Terkadang gue bersyukur dulu bangsa Eropa pernah singgah di Indonesia. Beberapa diantaranya meninggalkan warisan 'baik' yang masih bisa kita rasakan sampai sekarang. Misalnya bangunan tua dan makanannya. Meskipun seiring perkembangan zaman, cita rasa makanan tersebut mulai diadaptasikan dengan selera lidah orang Indonesia.
Kali ini gue mau share tentang pengalaman icip-icip di salah satu kedai es krim legendaris paling terkenal di Jakarta. Kalau Malang punya Toko Oen, maka Jakarta punya Ragusa. Kedai es krim yang dibangun sejak tahun 1932 oleh Ragusa bersaudara, Luigie dan Vincenzo. Namun pada ahun 1970-an, usaha tersebut dialihkan ke keluarga adik iparnya yang merupakan keturunan Tionghoa, Yo Boen Kong dan Lie Pit Yin atau yang lebih dikenal dengan Ibu Sies.
Sayangnya saat bertandang ke sana, gue tidak bertemu dengan Ibu Sies. Salah seorang teman yang juga ikut ke sana, bergumam, "Yah, bukan ibu yang baik itu yang lagi jaga toko". "Loh emangnya kenapa,kak?," tanya gue ke Ka Idfi. "Kalau yang ini galak banget, kayak ibu tiri".
Terus terang kedatangan kali ini ke kedai es krim Ragusa bukanlah yang pertama bagi gue dan teman-teman lainnya yang juga ikut saat itu. Kami semua punya pengalaman berbeda. Gue pertama kali ke sana sekitar tahun 2006 atau 2007. Ya namanya pergi kulineran bareng teman-teman, pasti begitu kelar icip-icip gak langsung pulang donk. Kami ngobrol dulu, malas beranjak pula karena cuaca siang itu yang sedang panas banget. Belum ada 5 menit seelah mangkok es krim kami habis, gue perhatikan salah seorang pelayan bolak-balik melihat ke arah meja kami. Gue sempat bangun dari tempat duduk untuk merogoh uang recehan di kantong celana, tiba-tiba pelayan tersebut datang menghampiri langsung membersihkan semua mangkok kosong yang ada di meja kami. Ya okelah, biar gak berantakan, kan. Ketika gue duduk lagi, itu pelayan malah menatap ke arah meja kami sinis banget, seolah-olah berkata, "Yaelah kapan pulangnya sih lu?", Begitulah kurang lebih pengalaman pertama gue ke sana.
Nah, saat ke sana lagi tempo hari, pengalaman agak kurang menyenangkan terjadi lagi. Jadi sistem pemesanannya itu self service, kami antri untuk order dan langsung bayar di kasir, kemudian antri lagi untuk mengambil pesanan. Di saat antri untuk order, kurang lebih ada sekitar 3 - 4 orang di depan, gue diberikan selembar kertas berlaminating berisi menu es krim. Tiba-tiba, out of nowhere, this lady came and shout, "Jangan banyak tanya, itu ada tulisan sama gambarnya masing-masing. Jangan tanya banana chocolate ada pisangnya apa gak. Jangan tanya chocolate sundae itu rasa apa. Gak bisa baca apa?". Padahal gue dan orang-orang di depan gak ada yang berucap satu patah kata pun apalagi nanya sesuatu ke ibu ini. Kak Arief yang berdiri tepat di depan gue, sempat berbisik, "Mungkin hidupnya kurang bahagia". Gue juga berpikiran hal yang sama, sih.
Lain lagi cerita salah satu teman gue, Fenny. Dia datang bersama rekan kerja dan bosnya tahun 2016. Sejak baru tiba, sampai es krim mau habis, meja bekas orang yang sebelumnya duduk di meja itu, belum juga dibersihkan. Akhirnya bosnya minta tolong ke salah seorang yang bekerja di sana. Seorang bapak-bapak menghampiri, and you know what he said? "Sabar kek, bu! Udah kayak ratu aja!," dengan nada membentak.
Bukannya pembeli itu raja, ya? Jujur saja baru kali ini gue datang ke kedai es krim, which supposed to be the right place for happiest people, malah serasa kayak lagi dibentak ibu mertua di sinetron Tersanjung. Setahu gue, es krim itu bisa buat orang rileks. Ini kok sentimen banget, mak!
Well, di luar pengalaman kurang menyenangkan itu, balik lagi yuk bahas es krimnya. Menurut gue, dibanding es krim bermerk yang ada di luar sana, cita rasa es krim Ragusa terbilang biasa saja, sih. Karena katanya, es krim ini terbuat dari bahan-bahan alami dan tanpa pengawet. Rasanya ringan banget, tapi harganya gak ringan, coy! :D
Range harga es krim Ragusa mulai 15k IDR hingga 35k IDR. Gue order chocolate sundae untuk satu scoop seharga 25k IDR. Ukurannya bisa lihat sendiri di foto, ya.
I don't know why this place still running so well under management like a crap. Gue pernah mencoba es krim gelato di Jogja yang sudah terkenal seharga 25k IDR untuk 2 varian rasa/scoop, gak begini amat. Kami bayar 15k IDR sampai 35k IDR itu pakai uang cash loh, bukan ngutang. Apa minta tolong dibersihkan meja saja adalah sebuah dosa pelanggan? Kalau mereka gak bisa mengutamakan kenyamanan pelanggan dan memberikan service yang selayaknya pelanggan dapatkan, mending buat usaha es krim drive-thru saja.
Dari beberapa pengalaman teman-teman dan yang gue rasakan sendiri, gue bisa menyimpulkan kalau kedai es krim ini hanya menjual 'sejarah' saja. Rasa es krim biasa, pelayanannya bikin orang darah tinggi kumat. Kalau memang mereka belum bisa memberikan pelayanan ala restaurant pizza 'Bagaimana rasa pizzanya, kak? Pilihan yang tepat sekali!', Well, setidaknya berlaku biasa saja, jangan membentak pelanggan. Mereka yang datang ke kedai es krim ini pasti ingin bersantai mencicipi es krim sambil bernostalgia, bukan untuk nahan kesal karena dibentak. Kalau gak suka menghadapi tingkah laku customer yang datang dari latar belakang dan sifat yang berbeda-beda, sampaikanlah dengan cara yang sopan.
Kalau kalian tertarik untuk mengunjungi kedai es krim ini entah itu untuk mencicipi rasa es krimnya atau mencoba uji tensi di sana, silahkan cek map berikut.
FOLLOW ME HERE
26 Comments
Njerrrr. Ini cerita kemarin ternyataaaa. Gue kira cerita baru. Syukur gue enggam jadi ikutan 😂😂😂😂 dan malah sibuk meeting sampe lupa mau nyusul 😂😂😂😂
ReplyDeleteTapi kalau gak ke sana, gue gak dapet ceritanya donk yang ini T.T
DeleteDua kali ke Ragusa selalu aja ketemu ama tante yang lagaknya kek ibu tiri itu. Tapi yang terakhir kali ketemu ibu setengah tua di meja kasir yang ramah, apa itu yang namanya Bu Sies ya? Sungguh jadi nggak mood nulis setelah mendapat pengalaman sadis waktu itu, padahal layak direview seharusnya hahaha. Tapi memang gak dipungkiri es krim Ragus itu nikmat. Andai mereka nggak leleh kalau pesen bawa pulang, pasti kubelain pesen dua porsi Spaghetti Ice Cream-nya. ^^
ReplyDeleteIbu Sies yang pakai jilbab, koh.
DeleteIya, banyak yang dapat pengalaman digalakin juga ya ternyata. :))
Belum pernah kesampean cicip es krim di sini.. dan rasanya jadi enggan kalau mesti uji tensi :/
ReplyDeleteMending gak usah, Mas Gio.. Cicip es krim pedelpop aja :D
DeleteBaca pas sahur malah bikin kesedak :)
ReplyDeletemisalnya es krim ini rasanya uenakk bangettt kalau pelayanannya begitu ya mikir lagi.
Ya mau ga mau pembeli adalah raja, orang mau fotocopy masnya jutek dan ga mau streplessin aja aku ga mau balik lagi ke sana...
Nah itu!
DeletePerkara fotocopyan yang gak distreplesin aja bisa bikin orang malas balik lagi, gimana soal perut kan tuh. :D
Kadang orang rela kan bayar mahal walaupun rasa makanan biasa aja, tapi suasana oke dan pelayanannya juara. Ini zonk..
Aku kalau ada yang kayak gini, mau seenak apapun menunya ataupun tempatnya, tapi kalau pelayananya jelek gak akan pernah balik lagi miss. :D
ReplyDeleteIya, datang ke kedai es krim ini untung-untungan. Kalau gak ada ibu yang baik mah udah bikin malas duluan. Udah ketebak soalnya endingnya gimana :D
Deleteaduh ga deh mak makasih gw sih. bacanya aja emosi gimana kesana langsung, apalagi gw anaknya ga suka dibentak, yg ada berantem disana hahaha
ReplyDeleteHahahaha Kalau lagi darah rendah, coba aja ke sana mak. Siapa tahu naik tuh tensinya. :p
DeleteDi Jogja juga ada loh yang legendaris hahahahha.
ReplyDeleteItu mas Arif Pokto ikut ya? Hokya :-D
Wah, apaan tuh, mas?
DeleteIya Ka Aip Pokto. Mantab jiwa :D
Serem amat baca reviewnya...
ReplyDeleteMending cari tempat yg lain deh kalo gitu, "mungkin mereka lelah"
😁😁😁
Kalau yang jaga Ibu Sies mah baik, kalau yang satunya horor T.T
DeleteKalo kaya gitu kalo aku rasanya gamau balik lagi beli eskrimnya
ReplyDeleteMending cari yang lain ya..
DeleteYampun horor banget pelayannya haha.
ReplyDeleteBtw, gue tinggal di jak pus tapi belom pernah ke sana >.<
cobain kapan-kapan, buat sekedar tahu aja :D
DeleteSerem pengalamannya.
ReplyDeleteKalo di Medan yang legendaris itu es krim Tip Top, tapi pelayanannya sih nyaman, nggak seserem itu.
Kan enak ya kalau makan es krim dengan perasaan nyaman, gak kayak lagi masuk rumah hantu :(
DeleteVangkeeee, aku baca sambil ngakakkkk! wkwkwkwk km gak takut apa dituntut pencemaran nama ibu tiri sis? ngahahahah
ReplyDeleteRasa es krimnya jadi ga enak karena udah kesel duluan kali ya kak... hehehe...
ReplyDeleteGw sangking KZL nya , ampe ga ditulis2 pengalaman kesini. Hahahha
ReplyDeleteWah, sama ternyata.
ReplyDeleteSaran saya kl blm punya Hati mental baja untuk dianggap kita ini pembeli seperti peminta sumbangan jgn kesini lah..
Kapok deh ternyata si encik2 itu memang judesnya gk ketulungan. Kl tahun 1945-1990an masih ok lah dibilang Ice cream paling enak, tp kl sekarang sih sudah kebanting oleh ice cream lain (Dairy Q, dll).
Mending saya bayar mahal dikit ditempat lain drpd beli 30-40rb tapi saya & anak saya digalakin tanpa alasan jelas!!
Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!