Traveling dan fotografi merupakan suatu kesatuan yang sulit dipisahkan. Sepertinya keberadaan kamera saat sedang travelling sudah menjadi suatu kebutuhan primer. Sayang kan kalau sudah di tempat yang indah bersama orang-orang yang kita sayang, tapi tidak diabadikan dengan jepretan kamera.
Pernah ingat tidak, waktu SD diajak piknik ke Taman Mini Indonesia Indah, atau ke Ragunan, pasti orangtua kita buru-buru beli roll film untuk tustel. (((TUSTEL))) #KetahuanAngkatannya
Aku pun belum lupa bagaimana rasanya waktu pertama kali tahu bahwa kamera digital mampu mengambil gambar ribuan kali dan menghapusnya segera jika dirasa kurang bagus hasilnya. Berkali-kali aku dibuatnya berdecak kagum, "Wah gila keren donk tidak mesti pakai roll film lagi, tidak harus deg-degan lihat hasil nyuci foto yang terbakar".
Padahal setelah dipikir-pikir, orang-orang jaman dulu yang sudah terbiasa motret pakai kamera analaog, malah lebih jago dibandingkan dengan anak-anak milenial sekarang, lho. Dengan jumlah kapasitas roll film yang ada, orang-orang jaman dulu akan lebih berhati-hati dan fokus sebelum memencet tombol shutter.
Tahun berganti tahun, tustel atau kamera analog mulai ditinggalkan dan tergerus kecanggihan teknologi. Fungsi kamera bukan hanya sekedar alat atau media untuk merekam memori saja ke dalam sebuah gambar, tapi juga sebagai tolak ukur kebahagiaan.
Tidak percaya?
Coba perhatikan baik-baik. Hampir setiap orang di dunia sudah punya handphone dengan fitur kamera, kan? Selfie, cekrek, langsung cengar cengir sendiri lihat hasilnya. Apalagi kalau pakai aplikasi beauty blablabla, wajah sekejap berubah jadi putih dan halus. Semakin tidak laku saja nanti obat pemutih yang iklannya bertebaran di kolom komentar instagram. -_-
Terlepas dari habit selfie yang semakin mengkhawatirkan, sesungguhnya secara tidak sadar kita juga belajar teknik fotografi, lho. Dengan intensitas selfie yang lumayan banyak, nantinya kamu akan semakin mengetahui dimana letak angle terbaik yang kamu miliki, teknik pencahayaan yang baik, dan editing (crop sana, crop sini) :p
Apalagi sejak kehadiran instagram. Banyak orang yang tadinya tidak begitu mengerti dan tidak suka dengan dunia fotografi, mendadak jadi hobi motret. Biasanya sih, awalnya karena desakan orang sekitar. Setiap ketemu selalu ditanya "Instagram lo apa? aku follow ya". Begitu seringnya ditanya, dan sering pula menjawab tidak punya, akhirnya mau tidak mau mereka buat account instagram dan tidak sedikit yang pada akhirnya malah jadi menyukai fotografi.
"a picture worth a thousand words"
Keberadaan foto atau gambar dalam sebuah buku juga sering diperhatikan. Tidak semua orang bisa dengan mudah menyelami kisah yang diceritakan di dalam sebuah buku. Dengan adanya bantuan foto atau gambar karikatur, setidaknya sedikit banyak bisa membantu para pembacanya berimajinasi dengan kisah dan para tokoh yang diceritakan. Menurutku pribadi, sebuah foto yang baik, seharusnya bisa menceritakan kisah di balik sebuah foto tanpa perlu membubuhkan caption yang panjang dan melahirkan emosi tersendiri bagi orang-orang yang melihat foto tersebut. Emosi di sini dalam artian perasaan senang, sedih, bahkan marah, ya. Jadi tanpa perlu caption panjang, orang sudah bisa menerka apa yang terjadi di dalam foto itu.
Keseriusan
untuk mendalami fotografi lebih dalam lagi, biasanya dimulai dengan
niat membeli kamera 'serius'. Awal-awal aku mulai rutin ngeblog dan mulai
fokus ke
niche travelling, aku hanya mengandalkan kamera handphone dan compact camera
keluaran Kodak. Hasilnya ya gitu deh, yang penting ada fotonya. Tapi
semakin aku sering blogwalking dan mempelajari blogger-blogger hits yang
tampilan blognya keren, ada satu kesamaan dari mereka yang menarik
minatku, yaitu mereka menyajikan konten yang tidak hanya enak dibaca
tapi enak pula dilihat foto-fotonya.
Oh
iya, salah satu trigger yang mendorongku untuk memutuskan beli kamera adalah saat aku trip ke Tanjung Bira. Kala itu, travelmate yang trip bareng, bawa kamera
mirrorless keluaran Sony. Hasilnya ciamik, tapi sayang tidak ada koneksi
wifi untuk transfer foto langsung ke HP. Melihat hasil foto -foto yang
bagus dan ukurannya yang mudah dibawa kemana saja, aku baru mulai
mencari tahu itu jenis kamera apa.
Saat itu kebetulan kamera mirrorless baru
banget keluar di pasaran. Aku langsung googling dan tanya ke beberapa orang yang
sudah lebih dulu punya kamera bagus. Akhirnya merujuk ke Fujifilm. Waktu
itu brand yang baru mengeluarkan tipe mirrorless di pasaran hanya Fujifilm,
Sony, Samsung, dan Olympus (masih sedikit tipenya waktu itu). Bahkan
sekelas Canon dan Nikon, saat itu belum produksi mirrorless.
Aku nekat beli
kamera. Setelah itu, tantangan selanjutnya adalah bagaimana cara
memakainya. aku blank sama sekali. tidak mengerti istilah-istilah ISO,
aperture, diafragma, komposisi, dll. Aku sama sekali tidak paham.
Akhirnya minta tolong ke salah satu teman untuk mengajarkanku
cara menggunakan kameranya. Jangankan paham soal teknik motret, buat
baca menunya saja masih bingung. Well, sampai sekarang pun aku masih suka bingung dengan istilah-istilah di atas, sih. Practice does make perfect, but it needs time indeed. Bertahun-tahun pakai kamera, tidak menjadi jaminan skill motretnya meningkat dengan pesat. Di atas langit masih ada langit. Banyak kok teman-teman ku yang jago motret, tapi sampai sekarang belum melabelkan kata 'fotografer' di job title mereka. Apalagi aku, yang masih sering jelek hasilnya.. T.T
"Mempunyai kamera itu butuh komitmen dan niat untuk belajar"
Buat kalian yang ragu-ragu mau beli kamera karena takut tidak bisa pakainya, pikirkan dulu baik-baik. Karena harga kamera itu tidak murah. Tidak hanya sekedar gaya-gayaan digantung di leher, lho. Banyak banget temanku tertarik dengan hasil foto yang ada di instagram dan nanya pakai kamera apa. Beberapa diantara mereka akhirnya ikutan beli kamera mirrorless, lalu berujung "kok hasil foto aku biasa aja, sih" atau "aku tidak bisa makenya nih". Kemudian kameranya berakhir di lapak tokopedia, deh.
Ingat, mempunyai kamera itu butuh komitmen dan niat untuk belajar. Bukan sekedar gaya-gayaan. Jangan pernah takut nanti kameranya akan rusak, hanya karena kamu salah pencet menu. Ketakutan itu kadang muncul hanya karena kurangnya pengetahuan. Coba curi ilmunya dulu saja melalui internet. Pelan-pelan dipraktekkan teorinya. Pasti bisa!
Tahu tidak, satu foto kece yang dipost di instagram, adalah buah hasil kegagalan dari 235464515675641 kali foto. Kalau sekali foto jelek, coba lagi dan lagi. Begitu terus, sampai menghasilkan sebuah foto yang menurutmu bagus dan layak post.
Pertama kali nyobain foto light trails |
Setelah beberapa kali trial & error :D |
Lalu kenapa akhirnya aku memilih kamera mirrorless ketimbang DSLR? Jawabannya simple, karena kamera mirrorless lebih ringan, lebih kecil, dan hasilnya pun 11-12 sama DSLR. Intinya, aku mau kamera yang praktis dibawa travelling, dan bisa masuk ke dalam handbag
At least, itu yang aku rasain selama megang kamera mirrorless sejak 2014. Mungkin bisa lain lagi dengan orang lain. Apalagi kalau kameranya juga berbeda. Buat yang sering perhatikan feeds instagram aku, pasti tahu deh aku pakai kamera apa.
- Pastikan dulu kamera tersebut mau kalian gunakan untuk motret apa dan dibawa kemana? Apakah akan sering kamu gunakan untuk travelling, atau lebih sering digunakan di sekitar tempat tinggalmu saja. Namanya juga travelling ya, pasti bawaan sudah berat. Kalau mau kamera yang praktis tapi bagus, ya pilih mirrorless saja. Tapi kalau memang niat kamu mau belajar fotografi lebih serius dan tidak keberatan untuk menambah beban berat saat travelling, pakai DSLR. Setelah itu baru pikirkan mau motret apa. Kalau mau menghasilkan foto-foto makro atau yang bokehnya cakep ya, coba lirik fixed lens. Sementara kalau suka foto landscape, cari lensa wide. Tapi kalau untuk pemula, lensa kit bawaan dari kameranya juga sudah bagus kok. Nanti kalau sudah 'naik level', baru beli lensa lain.
- Perhatikan fitur menunya. Salah satu temanku beli kamera mirrorless dengan brand tertentu hanya karena brand tersebut mengeluarkan seri warna pink. Pokoknya nomor satu itu harus warna pink, fitur dan menu itu nomor dua. Alhasil, tiap kali travelling, kameranya tidak pernah dipakai. Cuma buat properti foto saja, karena penggunaan menunya yang tidak user friendly. Sayang, kan. Jadi sebelum beli, mending pastikan dulu fitur apa yang kalian butuhkan. Apakah ISO & fitur lainnya sesuai kebutuhan, menunya mudah dipahami, atau mungkin ada WiFinya atau tidak. Hampir semua kamera mirrorless yang beredar di pasaran sekarang punya fitur WiFi nya kok, jadi bisa langsung sharing ke handphone. Terus update deh di sosmed.
- Survei dan coba langsung itu wajib. Sebelum memutuskan beli kamera merk apa dan tipe yang mana, pastikan kamu survei dulu di internet. Bandingkan kamera yang satu dengan yang lainnya. Kalau ada teman yang sudah pakai kamera mirrorless, tanyakan juga pada mereka kelebihan dan kekurangan dari brand yang sudah mereka gunakan. Setelah itu, datanglah ke toko dan jangan ragu untuk cobain langsung. tidak usah buru-buru. Karena kamera itu investasi jangka panjang kamu, jadi perlu hati-hati memilih.
- Beli
lah kamera yang sesuai dengan budget yang kamu miliki.
Semurah apapun kamera itu, kalau hanya mampu beli dengan harga segitu, maka itu
lah yang terbaik untuk kamu. It's
not about the camera, but who's behind it.
Karena sebagus apapun kamera yang kamu miliki, semahal apapun itu,
kalau tidak bisa makenya ya percuma atuh.
Tapi kalau kamu punya budget lebih dan betul-betul niat mau belajar
fotografi, beli lah kamera dan lensa termahal yang kamu mampu.
Remember,
camera is your long-term investment, babe. Kamu tidak akan pernah rugi beli kamera mahal, asaaaal mau belajar pakainya.
Semoga
tulisan ini bisa membantu kamu untuk memutuskan kamera apa yang
cocok dan meyakinkan diri apakah kamu betul-betul sudah mantab dan
pantas beli kamera atau belum. Karena aku bukan expert di bidang ini
dan hanya mencoba memberi pencerahan bagi kamu yang masih galau untuk
beli kamera. Jangan lupa tag aku ya hasil fotonya kalau sudah beli.
Hehehe
23 Comments
Sampai sekarang hasil fotoku kurang bagus ahahhahaha. Entahlah, mungkin karena kurang sabar. Sukanya asal motret terus nggak liat hasilnya :-D
ReplyDeleteAku pun begitu, masih jelek. Yang penting kan dicoba terus, daripada kameranya dianggurin. T.T #alasan
DeleteAsddfghhjkl kamera Nikonnya bikin ngiler xD kayak boomerang wkwkwkw
ReplyDeleteIyanih, aku juga gitu kak ._. foto-fotoku itu hasil kesungguhan hati, bukan teknik XD masih belum bisa teknik apa".
Harusnya kalau udah punya kamr=era ada kewajiban belajar terus yah xD
Iya, intinya dicoba terus aja. Urusan jelek atau bagus, biarkan mas anang yang menilai..
DeleteKalau untuk traveling, saya masih mengandalkan kamera pocket, karena sanggupnya baru beli ini, haha... Hp saya juga masih kamera jelek, karena memang foto dan video lebih fokus dari kamera pocket aja. Moga ada rejeki beli mirrorless :D
ReplyDeleteAmiennn...
DeleteApapun kameranya, selama pintar ngambil anglenya juga bagus-bagus aja kok, mba. Banyak instagramers yang cuma ngandelin kamera hp tok, tapi bagus aja hasilnya. Dibantu proses editing juga sih. :D
Sbelumnya aku pakai dslr, tp kerepotan bgt dibawa pas traveling & make nya juga biasa aja gak jago2 juga, hahaha akhirnya aku jual. Trs krn kebutuhan banyakan bt video maka aku lebi prefer make handycam, sdangkan foto mengandalkan smartphone. Sejauh ini aku bilang sudah cukup utk kebutuhanku sih, tp banyak yg ngeracunin suruh pake mirrorless. Aku masih mikir2 lg, riweh jg bawa handycam sm mirroless. Karna utk video menurutku masi nyaman & bagus handycam. Intinya balik ke kita kalik yah kak, mana yg sesuai dg kebutuhan :D
ReplyDeleteJaman2 pakai dslr itu yang waktu masih singset di taman mini, ya? :D
DeleteIya setuju, kamera itu harus sesuai kebutuhan. Kebanyakan kamera juga ribet juga sih bawanya. Kayak pas off road, yang kanan pegang mirrorless, kiri pegang action cam.
Hingga kini, membeli kamera masih ada dalam agenda huhuhu :D Meski demikian, nyari2 juga sih mana yang cocok untuk kantong mahasiswa
ReplyDeleteSemoga segera terealisasi kamera impiannya. Amien
DeleteDari tahun lalu aku pengen ganti kamera tapi niat masih maju mundur. Kadang liat temen yg fotonya bagus padahal cuma pakai hape aja, jadinya mundur lagi niatannya. Jadi sekarang masih memanfaatkan kamera yg ada dengan perdalam tekniknya aja :D
ReplyDeleteSemoga nanti bisa terwujud niat ganti kamera...Aamiiin :D
Amieeen... mau kamera apapun yang penting rajin makenya dan disesuaikan dengan kebutuhan aja kalo menurut aku. :D
DeleteAsiiik aku disebutin :D . Biarpun belum jd fotografer profesional, Tapi kusuka tiap kali dipotoin kamyuuu :*
ReplyDeleteHahaha sebab aing bukan fotografer, jadi ya ala kadarnya.. :D
DeleteWell said! Thanks!
ReplyDeleteBetul ini. Sekali punya niat mau beli, nabungnya juga kudu sekalian serius, supaya sekalian yang bagus dan awet. Dan setuju, harus ada niat belajar.
ReplyDelete^^^^^^^ Tuh manteman, kata kang poto yang beneran juga gitu
DeleteHaa pas kamera eror terus nemu tulisan ini. Antara benerin kamera lama atau nabung beli yg baru.
ReplyDeleteDann niat nabung itu bener-bener butuh kesungguhan 😊
Bener, kalau udah niat harus sungguh-sungguh.
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteAwalnya dulu pakai N70 terus upgrade ke poket terus Dslr :D
ReplyDeletekarena sering dipake + disiksa akhirnya rusak, tak jual beli lagi. jual lagi beli lagi.
Sekarang malah jadi jual beli kamera :-/
ini agan-agan tokopedia ya? :D :D :D
DeleteAku baru aja beli kamera dan baca blogpost ini Oma. Huahhhh masih banyak PR dan harus belajar banyak nihhh, yukkk ketemu lagi hahahaha.
ReplyDeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!