Pagi itu gue mulai seperti biasa. Tidak ada firasat apapun sebelumnya. Saat bangun tidur pun disambut cuaca begitu cerah, meskipun hujan semalaman. Sebelum berangkat mengeksplor desa wisata, gue dan Dwi sibuk menyeleksi baju yang akan kami kenakan.
"Mbak, hari ini kita mau kemana saja, ya?"
"Aku lupa, pokoknya terakhir ke kebun teh di
Nglinggo", jawab Dwi
Terdiam sejenak, masih bingung memikirkan mau pakai baju apa nanti.
Namanya juga cewek, ya. Urusan mau pakai baju apa saja bisa kelar
satu jam kemudian. Ujung-ujungnya yang dipakai ya yang itu-itu lagi. :p
"Enaknya pakai baju yang mana, ya?"
Dwi menghampiri tumpukan beberapa helai baju
yang sudah dikeluarkan dari tas ransel. Membantu memilih sekiranya
baju yang bakal nyaman dipakai.
"Ini saja, Mbak. Nanti kan pakai topi ini. Apik
buat foto-foto cantik di kebun teh".
Oh iya, aku sampai lupa kalau bawa topi dari Jakarta
dan belum sekalipun dipakai selama di Jogja. Oke sip, aku menuruti
apa kata Dwi. Ternyata Dwi pun sama bingungnya menentukan jilbab mana yang mau dia kenakan. Kemudian percakapan di atas terulang lagi.
Singkat cerita..
Hari itu memang jadwal kami mengunjungi Desa
Malangan, Desa Nglinggo, dan Desa Banjar Roya. Kami tiba di Desa
Nglinggo sekitar pukul 3 sore. Langsung disambut dengan udara yang sejuk dan
langit yang sudah terlihat muram.
Mobil elf yang kami tumpangi berhenti tidak jauh
dari area kebun teh. "Ah, itu dia kebun tehnya", gumam
dalam hati. Dari dalam mobil, gue sudah melihat sepintas pemandangan
kebun teh yang berundak-undak. Tapi pak sopir juga belum menyuruh kami turun. Dia
masih sibuk berbicara di telepon.
"Mas Hanif, ini kita turun, nggak?" tanya
ke Hanif yang kebetulan duduk di dekat pintu mobil
"Nanti dulu, itu bapaknya lagi nelpon orangnya
dulu", jawabnya.
Sambil menunggu arahan sopir, gue beberes barang
bawaan saja. Tidak lupa topi andalan disiapkan biar gak ketinggalan. Saat menunggu kepastian dari sopir, sudah terbayang-bayang pose ala-ala Emily di kebun teh. Pokoknya sudah tahu deh nanti mau pose kayak gimana. Boleh kan ya berekspektasi dulu..
"Mas, mbak, ini kita disuruh ke bawah lagi.
Kelewatan. Itu tadi orangnya ternyata nunggu di seberang, yang ada
jeep-jeep parkir", tiba-tiba Pak Sopir memberi pengumuman.
Sebelum memulai kegiatan di Desa Wisata Nglinggo, kami akan diberikan pengarahan terlebih dahulu oleh pengurus Pokdarwis setempat.
Teman-teman yang lain juga tidak kalah saling menerka-nerka. Ada yang
menebak kalau kami bakalan naik jeep sampai kebun teh, ada juga yang
bilang tidak mungkin naik jeep karena kebun tehnya dekat.
Setibanya di tempat yang dimaksud, kami langsung
disambut oleh seorang pria berambut keriting. Namanya Miki, beliau
pengelola homestay yang ada di sana. Kami dipersilahkan melihat-lihat Rimbono homestay, milik keluarga Miki. Asri banget suasananya. Kalau mau ke kebun teh,tinggal jalan kaki juga bisa.
Beberapa kamarnya terbuat seperti cottage berbahan kayu. Harganya bervariasi mulai dari 350k IDR. Kapasitas kamarnya ada yang maksimal 3 orang hingga 6 orang. Kalau menginap di Rimbono Homestay, setiap paginya akan mendapat sarapan khas desa, berupa singkong rebus atau tempe mendoan. Jangan berharap dapat koneksi WiFi ya, kapan lagi coba bisa menginap di tempat yang menawarkan udara segar, cuaca sejuk, dan pemandangan cantik tanpa setiap detik melihat gadget.
Beberapa kamarnya terbuat seperti cottage berbahan kayu. Harganya bervariasi mulai dari 350k IDR. Kapasitas kamarnya ada yang maksimal 3 orang hingga 6 orang. Kalau menginap di Rimbono Homestay, setiap paginya akan mendapat sarapan khas desa, berupa singkong rebus atau tempe mendoan. Jangan berharap dapat koneksi WiFi ya, kapan lagi coba bisa menginap di tempat yang menawarkan udara segar, cuaca sejuk, dan pemandangan cantik tanpa setiap detik melihat gadget.
"Lho, kok jeep lagi? Ada basah-basahan gak,
Mas?", tanya beberapa teman yang tampak agak terkejut. Maklum stok baju kami sudah menipis.
"Gak ada kok, Mbak. Paling nyiprat dikit. Ini
kita mau ke hutan pinus"
Oke.
Gambaran Hutan Pinus Imogiri Bantul langsung
memenuhi imajinasi. Perasaan gue jujur sih senang mau diajak ke
hutan pinus. Bisa foto-foto cantik ala Syahrini, pakai topi bundar
ala-ala. Apalagi perginya bareng teman-teman blogger, pasti
banyak yang motoin. #GeEr
Jeep yang tersedia hanya ada dua, jadi kami pun juga dibagi menjadi dua kelompok. Di jeep pertama ada Hanif, Halim, Sitam, Aji, dan Rifqy. Sementara di jeep kedua ada gue, Aya, Dwi, dan Alid. Bentuk jeepnya terbuka, tidak ada atapnya. Di bagian belakang juga tidak tersedia tempat duduk, jadi gue, Dwi, dan Alid harus berdiri sepanjang perjalanan, sementara Aya aman sentosa karena duduk di sebelah sopir. Gue memilih berdiri di tengah antara Dwi dan Alid, karena terakhir kali naik jeep di Desa Bejiharjo, gue sering terbentur tiang besi yang ada di jeep. Beda deh dengan jeep grup pertama. Di jeep mereka ada bangku di bagian belakangnya.
Oke, kayaknya gue salah pilih jeep, nih.
Sopir kami kembali menenangkan. Katanya track yang akan kami lalui merupakan track terpendek dan tidak ekstrim, jadi tidak akan memakan waktu lama. Jeep terus melaju secara perlahan melewati jalanan yang tadi sudah kami lewati.
Seingat gue, kalau mau ke kebun teh yang tadi gue lihat saat di parkiran mobil, harusnya jeep jalan lurus saja. Ini malah belok. “Oh mungkin mau ke hutan pinus dulu”, pikirku. Asyik juga ternyata naik jeep sambil berdiri. Apalagi udaranya sejuk, dan rambut tertiup angin. Berasa lagi syuting video klip Raisa. Tapi rupanya suasana nyaman itu tidak berlangsung lama.
Seingat gue, kalau mau ke kebun teh yang tadi gue lihat saat di parkiran mobil, harusnya jeep jalan lurus saja. Ini malah belok. “Oh mungkin mau ke hutan pinus dulu”, pikirku. Asyik juga ternyata naik jeep sambil berdiri. Apalagi udaranya sejuk, dan rambut tertiup angin. Berasa lagi syuting video klip Raisa. Tapi rupanya suasana nyaman itu tidak berlangsung lama.
Saat jeep berbelok ke arah kiri, menuju jalan yang
sempitnya bahkan gak terpikirkan bisa dilalui oleh mobil, gue mulai
curiga. Setelah belokan, langsung disambut dengan turunan yang
cukup menukik. Kami sontak teriak bersamaan. Sumpah seru banget!
Jangan senang dulu, mbak sist.
Kami melintasi rumah-rumah penduduk dan kandang sapi dengan kontur jalan tanah merah. Namun begitu rumah penduduk tidak tampak lagi, berganti dengan hutan di kanan kiri, dan jeep kami menorobos aliran sungai kecil, di situlah awal petualangan kami baru dimulai.
Di depan, tiba-tiba kami menemui turunan ekstrim lagi. Jeep berhenti sebentar, menunggu jeep grup pertama turun
terlebih dahulu. Ya Allah.... melihat bagaimana jeep pertama melewati
turunan ekstrim itu kok lutut gue langsung mendadak lemas, ya. Benar saja dugaan gue, ketika jeep menerobos turunan itu, kami semua yang ada di dalam jeep langsung teriak sekencang-kencangnya. Kecuali sopirnya doank yang masih anteng. Yaiyalah ini mah makanan dia sehari-hari.
Pokoknya tiap kali melewati turunan, tiap kali itu juga lengkingan suara kami terdengar. Kerap kali gue juga harus menjauhkan posisi telinga dari mukanya Alid. Teriakannya kayak ibu-ibu mau melahirkan. Histeris banget! Belum lagi ngomel-ngomel ke sopir jeep.
Pokoknya tiap kali melewati turunan, tiap kali itu juga lengkingan suara kami terdengar. Kerap kali gue juga harus menjauhkan posisi telinga dari mukanya Alid. Teriakannya kayak ibu-ibu mau melahirkan. Histeris banget! Belum lagi ngomel-ngomel ke sopir jeep.
“Maaaas, hati-hati maaaas... kandungankuuu...”
“Aku keguguran maaaas”.
“Kandunganku maaas, keguguran ikiii”
Coba bayangkan. Begitu banyak turunan dan tikungan
tajam yang harus kami lalui, sebanyak itu pula gue, Aya, dan Dwi terpaksa mendengarkan suara jeritan anak lanang mau melahirkan.
--___________--
--___________--
Setiap kali jeep miring ke arah kanan,
otomatis pasti badan gue ini menimpa Alid. Lagi-lagi dia teriak “Aku
digencet... aku ditimpa Rizka, matilah ini kandunganku”. Ya
gimana lagi, kalau jeep miring ke kanan, masa badan gue harus tetap lurus sambil menahan berat
badan sendiri plus Dwi yang juga ikut miring ke kanan.
Agung Hercules kali ah!
Di tengah-tengah perjalanan, jeep kami dan grup
pertama sempat berhenti sejenak untuk istirahat. Lega banget rasanya
saat dikasih jeda untuk istirahat. Jujur, gue sudah pernah empat kali
off road, tapi rute yang ada di Nglinggo ini bikin jantung cekat
cekot. Kalian pernah naik halilintar di Dufan? Kurang lebih seperti
itulah rasanya. Eh ini lebih seram malah menurut gue. Karena kalau di
Dufan kan kita sudah tahu tracknya di depan seperti apa, nah ini
tidak tahu sama sekali. Blank. Kayak si Buta dari goa hantu lagi nerobos hutan.
Di sela-sela waktu istirahat itu, kami juga gunakan
untuk foto-foto. Di saat itulah gue baru tersadar.
“Hutan pinusnya mana, ya?”, tanya pada sopir
jeep.
“Itu tadi kita udah lewatin, mbak”, jawabnya.
Kapan lewatinnya dah? Apa beneran sudah kelewatan
dan gue benar-benar gak menyadarinya saking teralihkan oleh sensasi
ngilu dan seram saat off road tadi? Beberapa kali memang gue menutup
mata, sih. Soalnya gak kuat lihat jalanan ekstrim banget. Mungkin
kalau diukur ada kali 60 derajat kemiringannya.
“Ayo, kita lanjut lagi! Sudah mulai gerimis”,
ajak Mas Miki yang pegang kemudi di jeep grup pertama.
Ya Allah... baru juga napas.
Kami segera kembali ke posisi semula. Jeep mulai
jalan lagi. Tidak jauh dari tempat istirahat tadi, ada sebongkah batu
besar sekali di sebelah kanan jalan. Saat jeep pertama melintas,
terlihat jeep grup pertama dan seisinya juga ikut miring banget ke
sisi kiri. Gue jadi mikir, kalau nanti jeep kami melewati batu itu,
kasihan Dwi. Pasti tertimpa tubuh gue plus Alid pula. Fyi, ukuran tubuh Dwi itu paling kecil diantara kami bertiga. Alid saja yang
badannya lebih besar dari Dwi, teriak-teriak mulu tiap kali ketimpa gue, gimana Dwi nanti.
Akhirnya gue jongkok. Maksudnya supaya tidak ada
lagi yang tertimpa tubuh gempal ini. Eh Dwi malah ikutan jongkok,
sementara Alid tetap berdiri. Posisi jongkok gue gak nyaman banget, karena permukaannya tidak rata. Gue lupa apa, pokoknya seperti tangki jeep gitu.
Begitu sopir jeep menginjak gas saat mau melewati batu besar tersebut, benar saja, semua orang yang ada di jeep terhentak ke kiri. Saking miringnya posisi jeep, gue pun tidak bisa mengelak dari runtuhan tubuh Alid. Semua badan ikut miring ke kiri. Sumpah ini miringnya parah banget. Semua teriak histeris. Tiba-tiba.. kreeeeeeeeek.
Begitu sopir jeep menginjak gas saat mau melewati batu besar tersebut, benar saja, semua orang yang ada di jeep terhentak ke kiri. Saking miringnya posisi jeep, gue pun tidak bisa mengelak dari runtuhan tubuh Alid. Semua badan ikut miring ke kiri. Sumpah ini miringnya parah banget. Semua teriak histeris. Tiba-tiba.. kreeeeeeeeek.
Gue merasakan ada sesuatu yang gak beres. Celana gue
tersangkut ke mur yang gue duduki. Sebentar, tadi suara krek itu apa
ya. Gue mencoba meraba bagian *maaf* pantat, meskipun susah banget karena luar biasa hebat goncangan jeep saat itu. Benar saja dugaan gue.
YA ALLAAAAH ROBEKKKKK... CELANA GUE ROBEEEEKKK...
YA ALLAAAAH ROBEKKKKK... CELANA GUE ROBEEEEKKK...
T.T
:(((((((((((((((
Gue teriak-teriak kasih pengumuman bahwa celana gue baru saja robek
tapi gak ada satupun yang ngeh di jeep itu. Semua sibuk menyelamatkan
nyawa masing-masing di tengah-tengah guncangan. Gue langsung berdiri dan minta tolong Dwi untuk melihat kondisi celana di bagian pantat tersebut.
"Mbak Dwi, coba tolong lihatin deh, kayaknya robek ini", pinta gue dengan nada panik campur kebingungan.
Dwi langsung mengecek kondisi celana gue. Mungkin karena pembawaan keseharian Dwi yang santai, jadi saat memberitahu kondisi celana gue pun ya santai saja, gitu. "Oh iya, robek mbak". T.T
Gue panik sejadi-jadinya. Sudah gak mikirin lagi pegangan jeep hanya dengan satu tangan, karena yang satu tangannya lagi sibuk membenarkan posisi baju agar menutupi bagian celana yang robek. Sementara Alid juga masih sibuk teriak-teriak lagi pembukaan 10.
Sementara itu, saat gue lagi sibuk menutupi bagian celana yang robek, sandal jepit gue ikutan putus donk!!!
Ya Allah... cobaan apalagi ini???
Untungnya, jeep sudah putar balik dan mengarah kembali ke tempat awal kami berangkat. Gue bingung banget sepanjang perjalanan balik. Kalau berdiri, bakal kelihatan banget robekannya. Sementara kalau duduk, ngeri takut tambah lebar robeknya. Simalakama!
Doa gue sepanjang perjalanan hanya :
"Ya Allah, gak apa-apa deh kalau hamba kehujanan sekarang, tapi berilah mukjizat gimana caranya ini celana gak jadi robek, atau setidaknya jangan sampai ada yang lihat".
"Jangan kebanyakan ngareppp". Sepertinya itulah jawaban Tuhan.
Begitu sampai ke halaman parkir Rimbono Homestay, gue langsung bilang ke teman-teman satu jeep. "Eh jangan pada turun dulu, ini celananya robek". Maksudnya kan biar gue dulu yang turun, dan lari ke mobil elf untuk ambil celana cadangan yang harusnya gue pakai keesokan hari.
Lah si Alid malah ikutan panik. Dia gak turun duluan, sih, tapi langsung teriak ke rombongan sirkus di jeep pertama.
"Ehhh jangan turun dulu... jangan ke sini... pantatnya robek... celananya robek!!!".
Bukannya mencegah mereka yang ada di jeep pertama untuk turun, malah mengundang untuk melihat dan semakin mendekat penasaran. Buktinya Hanif yang pertama turun dari jeep, langsung lari ke arah belakang jeep kedua. Dia kepo banget mau lihat celana robek.
Bangke lah..
Gue yang sedari tadi masih dalam posisi berdiri, sontak teriak dan duduk panik ketakutan. Lah ya masa celana robek jadi tontonan khalayak ramai. MALUUUU WOII...
Begitu teman-teman tahu kalau ternyata korban celana robek adalah gue, bukan Alid, malah semakin menjadi-jadi ketawanya. Aya melempar jas hujan untuk menutupi bagian yang robek. Bodohnya lagi, bukannya gue pakai, malah hanya dibebet di sekitar pinggul, lalu lari ke arah mobil elf, mau mengambil celana cadangan. Sampai gue masuk ke dalam rumah pun, mereka masih belum berhenti tertawa.
"Aku pikir celananya Mas Alid yang sowek, ternyata Mbak Rizka, toh", kata Hanif.
Tanpa meladeni ledekan mereka, gue langsung ngacir mencari letak toilet ditemani Halim. Dia pun masih berusaha menahan tawa saat menemani gue ke toilet. Dia juga sempat bertanya, "Kok bisa?". Ya embuuuh...!
Saat kembali setelah ganti celana, ternyata teman-teman yang lain sedang makan sajian yang disuguhkan tuan rumah. Tapi begitu melihat gue yang sudah pakai celana baru, mereka ketawa lagi. Lah kaga abis-abis.. Padahal ini musibah loh
-_-"
"Mbak Dwi, coba tolong lihatin deh, kayaknya robek ini", pinta gue dengan nada panik campur kebingungan.
Dwi langsung mengecek kondisi celana gue. Mungkin karena pembawaan keseharian Dwi yang santai, jadi saat memberitahu kondisi celana gue pun ya santai saja, gitu. "Oh iya, robek mbak". T.T
Detik-detik tragedi. Lihat kan gue sama Dwi duduk ketimpa Alid. Source: Jejakbocahilang |
Gue panik sejadi-jadinya. Sudah gak mikirin lagi pegangan jeep hanya dengan satu tangan, karena yang satu tangannya lagi sibuk membenarkan posisi baju agar menutupi bagian celana yang robek. Sementara Alid juga masih sibuk teriak-teriak lagi pembukaan 10.
Sementara itu, saat gue lagi sibuk menutupi bagian celana yang robek, sandal jepit gue ikutan putus donk!!!
Ya Allah... cobaan apalagi ini???
Untungnya, jeep sudah putar balik dan mengarah kembali ke tempat awal kami berangkat. Gue bingung banget sepanjang perjalanan balik. Kalau berdiri, bakal kelihatan banget robekannya. Sementara kalau duduk, ngeri takut tambah lebar robeknya. Simalakama!
Doa gue sepanjang perjalanan hanya :
"Ya Allah, gak apa-apa deh kalau hamba kehujanan sekarang, tapi berilah mukjizat gimana caranya ini celana gak jadi robek, atau setidaknya jangan sampai ada yang lihat".
"Jangan kebanyakan ngareppp". Sepertinya itulah jawaban Tuhan.
Ini pas gue lagi lari nutupin pantat pakai jas hujan |
Begitu sampai ke halaman parkir Rimbono Homestay, gue langsung bilang ke teman-teman satu jeep. "Eh jangan pada turun dulu, ini celananya robek". Maksudnya kan biar gue dulu yang turun, dan lari ke mobil elf untuk ambil celana cadangan yang harusnya gue pakai keesokan hari.
Lah si Alid malah ikutan panik. Dia gak turun duluan, sih, tapi langsung teriak ke rombongan sirkus di jeep pertama.
"Ehhh jangan turun dulu... jangan ke sini... pantatnya robek... celananya robek!!!".
Bukannya mencegah mereka yang ada di jeep pertama untuk turun, malah mengundang untuk melihat dan semakin mendekat penasaran. Buktinya Hanif yang pertama turun dari jeep, langsung lari ke arah belakang jeep kedua. Dia kepo banget mau lihat celana robek.
Bangke lah..
Gue yang sedari tadi masih dalam posisi berdiri, sontak teriak dan duduk panik ketakutan. Lah ya masa celana robek jadi tontonan khalayak ramai. MALUUUU WOII...
Begitu teman-teman tahu kalau ternyata korban celana robek adalah gue, bukan Alid, malah semakin menjadi-jadi ketawanya. Aya melempar jas hujan untuk menutupi bagian yang robek. Bodohnya lagi, bukannya gue pakai, malah hanya dibebet di sekitar pinggul, lalu lari ke arah mobil elf, mau mengambil celana cadangan. Sampai gue masuk ke dalam rumah pun, mereka masih belum berhenti tertawa.
"Aku pikir celananya Mas Alid yang sowek, ternyata Mbak Rizka, toh", kata Hanif.
Tanpa meladeni ledekan mereka, gue langsung ngacir mencari letak toilet ditemani Halim. Dia pun masih berusaha menahan tawa saat menemani gue ke toilet. Dia juga sempat bertanya, "Kok bisa?". Ya embuuuh...!
Saat kembali setelah ganti celana, ternyata teman-teman yang lain sedang makan sajian yang disuguhkan tuan rumah. Tapi begitu melihat gue yang sudah pakai celana baru, mereka ketawa lagi. Lah kaga abis-abis.. Padahal ini musibah loh
-_-"
Mereka sudah asyik makan enak, gue masih gelagapan mengatur napas. Mungkin karena kasihan melihat nasib gue yang 'begini amat', Rifqy menyodorkan sandal jepitnya yang tidak terpakai. "Nih, mbak. Pakai ini dulu". Gak lama kemudian Alid menawarkan sandal jepitnya juga. Habis puas menertawakan penderitaan gue, sekarang berbondong-bondong menyodorkan uluran tangan. Sekalian saja nanti bikin spanduk yang tulisannya Salurkan bantuan Anda. Jangan lupa pakai hashtag #SandalUntukRizka #CelanaUntukRizka
Setelah melalui semua cobaan tadi, gue baru sadar, apa gunanya dari pagi-pagi sibuk milah-milih pakaian sama Dwi? Boro-boro foto cantik di kebun teh pakai topi ala-ala, di semua foto saja gak ada muka gue yang posenya layak diupload di instagram. Ada yang lagi teriak lah, yang mukanya tertutup rambut, muka lagi meringis lah. Harga diri sudah habis tercecer di atas tanah merah, satu foto cantik pun gak ada.
Sebenarnya seru banget sih off road di Nglinggo. Adrenalin betul-betul diajak naik turun. Berhubung ekspektasi awalnya gue pikir hanya foto-foto cantik di kebun teh, ternyata ada atraksi off road yang seru, jadi bawaannya sepanjang perjalanan masih terbawa kaget, gitu.
Anyway, buat yang tertarik untuk mencoba sensasi nyer-nyeran selama off road di Nglinggo, berikut daftar harga paketnya.
Kalau mau mencoba off road di Nglinggo, sebaiknya persiapkan nyali dan fisik dulu, ya. Jangan lupa pakai celana yang anti sobek dan sandal atau sepatu yang kuat. Bagi yang gak kuat jantung dan sedang mengandung, lebih baik jangan coba-coba, deh. Bahaya kalau brojol di tengah hutan. Nanti mau kasih nama anaknya apa? Nglinggo Wati?
Semoga tragedi ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi rakyat Indonesia di masa depan. Selamat histeria!
*Foto-foto di atas sebagian besar diambil dari Insanwisata
Setelah melalui semua cobaan tadi, gue baru sadar, apa gunanya dari pagi-pagi sibuk milah-milih pakaian sama Dwi? Boro-boro foto cantik di kebun teh pakai topi ala-ala, di semua foto saja gak ada muka gue yang posenya layak diupload di instagram. Ada yang lagi teriak lah, yang mukanya tertutup rambut, muka lagi meringis lah. Harga diri sudah habis tercecer di atas tanah merah, satu foto cantik pun gak ada.
Sebenarnya seru banget sih off road di Nglinggo. Adrenalin betul-betul diajak naik turun. Berhubung ekspektasi awalnya gue pikir hanya foto-foto cantik di kebun teh, ternyata ada atraksi off road yang seru, jadi bawaannya sepanjang perjalanan masih terbawa kaget, gitu.
Anyway, buat yang tertarik untuk mencoba sensasi nyer-nyeran selama off road di Nglinggo, berikut daftar harga paketnya.
- Offroad jip dengan track pendek: 350k
- Offroad jip dengan track sedang: 450k
- Offroad jip dengan track panjang: 600k
- Offroad dan paket camping: 1.5 jt
Kalau mau mencoba off road di Nglinggo, sebaiknya persiapkan nyali dan fisik dulu, ya. Jangan lupa pakai celana yang anti sobek dan sandal atau sepatu yang kuat. Bagi yang gak kuat jantung dan sedang mengandung, lebih baik jangan coba-coba, deh. Bahaya kalau brojol di tengah hutan. Nanti mau kasih nama anaknya apa? Nglinggo Wati?
Semoga tragedi ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi rakyat Indonesia di masa depan. Selamat histeria!
*Foto-foto di atas sebagian besar diambil dari Insanwisata
Desa Wisata Nglinggo
Alamat: JL. Dekso - Plono, Kelurahan Pagerhajo
Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.
CP: 0822262283
FOLLOW ME HERE
17 Comments
Bwahahahahahahahahahahahahahahahahahahhaahaha perutku krammm ketawa ngakak. Ngahahahaha *sekian 😂😂😂
ReplyDeleteJangan sampe cepirit ya mbok :))
DeletePas Ekplor Deswita Malang juga pangeran Jombang itu teriak-teriak keguguran lagi pas naik jeep, -_-
ReplyDeleteBelum brojol-brojol ya... T.T
DeleteNjir ini tulisan bikin ngakak terpingkal-pingkal pagi hari. Mbak Raisa dipastikan akan syuting di lokasi tersebut sambil nyanyiin single barunya berjudul "Antara Harga Dirimu dan Kandunganku", duet ama Ariana Grande. Hahahahaha.
ReplyDeleteTersedia di website store bajakan terdekat anda..
Deletenamaku disebut2 sebagai pelaku pertama yang kepo sama pantat sowek. sialan.
ReplyDeleteHahha. dramamu lengkap banget Mba. Sumpah, kamu pertama kan polos banget ya. ga kenal kita semua, malah jadi bahan ketawaan di akhir acara. Pie rasane? Hahaha.
Pantat sowek, sendal jepat, ga jadi foto alan2 Syahrini wis.
Pie rasane? bagai jatuh tertimpa tangga trus kelindes sepeda..... ---_____________---
DeleteSebenarnya aku mau bantu loh, bantu motretin celana yang sobek kaakkakakakakka.
ReplyDelete:((((((((
Deletehahaha...serunyaaa....pengalaman banget ya jadinya. Gw jg pernah ada kejadian serupa dan sepanjang perjalanan tarik2 baju atasan supaya robeknya ga kelihatan. XD
ReplyDeleteHahahaha.. sakitnya sih gak seberapa ya, tapi menanggung malunya gak abis-abis.
DeleteHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAAHHAAAAAA.. Gak berhenti ngakak-ngakak aku mbaaak. Apalagi membayangkan mbak Rizka nutupin celana yang robek HAHAHAHAHA. Ya Allah, maafkan kami yang tertawa atas musibah ini. :D
ReplyDeleteAku maapkan... sebab, gak ada yang lebih kejam daripada orang-orang yang ngetawain langsung di tkp :))
DeleteNaik jeepnya seru amat ,sampai gencet-kegencet begitu. Seru teriakannya, bikin telinga pecah pastinya :D
ReplyDeleteCelana yang sobek kenapa tidak diphoto zoom biar lebih jelas gitu.
Hahahaha.. bisa menjalani hari-hari paska tragedi dengan tegar saja udah bersyukur, gak kepikiran buat foto. T.T
DeleteHai hai..sekarang di homestay sudah ada wifi nya...
ReplyDeletelumayan lah ,10Mbps
Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!