Kuliner Jogja
Where to Stay
Desa Wisata
Off Road di Desa Bejiharjo ~ Keliling Desa Kebon Agung ~ Pengrajin Blangkon ~ Mengejar Sunset di Embung Nglanggeran ~ Off Road Ekstrim di Desa Nglinggo ~ Pasar Kembang ~ Susur Sungai di Desa Pancoh ~ Berburu Kerajinan di Desa Malangan
FOLLOW ME HERE
2 Comments
Halo Mba Nidy! Aku googling soal waisak sampe sini. Beritanya simpang siur mba, katanya untuk dapat tiket harus beragama buddha ya mba?
ReplyDeleteTerus pintu masuk borobudur jika pegang tiket ini lewat pintu mana ya? Aku dulu bgt pernah datang waisak tapi aku masuknya lewat pintu taman borobudur. Makasih ya mba!
WAAAWWWW.
ReplyDeleteBagus bagus....agak merinding kerasa sakralnya >.<
ini harus masuk bucket list sepertinya ehehehe.
100K itu dah dapat lampion siap terbang juga ya ._.
Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!