Setelah seharian berburu sakura, di hari ketiga ini gue berencana untuk mengunjungi Harajuku, Naka Meguro River, dan Jiyugaoka. Ke Tokyo tanpa menyempatkan diri ke Harajuku tuh ibarat makan ayam gepuk tanpa sambal super pedas. Sayangnya, gue dan teman-teman bangun kesiangan akibat kelelahan di hari kedua. Lalu apakah kami berhasil mengunjungi tiga tempat tersebut?
Drama Pencarian Coin Locker di Shinjuku Station
Getting
There: Dari Itabashi Station gue naik kereta Saikyu Line langsung
menuju Shinjuku-sanchome Station. Tarifnya ¥170, kalau punya Tokyo
Metro Pass nggak nambah bayar lagi.
Pukul
11 siang, kami baru beranjak dari apartemen. Kali ini dengan membawa
serta koper sekalian check out. Proses check out-nya sangat mudah.
Setelah mengunci pintu apartemen, kunci diletakkan di dalam mailbox
begitu saja. Saking rendahnya tingkat kriminalitas di Jepang, jadi
semua berdasarkan asa kepercayaan saja. Kalau di Indonesia, kunci
ditaro di mailbox gitu mah pasti langsung ludes tuh isi apartemennya.
Rencananya,
kami mau menitipkan koper di coin locker di Shinjuku-sanchome
Station. Karena malam harinya kami akan ke Kyoto dengan menggunakan
Willer Express Bus, yang lokasi terminalnya berada di selatan
Shinjuku Station. Masalahnya adalah ternyata Shinjuku Station ini
luasssssssss banget! Sebenarnya kalau luas saja tapi ketersediaan
lokernya banyak sih nggak apa-apa. Lah ini, stasiun seluas itu,
locker yang berukuran large hanya sedikit.
Kami
tiba di Shinjuku-sanchome Station yang masih terkoneksi dengan
Shinjuku Station. Begitu keluar dari mesin tiket, langsung bertanya
ke petugas stasiun tentang di mana letak coin locker. Katanya tinggal
belok ke kiri, lalu lurus saja. Benar sih, nggak jauh dari sana ada
jejeran coin locker yang dimaksud.
Koper
gue, Ismi, dan Rima berukuran 29” ke atas, sementara Ulfa kopernya
berukuran 24” tapi ada dua. Nah, coin locker yang berukuran large
hanya tersisa satu saja. Jadi Ismi langsung memasukkan kopernya ke
dalam locker, Ulfa pun begitu karena kopernya muat di locker yang
berukuran medium, jadi aman. Sementara gue dan Rima masih harus
mencari locker lain. Kalau sampai nggak ketemu bahaya, soalnya bisa
gempor geret koper ke sana ke mari.
Petugas
stasiun di sana kurang lancar bahasa Inggrisnya, jadi gue hanya
menebak-nebak apa yang dia katakan. Gue dan Rima berjalan sampai
ujung lorong, hanya ada tangga manual menuju ke atas. Akhirnya kami
menggotong koper kami ke atas dengan susah payah. Bok, koper gue 25kg
dan anak tangganya banyak banget. Nggak ada satu pun orang yang
membantu. Orang-orang di Tokyo ini rata-rata pada cuek dan terkesan
individualistis. Waktu di Seoul dulu, buset tanpa diminta pun ada aja
orang yang bantuin gotong koper.
Begitu
sampai atas, ternyata langsung keluar stasiun. Nggak ada apapun di
sana, cuma ada jalan raya. Coin locker pasti berada di dalam stasiun.
Akhirnya gue dan Rima kembali ke bawah dengan adegan ngos-ngosan
gotong koper lagi. Mana cuaca Tokyo lagi panas banget siang itu. Pas
sudah sampai di bawah lagi, gue dan Rima istirahat dulu, kelelahan.
Sementara Ulfa dan Ismi sudah aman dan damai sentosa. Kami
menghampiri Ulfa dan Ismi lagi.
Kami
memutuskan untuk ke Shinjuku Station. Kalau mau ke Shinjuku Station
dari Shinjuku-sanchome Station ini nggak perlu keluar stasiun lagi.
Karena ada jalan penghubung di bawah tanah gitu. Pikir gue, nggak
apa-apa deh lokernya berjauhan yang penting dapat. Perjalanan dari
Tokyo Metro Line ke JR Line jauh banget! Asli, Shinjuku Station
beneran stasiun terbesar deh!
Dari
kejauhan gue melihat coin locker, tanpa pikir panjang, langsung lari
menghampiri coin locker tersebut. Ternyata sudah penuh juga yang
ukuran large. Lalu Rima menanyakan hal ini lagi ke petugas stasiun
yang lain. Katanya masih harus jalan lagi ke arah JR Line.
Begitu
sampai di area JR Line, Ulfa langsung lari menuju coin locker yang
dimaksud petugas stasiun tadi. Ternyata penuh juga. Gue udah lemas
banget pengen langsung nyari alternatif lain. Antara mau gue titip di warnet atau kirim kopernya langsung ke Kyoto
saja, ya?
Ternyata,
masih ada jejeran coin locker lagi di bawah. Tahu nggak, ternyata di
jejeran coin locker yang ini masih banyak banget locker yang kosong!
Ya Allah, kenapa nggak daritadi saja, sih.
Selesai
sudah drama pencarian coin locker di Shinjuku Station. Biaya sewanya
¥800 seharian. Nanti keluar struk dari mesinnya yang berisi password
untuk membuka lockernya lagi. Jangan sampai hilang!
Karena
kecapekan, teman-teman gue langsung duduk selonjoran di lantai. Tapi
nggak lama dari itu ada satpam menghampiri. Gue yang menyadari hal
ini, langsung kasih kode ke mereka buat bangun. Untung tu satpam
nggak mengerti apa yang gue bilang.
Tips: Kalau mau sewa locker, apalagi yang ukuran large, sebaiknya datang sepagi mungkin.
Tips: Kalau mau sewa locker, apalagi yang ukuran large, sebaiknya datang sepagi mungkin.
Tokyu Plaza Omotesando
Getting
There: Naik kereta Fukutoshin Line ke Meijijingu-Mae Station.
Keluar di exit 5. Tarifnya ¥170. Gratis kalau pakai Tokyo Metro
Pass.
Sebenarnya
tempat ini nggak sengaja gue datangi. Kebetulan kami lagi kebingungan
mencari Takeshita Street. Itu lho, jalan yang paling terkenal di
kawasan Harajuku. Begitu lihat bangunan Tokyu Plaza, gue langsung
ingat dengan fotonya @taramilktea yang pernah ke mall ini. Langsung
deh, gue mengajak teman-teman gue untuk menyebrang.
Spot
foto ini ada di bagian paling depan mallnya. Jadi nggak perlu masuk.
Pas gue tiba di sana, ada bule cewek yang lagi foto pakai
handphonenya dengan mode self-timer. Lumayan lama nih nunggu si
bule kelar foto, soalnya tiap kelar cekrek, dia marah-marah sendiri.
Kalau yang gue tangkap, dia kesel karena hasil fotonya nggak sesuai
yang dia mau. Lha, salah dia sendiri kenapa nggak minta tolong ke
orang-orang yang ada di situ. Daripada mulutnya dipakai ngedumel,
mendingan dipakai buat ngomong minta tolong ye kan. Jangan diam-diam
tapi kesel. :D
Setelah
bule itu kelar, giliran pasangan pre-wedding. Ternyata fotografer dan
clientnya orang Indonesia juga. Fotografernya baik banget, ngasih
kesempatan ke gue dan teman-teman dulu karena dia masih harus nge-set
kameranya. Begitu dia kelar, gantian gue yang kasih dia
kesempatan. Enak deh pokoknya, saling pengertian.
Takeshita Street
Getting
There: Dari Meijijingu-mae Station, exit 5, tinggal jalan kaki
saja lurus lalu belok kanan. Begitu ketemu Harajuku Station, nggak
lama kemudian pasti ketemu kok jalanan ini. Letaknya ada di sebelah
kanan.
Di
sepanjang jalan ini penuh sama lautan manusia. Di sisi kanan dan kiri
jalan ada banyak toko-toko yang menjual berbagai macam barang. Mulai
dari fashion, makanan, sampai souvenir.
Perhentian
pertama adalah Daiso. Boleh dibilang Daiso di Takeshita Street ini
lumayan besar. Ada tiga lantai dan barang-barang tiap lantainya
berbeda. Lantai pertama khusus makanan, lantai kedua khusus makeup,
lantai ketiga khusus perlengkapan dan perabotan rumah. Semua harganya
¥100, belum termasuk pajak 8%. Gue sarankan pas melakukan pembayaran
pakai uang tunai saja, karena pas gue coba pakai kartu kredit, nggak
terbaca sama sekali.
Kalau
mau beli oleh-oleh snack, mending di Daiso sih menurut gue. Karena
harganya jelas dan pilihannya lumayan banyak. Aneka snack dengan varian green tea banyak banget di sini. Bisa banget kan tuh buat kasih ke Pak Hansip yang jagain portal.
Tepat
di seberang Daiso, ada toko creepes. Gue nggak sempat mencari tahu
dulu sih, merk creepes mana yang paling enak di Harajuku. Fyi,
kuliner yang paling banyak diminati di Harajuku itu creepes. Jadi
sayang banget kan kalau sampai nggak nyobain. Demi berhemat tapi
tetap mau merasakan kenikmatan creepes di Harajuku, akhirnya gue dan
teman-teman memutuskan untuk beli satu creepes buat rame-rame. Udah
gitu milihnya yang paling murah pula. T.T #SobatMisqin
Kalau
kalian berminat untuk hunting baju bekas alias thrift shopping, maka
Harajuku, lebih tepatnya Takeshita Street ini banyak banget toko-toko
yang menjual baju-baju bekas. Tentunya kualitas dan harganya nggak
bisa disamakan dengan Pasar Senen atau Metro Passer Baroe Jakarta,
ya. Baju-baju yang dijual masih dalam kondisi layak pakai banget. Gue
sempat cek harga di salah satu etalase toko, berakhir nggak beli
apa-apa karena harganya mahal, bok! Jangan berharap bakal nemu rok
yang harganya Rp. 50,000 dapat tiga items. T.T
Meskipun
nggak beli apapun, jalan-jalan di Takeshita Street ini seru banget,
lho. Nggak jarang kalian bakal berpapasan dengan cewek-cewek Jepang
yang dandanannya nyentrik banget. Keren deh pokoknya!
Entah
mengapa cuaca di Tokyo saat itu panas banget, padahal cuma 23° C.
Ulfa yang kebetulan sudah pakai jaket tebal warna hitam dari sebelum
check out tanpa pakai dalaman kaos yang proper, terpaksa harus cari
baju yang lebih nyaman. Padahal di Indonesia saja suhu bisa lebih
dari 33° C, tapi masih bisa survived. Ini karena sudah persiapan
pakai jaket tebal, takut kedinginan seperti hari sebelumnya, eh malah
kepanasan. Akhirnya kami masuk ke HnM untuk cari baju diskonan yang
sekiranya lebih nyaman. Alhamdulillah dapat meskipun pas sampai di
meja kasir agak shock, karena ternyata harganya belum termasuk pajak
8%. Jadi nggak begitu terasa 'diskonnya'.
La Vita at Jiyugaoka
Getting
There: Dari Meijijingu-mae Station naik kereta di Fukutoshin
Line. Tanpa transit, langsung turun di Jiyugaoka Station. Hanya saja,
Tokyo Metro Pass hanya meng-cover rute sampai Naka Meguro Station,
jadi begitu turun di Jiyugaoka Station kalian harus melakukan fare
adjustment sebesar ¥160 di kantor pengelola stasiunnya. Kalau tanpa
Tokyo Metro Pass ongkos tarifnya sebesar ¥330. Begitu keluar
stasiun, langsung ke arah kanan. Jalan saja lurus sampai bertemu
tulisan “La Vita”
Gue
harus akui, suasana di sekitar daerah Jiyugaoka ini enak banget!
Banyak pejalan kaki lalu lalang, suasananya tenang, dan banyak
jejeran toko dan cafe lucu.
La
Vita ini merupakan area komplek pertokoan yang nggak begitu luas.
Saat gue ke sana hanya ada beberapa toko saja yang masih buka. Ada satu cafe dan dua
toko perhiasan. Nggak ada turis lain yang datang kecuali kami dan sepasang turis yangsedari tadi asyik foto-foto.
Saat berada di La Vita, atmosfer Kota Venice sangat kental terasa. Apalagi ditambah dengan bentuk bangunan dan sungai buatan beserta gondola yang menyerupai aslinya. Nggak ada biaya atau tiket masuk, karena area ini bebas untuk umum dan bukan tempat wisata.
Sore-sore jalan kaki di daerah Jiyugaoka juga nggak kalah asyik. Suasananya romantis banget. Apalagi saat satu persatu toko mulai menyalakan lampu hias di depan tokonya. Belum ditambah udara yang mulai dingin sore itu.
Sore-sore jalan kaki di daerah Jiyugaoka juga nggak kalah asyik. Suasananya romantis banget. Apalagi saat satu persatu toko mulai menyalakan lampu hias di depan tokonya. Belum ditambah udara yang mulai dingin sore itu.
Shinjuku
Getting
There: Naik kereta di Tokyu-Toyoku Line, pas di Naka-meguro
Station nggak usah keluar kereta, soalnya keretanya lanjut masuk
Fukutoshin Line. Turun di Shinjuku-sanchome Station. Ongkosnya ¥330.
Kalau pakai Tokyo Metro Pass hanya bayar tiket dari Jiyugaoka ke
Naka-Meguro sebesar ¥160 saja.
Sebenarnya,
kami mau mampir ke Naka-Meguro River. Begitu turun di Naka-Meguro
Station dan bertanya di mana lokasi Naka-Meguro River kepada salah
seorang petugas, dia malah memberi tahu bahwa cherry blossom sudah
nggak ada. Jadi percuma juga kalau ke sana. Malahan kami diberi
stiker yang gambarnya Naka Meguro River satu persatu. Dia sempat
pamer, “I took this photo”. Jadi gambar stiker itu katanya sih
hasil fotonya gitu. Nggak jadi lihat sakura di Naka Meguro River pun
nggak apa-apa deh, lumayan dapat stiker lucu dan kebaikan dari
bapak-bapak petugas stasiun.
Di
Shinjuku gue sudah kehabisan ide mau ke mana. Niat mau ke Don Quijote
atau ke jalanan yang ada patung Godzilla, pupus sudah seiring dengan
sikil yang sudah pegal banget. Bawaannya mau duduk, buka sepatu,
terus dipijat-pijat gitu. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari McD.
Biar aman, kami kompakan pilih menu chicken burger seharga ¥200.
Lumayan mengeyangkan. Tadinya mau nyobain Yoshinoya asli sana, tapi
kata teman gue ada menu babinya. Sebenarnya McD juga nggak ada
sertifikat halalnya sih, tapi setidaknya nggak ada menu babi.
Daripada maag kambuh dan pingsan di jalan, ya sudah deh.
Perut
sudah kenyang, kami memutuskan untuk segera mengambil koper di coin
locker. Setelah itu ganti pakaian di toilet yang ada di Shinjuku
Station. Toiletnya bersih sih, tipe toilet kering gitu. Tapi bau amis
banget masa! Terbukti kan nggak semua toilet di Jepang itu high-tech
semua.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 21:45. Jadwal bus sekitar pukul 22:35. Masih
ada satu jam lagi nih kan. Setelah selesai beberes, kami langsung
menuju Shinjuku Express Bus Terminal. Naasnya, modem sudah habis
baterainya. Jadi nggak bisa mengecek lokasi Shinjuku Express Bus
Terminal via google maps. Nanya ke orang malah nggak ngerti bahasa
Inggris. Akhirnya modem gue colokin dulu ke power bank. Begitu modem
kembali nyala, langsung gue buru-buru jalan lagi, Karena waktu yang
tersisa tinggal 20 menit lagi, bok.
Ini
sekedar tips buat kalian yang mau beli koper ya. Pastikan koper yang
kalian incar itu rodanya empat dan tipe yang restletingnya di tengah
gitu. Jadi begitu koper dibuka, maka koper akan terbagi dua 50:50.
Jangan yang pas dibuka, jadi 30:70 atau bahkan 20:80. Ngerti nggak
maksud gue? :D
Kenapa
gue sarankan demikian? Karena koper yang punya roda empat dan partisi
50:50 bakal lebih mudah digeret dan didorong. Kebukti dua teman gue
yang punya koper bukan 50:50 terasa lebih berat kopernya dan jalan
pun jadi lebih lama. Padahal koper gue itu yang paling berat lho di
antara mereka.
Nah, pas gue lagi jalan buru-buru menuju Shinjuku Express Bus
Terminal, mereka tertinggal jauh di belakang. Sehingga gue harus
berhenti, naro koper gue, lalu lari nyusul ke arah mereka buat
bantuin bawa kopernya biar cepat sampai. Bok, Jepang itu kan terkenal
dengan ketepatan waktunya ya. Kalau sampai ketinggalan bus, gue nggak
kebayang harus nombok berapa lagi.
Setelah
dibubuhi adegan lari-lari mencari lokasi terminal bus, kami
tiba tepat waktu. Tepatnya 10 menit sebelum bus berangkat. Kebayang
nggak kalau gue ikutan jalan lambat juga? Mungkin malam itu gue lagi
nangis-nangis gara-gara ditinggal bus. Kalau kalian nggak mau
mengalami adegan lari-lari nyari terminal, sebaiknya berangkat ke
terminal bus lebih cepat ya. Lelah shayyy..
Begitu
duduk di dalam bus, gue langsung mengisi baterai handphone yang sudah
habis. Setelah itu tidur dengan lelap sampai sopir bus mengumumkan
bahwa kami sudah sampai di Kyoto.
Baca juga!
Japan Travel Hack:
6 Comments
Seru banget perjalanan ke Jepangnya Mbak Nidy.
ReplyDeleteNgomong-ngomong untung ketemu coin lockernya ya. Jadi berakhir lah dramanya :)
Iya, nggak kebayang mbak kalau harus geret koper seharian T.T
DeleteWah seru banget drama nya hihi... Mank kalau jalan slalu saja Ada kejadian Tak terduga
ReplyDeleteYang penting enjoy aja ya kak :)
DeleteWahaha, pengalaman masing-masing orang beda-beda ya, ada yang dapet pengalaman baiiiiiikkk banget sama orang Jepang. Atau mungkin mereka harus dimintai dulu? Apa karena lagi di dalam stasiun ya?
ReplyDeleteKalau di Tokyo, gue nggak nemu gi. Tapi begitu ke Osaka dan Kyoto, busettttt baik-baik banget orang-orangnya.
DeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!