Aroma petrichor masih tercium saat kami baru saja keluar dari homestay. Di sisi jalan, penuh dengan kebun buah salak milik warga. Kabut tipis turut mengisi sela-sela pepohonan dan jalanan yang kami lalui. Aaah... sumpah teduh banget! Suasana pedesaan seperti ini nih sudah lama sekali gak gue rasakan.
Main ke Perkebunan Salak
Pagi
itu kami akan ditemani oleh Pak Ngatijan dan Pak Noto - pengurus Pokdarwis Desa
Ekowisata Pancoh untuk melihat-lihat kebun
salak. Di desa ini, setiap halaman rumah warganya berjejer pohon
salak. Meskipun ada juga yang punya kebun khusus untuk ditanami pohon salak.
Salak sudah lama menjadi sumber mata pencaharian warga Desa Pancoh. Meskipun daya jualnya sudah gak sekuat dulu. Nyatanya, harga satu kilogram salak pernah setara dengan satu
karung beras. Namun penurunan nilai jual tersebut gak membuat warga desa mengganti
dengan tanaman lain yang lebih bernilai jika dijual, karena salak sudah menjadi identitas dan ciri khas Desa Pancoh.
Saat berjalan menuju ke salah satu rumah warga, Pak Ngatijan, menyuruh kami menoleh ke belakang. "Itu loh mbak, Merapinya lagi kelihatan jelas," katanya pada beberapa teman yang sedang berjalan menuju kebun salak. Benar saja, begitu kami semua menoleh ke belakang, Gunung Merapi tampak jelas sekali.
Hm, pantas saja udara di Desa Pancoh ini sejuk banget, wong dekat gunung!
Setelah berjalan sekitar 5 menit, kami langsung diajak melihat proses penyerbukan pohon salak. Sebenarnya gue agak takut main ke kebon salak. Soalnya di sekitar pohon-pohon salak itu banyak tanah yang berlubang, parno takut ular tiba-tiba muncul. Tapi berhubung kali ini bareng teman-teman lain, ramean gitu, jadi ya memberanikan diri saja, deh.
Kami disambut langsung oleh Pak Harsono, pemilik lahan kebun salak yang kami kunjungi. Beliau menjelaskan pada kami bagaimana proses mengawinkan buah salak. Ternyata caranya mudah banget, bok! Gak perlu pakai penghulu, ditambah saksi kedua belah pihak, apalagi restu orang tua yang kasih syarat calon mantu seabrek. T.T
Jadi menurut beliau, teknik mengawinkan buah salak yang paling umum adalah dengan penyerbukan. Sebelum melakukan penyerbukan, kita harus memilih pohon salak yang sudah berbunga. Lalu menyeleksi lagi bunga jantan dan betina yang sudah siap dikawinkan. Oke, gue baru tahu kalau bunga ada kelaminnya juga.
Kemudian potong tandan bunga jantan, dan diketuk-ketuk di atas bunga betina hingga sari-sari bunganya jatuh dan menempel di bunga betina. Setelah itu tutup tandan bunga betina yang sudah diserbuki tadi agar aman dari tiupan angin dan hujan. Penutupnya bisa menggunakan daun atau kantong plastik. Biasanya setelah 5 hari, penutupnya sudah bisa dibuka. Proses penyerbukan ini dilakukan pada pagi atau sore hari.
Tumpukan daun ini bisa dijadikan pupuk kompos di kemudian hari |
Setelah selesai belajar mengawinkan buah salak, kami dipersilahkan untuk memetik buahnya dan mencicipi sepuasnya. Ini nih yang ditunggu-tunggu. Salah seorang teman dari Jombang, si Alid, terlihat gak berhenti mengunyah salak sejak kami memasuki kebun salak hingga hendak beranjak dari sana.
Setidaknya ada 3 jenis buah salak yang ditanam di Desa Pancoh. Diantaranya yaitu salak madu, salak gading, dan salak pondoh. Beda dari salak madu dan salak pondoh yang rasanya manis, salak gading cenderung lebih asam. Namun kelebihannya, salak gading bisa digunakan untuk mengobati penyakit diabetes. Warnanya pun agak kekuningan.
Buah salak yang sudah diolah menjadi kerupuk. Rasanya gak terlalu manis dan renyah. Enak! |
Wisata Susur Sungai
Puas mencicipi buah salak, kami langsung diajak untuk menyusuri Sungai Kaliadem. Kegiatan susur sungai merupakan salah satu aktivitas unggulan di Desa Ekowisata Pancoh. Hm, siap-siap kedinginan nih.
Rute susur sungai ini kurang lebih sekitar 200 meter. Kelihatannya pendek, tapi terasa panjang banget. Karena jalan menerobos sungai dingin, dan penuh bebatuan yang licin dan berlumut, bukanlah hal yang mudah.
Kedalaman air yang cetek, dan arus yang gak kencang, membuat kegiatan susur sungai seperti ini cocok sekali untuk segala usia. Mau ajak anak-anak pun aman, asalkan tetap dalam jangkauan penglihatan dan pengawasan orang tua. Supaya lebih nyaman, sebaiknya gunakan celana pendek dan untuk yang berhijab bisa menggunakan celana panjang berbahan ringan.
Awalnya, gue dan teman-teman berniat sekalian mandi di sana, tapi gak ada satu pun dari kami yang melaksanakan niat tersebut. Maklum, airnya dingin banget. Jangankan mandi, mencelupkan seperempat badan saja sudah menggigil. Takut makin kisut. T.T
Mungkin karena gue, Rifqy, dan Hanif terlalu lama berjalan di belakang akibat keasyikan mengambil gambar, akhirnya kami ketinggalan jauh dari rombongan sirkus. Salah seorang pemandu menjemput kami dan mengajak kami melewati jalan pintas agar lebih cepat sampai.
Di akhir rute susur sungai, kami disambut oleh sebuah bendungan. Luasnya gak seberapa besar, tapi sepertinya sih bakal asyik kalau mancing atau sekedar foto-foto di sana.
Paket Wisata di Desa Ekowisata Pancoh
Selain wisata susur sungai, paket wisata yang ditawarkan oleh Desa Ekowisata Pancoh juga ada wisata petik strawberry, memerah sapi, dan belajar menanam padi di sawah. Namun, akan lebih baik jika kalian datang dengan rombongan. Nanti ada pengurus Pokdarwis yang siap menemani kalian berkeliling desa.
Gak jauh dari bendungan,terdapat bangunan yang tampak seperti aula terbuka yang bisa digunakan untuk mengadakan acara gathering. Kalau kamu tertarik untuk mengadakan gathering seperti acara arisan, outing, atau acara sekolah, juga bisa dilakukan di Desa Pancoh. Sambil menyelam minum air. Acara kumpul-kumpul bisa sambil sekalian berwisata edukasi.
Menginap di Homestay
Selama mengikuti rangkaian kegiatan Eksplor Desa Wisata Jogja, Desa Pancoh merupakan salah satu desa yang memberikan pengalaman berbeda dengan tinggal semalam di sana. Kalau kalian mau merasakan nikmatnya hidup di desa, pengurus Pokdarwis Desa Pancoh juga menyediakan fasilitas homestay. Sistem penginapannya bersifat 'Live in' Mereka akan mengatur dan memilihkan rumah warganya yang siap untuk dihuni tamu yang bertandang ke desanya.Semalam sebelumnya, gue, Aya, dan Dwi menginap di salah satu rumah warga. Menerima tamu asing bukanlah hal yang baru di Desa Ekowisata Pancoh. Beberapa rumah warganya, memang diperuntukkan tamu yang berniat untuk bermalam di sana. Induk semang kami, Bu Tina, menyambut kehadiran kami dengan penuh antusias. Beliau buru-buru pulang dari mushola begitu tahu kami sudah tiba di depan rumahnya.
Seperti yang dilansir dari blog Jejak BOcahiLang tentang homestay, dengan menginap di homestay, kalian gak hanya sekedar 'numpang tidur' saja, tapi ada bonding antara pemilik rumah dan tamu yang menginap. Di situlah letak kelebihan dari menginap di homestay. Gue berasa lagi menginap di rumah saudara sendiri. Terasa homey banget! Kehangatan dan kebaikan Bu Tina, sang pemilik rumah, meninggalkan kesan tersendiri bagi gue, Aya,dan Dwi.
Ketika baru datang, kami langsung disuguhi masakan yang dia buat sendiri. Tumpukan ikan di atas meja sungguh menggoda. Aya tanpa segan mengambil satu ekor. Gue ragu, mau ambil 1 ekor tapi takut kebanyakan. Akhirnya dibagi dua dengan Dwi. Meskipun pada akhirnya kami nambah lagi, sih. Ceritanya mau sungkan, tapi gak jadi karena terlanjur nikmat dan lahap makan. Ini antara lapar sama doyan, beda tipis, sih. Masakan yang dibuat Bu Tina enak-enak. Saking nikmatnya kami makan, sampai lupa fotoin makanannya. Pun begitu dengan saat kami sarapan. Sepulangnya dari menyusuri sungai dan kebun salak, lauk pauk sudah tersedia di atas meja makan. Ya ampun, rejeki anak soleha :D
Bagaimana tamu gak betah, kalau disambut dan diperlakukan layaknya keluarga sendiri seperti itu? Beruntung sekali kami bisa berkenalan dan tinggal semalam di rumah Ibu Tina.
Jadah Tempe, panganan tradisional yang baru pertama kali gue cicipi. Satu ya kurang :D |
Sedikit cerita mengenai Ibu Tina, beliau tinggal bersama suami dan anak semata wayangnya yang baru saja lulus SMA. Saat sarapan pagi, gue sempat mengobrol dengan beliau. Usut punya usut ternyata Bu Tina ini asli orang Lampung, yang gak sengaja bertemu suaminya di Tangerang. Lalu menikah dan diboyong ke Desa Pancoh. Jodoh memang penuh rahasia, ya. Siapa yang menyangka suatu saat nanti gue gak sengaja ketemu Liam Hemsworth saat lagi beli cireng di Ausie, terus tangan kami saling bertemu pas mau ngambil cireng, saling tatap, terus jatuh cinta deh kayak FTV di escetepe. #SiramAir
Biaya yang dipatok untuk menginap di homestay yang ada di Desa Pancoh sekitar 100k - 150k per orang. Harga tersebut sudah termasuk biaya makan sebanyak 2 - 3 kali, belum termasuk biaya paket wisata, dan lain-lain.
Zaskia Sungkar dan Raline Shah foto bersama Bu Tina |
Harmoni antar warga, alamnya yang masih lestari, dan ilmu yang diperoleh, menjadi satu paket sempurna bagi para tamu yang datang. Travelling gak hanya sekedar datang, motret, lalu pulang. Sempatkanlah berbaur dengan warga lokal, dijamin perjalanan akan semakin berkesan dan punya cerita yang bisa dibagikan. Selamat berlibur!
Jika berminat mampir ke Desa Ekowisata Pancoh, sila hubungi contact person di bawah ini.
Tlp/Sms: 081802652540 (Bapak Ngatijan) atau 081328002856 (Ibu Menuk)
Facebook: Desa Ekowisata Pancoh
Instagram: @desaekowisatapancoh
Email: pancohdesaekowisata@gmail.com
Lokasi Desa Ekowisata Pancoh
Baca juga:
JogJa Road Trip
Places
Ratu Boko ~ 6 Beaches in Gunung Kidul ~ Taman Sari ~ Queen of South Beach Resort ~ Lava Tour Merapi ~ Bukit Panguk Kediwung
Culinary in Yogyakarta
Bale Raos ~ Roaster & Bear Cafe ~ Tempo Gelato ~ Filosofi Kopi
Gudeg Pawon ~ Rekomendasi Kuliner Jogja
Gudeg Pawon ~ Rekomendasi Kuliner Jogja
Where to Stay
Desa Wisata
Off Road di Desa Bejiharjo ~ Keliling Desa Kebon Agung ~ Pengrajin Blangkon ~ Mengejar Sunset di Embung Nglanggeran ~ Off Road Ekstrim di Desa Nglinggo ~ Pasar Kembang ~ Susur Sungai di Desa Pancoh ~ Berburu Kerajinan di Desa Malangan
FOLLOW ME HERE
6 Comments
Dulu sering ke Pancoh, gak nyari salak sih, tapi nyari kambing sekandang-kandangnya.
ReplyDeleteWaw...baru tau kalau Ralinsah pernah ke Pancoh...
Iya, Raline habis menyapa fans di Desa Pancoh..
Deleteselalu ada bagian yang lucu dalam tulisanmu. Haha.
ReplyDeleteItu Zaskia Sungkar operasi plastik ya?
Itu Zaskia Sungkar saat sedang off syuting..
DeleteTapi pas di susur selokannya kok nggak ada yang berennag ya. Kataknya takut kedinginan semua hahahaha
ReplyDelete((((ketinggalan jauh dari rombongan sirkus)))) heeeh lu kata gw gajah maen hulahoppp T.T
ReplyDeleteEh tp suasana pagi di desa ini ngangenin bgt sih ya... adem bgt...
Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!