Saat merencanakan trip ke Jepang bersama ketiga
teman seperjalanan, kami mencari penginapan di beberapa website booking hotel
online. Dari semua kriteria yang diminta oleh teman-teman, gue hanya minta
setidaknya kami menginap di rumah orang lokal yang bentuknya Jepang banget, meskipun hanya satu malam. Beruntung gue menemukan rumah yang gue mau melalui Airbnb dan
surprisingly kami hanya perlu membayar sekitar Rp. 60 ribuan rupiah per orang
selama tiga hari dua malam. Kok bisa?
Booking melalui Airbnb
Jika kalian sering membaca review penginapan di
blog ini, pasti kalian tahu deh kalau gue suka mencari penginapan di
airbnb.com. Di website ini, pilihan penginapannya sangat beragam. Berhubung
memang gue sedang mencari rumah bergaya Jepang, tanpa pikir panjang gue
langsung membuka website ini.
Untuk mempermudah pencarian, gue filter
dengan kriteria:
Bentuk penginapan: Entire house
Jumlah orang: 4
Fasilitas: Dapur, WiFi, Setrika
Gue mencari di tiga kota, yaitu Tokyo, Kyoto,
dan Osaka. Fyi, harga penginapan di Tokyo dan Kyoto entah mengapa saat itu lebih mahal, alhasil kami berjodoh dengan salah satu rumah mungil di Osaka.
Pembayaran di airbnb hanya bisa dilakukan dengan menggunakan kartu kredit.
Sebelum melakukan pembayaran, gue sempat menghubungi pemilik rumahnya melalui
direct message di airbnb. Rumah ini sepertinya baru saja masuk listing Airbnb.
Karena saat pertama kali gue lihat iklannya, belum ada review sama sekali dan
begitu gue kirim DM ke pemiliknya, dia nggak langsung menyetujuinya karena mau
berdiskusi dulu dengan partnernya.
Setelah menunggu beberapa hari, akhirnya
pemiliknya merespon positif permintaan menginap kami. Tanpa pikir panjang gue langsung
melakukan pembayaran full di muka dengan menggunakan kartu kredit. Setelah itu
mengirimkan nama lengkap, umur, serta gender kepada pemilik rumah. Meskipun
agak ribet, tapi gue maklum kok. Kalau gue jadi mereka juga pasti bakal
memastikan siapa orang yang bakal menginap di rumah gue nanti.
Proses Check-in
Kami tiba di Osaka sekitar pukul 7:30 p.m.
Stasiun terdekat dengan penginapan yaitu Tanimachi 6-chome Station, memakan
waktu sekitar 16 menit perjalanan dengan kereta subway dari Osaka Station.
Begitu pemesanan sudah dikonfirmasi, pemiliknya akan mengirim rincian alamatnya
dan rute menuju penginapan. Di rute yang dia kasih, menyarankan kami untuk
keluar di exit 7 begitu sampai di Tanimachi 6-chome Station. Setelah sehari
menginap, gue baru menyadari ternyata ada exit 3 yang lokasinya jauh lebih
dekat dengan penginapan. Entah mengapa pemiliknya malah nyuruh kami
muter-muter.
Uniknya, rumah yang kami sewa ini berada di
tengah-tengah pasar tradisional. Jadi nggak perlu khawatir kalau mau jajan atau
beli sesuatu yang mendesak. Tapi malam itu kami tiba di sana sudah pukul 9 p.m
dan suasananya sepi. Tinggal beberapa toko, rumah makan, dan kios takoyaki yang
masih buka. Jangan bayangkan pasar tradisional ala Indonesia yang becek dan bau sampah ya. Rumahnya ada di pojok gang buntu. Mudah kok mencarinya.
Rumah kami yang gerbang hitam kecil di ujung |
Boleh dikatakan rumah yang kami sewa ini memang
rumah tradisional yang sepertinya umurnya sudah lama. Kami agak kesulitan membuka pintu rumahnya.
Bentuk pintunya tuh model yang digeser gitu, tapi lubang kuncinya lumayan
keras. Begitu pintu bisa dibuka, kami langsung masuk. Pas mau dikunci, eh nggak
bisa lagi donk kuncinya. Akhirnya Ulfa keluar rumah mencari bantuan. Kebetulan
ada cewek yang baru pulang mau masuk ke dalam rumahnya di samping penginapan kami.
Dia bantuin kami sampai bisa mengunci pintu. Kata dia sih, memang pintunya yang
sudah rusak. Baik banget deh mbak-mbak itu. Meskipun nggak bisa bicara bahasa
Inggris, tapi mau aja gitu nolongin.
Kayak Rumah Nobita!
Begitu masuk ke dalam rumah, nggak langsung
ruang tamu. Kalau kalian pernah nonton serial Doraemon, nah rumah ini mirip
banget! Setelah pintu depan, hanya ada semacam foyer tempat menimpan payung dan
sepatu. Lalu masuk ke melewati lorong dan langsung tembus ke dapur.
Dapurnya cukup besar dengan peralatan masak dan
makan yang banyak dan lengkap. Dari semua property Airbnb yang pernah gue
inapi, mungkin rumah ini adalah yang paling lengkap peralatan dapurnya.
Meskipun rumahnya tradisional, tapi peralatan di dalamnya termasuk high-tech,
lho. Gue sempat kebingungan nggak tahu bagaimana cara menyalakan kompornya.
Akhirnya Ulfa ngotak-ngatik sendiri, begitu tahu caranya dia kegirangan.
Toiletnya pun nggak kalah canggih. Lebih
canggih daripada toilet airbnb yang kami inapi di Tokyo. Seperti biasa, ada dua
bilik WC dan kamar mandi dipisah. Jujur sih, kamar mandinya cakep banget untuk ukuran rumah lama dan kecil. Gue
dan teman-teman hanya teriak-teriak norak begitu sampai. “Oma, kamar
mandinya canggih”, “Rim, ini kamarnya kayak kamar nobita banget!”, “Ya ampun,
dapurnya gede banget”. Di bagian kamar mandinya, ada bath up dan shower.
Kebetulan selama menginap di sana gue nggak mencoba berendam di bath up. Jadi
nggak sempat cobain tombol-tombol yang ada di bath up.
Beranjak dari dapur dan toilet, kami masuk ke
area kamar. Kalau di Jepang kan kamar itu kayak ruangan serba guna ya. Bisa
jadi ruang tamu, ruang makan, kamar tidur. Nah inilah yang gue dapati di rumah
ini. Dari awal masuk gue nggak nemu ruang tamu sama sekali. Rupanya tempat
menerima tamu dan lain-lain itu ya di sini.
Ruangannya luas banget kalau hanya dijadikan
kamar. Kapasitas rumah ini sebenarnya untuk enam orang, tapi kami hanya datang
berempat. Gue nggak tahu apakah pemiliknya nggak sempat membersihkan bekas tamu
sebelumnya atau gimana. Soalnya begitu gue datang, ada karung besar berisi
sampah full belum dibuang, kasur yang sudah dalam keadaan siap/bekas pakai. Secara
gue dan teman-teman orang Indonesia ya yang sudah terbiasa lihat sampah, jadi
ya udah dibiarin gitu saja deh. Bingung soalnya mau dibuang ke mana lagi.
Untungnya, karena fasilitas di rumah ini sangat
lengkap. Jadi malam itu gue vakum semua kasurnya. Daripada tidur terasa ngeres
kan kasurnya. Nah di ruangan serba guna ini terbagi menjadi dua bagian dengan
pembatas sekat pintu geser khas Jepang. Bagian pertama inilah yang sepertinya
bisa dijadikan ruang serba guna. Ada tv LCD, WiFi portable yang sedang dalam
keadaan di-charge, dan meja ala tatami. Di bagian yang satu lagi hanya ada
empat kasur lesehan dan patung semacam tempat berdoa. Gue nggak tahu sih apakah
itu tempat sembahyang atau hanya pajangan.
Nah di bagian yang serba guna itu, ada lemari
yang mirip banget sama kamar nobita, tempat tidurnya Doraemon. Wah, buat
foto-foto seru sih. Sayangnya gue baru sadar begitu sampai di Indonesia kalau
gue belum ada foto lagi duduk-duduk ala tatami sambil ngeteh di situ.
Ada Taman Cantik!
Begitu pagi tiba, gue penasaran seperti apa
pemandangan di luar rumah. Jendela-jendela di rumah ini masih tradisional
banget. Terbuat dari kertas, benar-benar Jepang banget deh! Gue buka donk satu-persatu
jendelanya.
Jendela yang dekat area tempat tidur ternyata
nggak ada pemandangannya, hanya ada tembok saja. Lalu gue buka jendela di area
serba guna, ternyata ada taman kecil dengan bunga-bunga yang baru mekar. Adem
banget deh lihatnya, mana pagi itu sedang gerimis. Pas sarapan di ruangan itu
sengaja gue buka jendelanya supaya berasa kayak di film-film kartun Jepang
gitu.
Spooky!
Meskipun kelihatannya lucu, tapi sebenarnya
rumah ini cukup menyeramkan kalau malam. Jadi di ruangan bersekat yang bagian
tempat tidur itu, ternyata ada pintu. Nah, Rima iseng buka pintu itu. Isinya
ruangan nggak terpakai, berantakan. Begitu dia balik dari ruangan kosong
itu, Rima cuma bilang, “Eh, masa ada boneka susan”. Langsung dalam sekejap Ulfa
loncat ketakutan.
Sebenarnya dari awal kami tiba di rumah itu dan
melihat lorong menuju dapur gelap gulita karena belum dinyalakan lampunya, Ulfa
sudah tegang duluan. Sejujurnya juga gue takut, bok! Lah abisan langsung
keingetan film Ju On. Tapi kalau nggak ada yang berani masuk ke dalam, masa
kami berempat tidur di foyer.
Belum lagi di area tempat tidur, Rima lagi-lagi
iseng buka lemari yang berada di samping meja yang gue kira buat sembahyang
itu. Pas dia buka katanya ada frame foto tapi dalam posisi terbalik dan ada
tulisan kanji di sekitarnya. Ulfa panik lagi, “Aduhhh, udah Rim jangan
dibuka-buka lagi, ah. Nanti marah”. :D
Tapi selama kami berada di sana, nggak ada 'gangguan', kok. Jadi menurut gue aman-aman saja. Mungkin hanya kami yang kebanyakan nonton film. -_-
Lokasi Strategis
Seperti yang sudah gue bilang di atas. Rumah
ini lokasinya dekat banget dengan stasiun subway Tanimachi 6-chome. Begitu
keluar di exit 3, tinggal menyebrang, sudah sampai di gerbang pasar. Dekat banget pokoknya!
Rumah yang kami sewa ada di dalam pasar itu. Foto ini diambil dari depan exit 3 stasiun Tanimachi 6-chome. Dekat kan! |
Biaya Menginap
Terlepas dari suasananya yang cukup spooky,
rumah ini sangat gue rekomendasikan kok. Karena mumpung di Jepang, sekalian aja
tidur di tempat yang ambience-nya Jepang banget. Nggak hanya itu, fasilitas pendukung dan lokasinya yang sangat dekat dengan stasiun subway, pastinya memudahkan kalian selama berada di Osaka.
Day 1 ~ Day 2 ~ Day 3 ~ Day 4 ~ Day 5 ~ Day 6 ~ Day 7
Japan Travel Hack:
Cara membuat visa Jepang ~ Repot bawa koper di Jepang ~ Sewa kimono di Kyoto ~ Perlukah JR Pass? ~ Sewa WiFi di Jepang ~ Panduan membeli tiket Willer Bus ~ Rincian budget travelling ke Jepang ~ Itinerary trip ke Jepang 11 hari ~ Persiapan sebelum travelling ke Jepang ~ Ide Travel Outfit ke Jepang
Baca juga!
Japan Travel Diaries:Day 1 ~ Day 2 ~ Day 3 ~ Day 4 ~ Day 5 ~ Day 6 ~ Day 7
Japan Travel Hack:
Cara membuat visa Jepang ~ Repot bawa koper di Jepang ~ Sewa kimono di Kyoto ~ Perlukah JR Pass? ~ Sewa WiFi di Jepang ~ Panduan membeli tiket Willer Bus ~ Rincian budget travelling ke Jepang ~ Itinerary trip ke Jepang 11 hari ~ Persiapan sebelum travelling ke Jepang ~ Ide Travel Outfit ke Jepang
7 Comments
Aku kaget bacanya cuma bayar 60 ribuan, ternyata dapat dari point airBnB yah.. Lumayaaan banget itu, apalagi nginapnya di tipe rumah ya yang fasilitasnya mayan lengkap.. Impian banget bisa nginap di rumah model Jepang gini juga.. Semoga bisa kesampaian.. :D Untung gak ada yang aneh-aneh ya selama nginap di sana meski suasananya spooky.. :D
ReplyDeleteIya, berkat mengumpulkan poin berbulan-bulan T.T
DeleteAmien... smeoga bisa kesampaian juga. Mumpung di Jepang memang kayaknya sayang kalau nggak sekalian menginap di rumah model begitu. :D
Gilingan asik banget yaa rumahnya. Temen gw pernah cerita waktu ke Jepang pake tour guide dia dikasih kamar supeeerrr dupeeerrr kevil. Gw liat fotonya aja masih gedean kamar gw kemana-mana. Padahal kamar gw juga terbilang cukup kecil yah. Jadi ruangannya tuh cukup untuk satu kasur aja sama ada space kecil sebesar koper lah tapi harganya muahaaaalllll
ReplyDeleteRata-rata akomodasi di sana emang serba mini. Apartemen yang gue sewa di Tokyo juga gitu, bisa dipakai buat numpang lewat aja udah bagus T.T
DeleteIni kebetulan dapat yang lumayan besar.
halo, saya sudah daftar airbnb dengan referal anda, tetapi ketika melakukan reservasi tidak ada potongan harga.. knp ya?
ReplyDeleteSudah ke bagian payment?
DeleteKalau udah sampai bagian payment gak muncul juga diskonnya, kemungkinan karena total pembayarannya kurang dari $75.
hai mau tnya ditokyo menginap dimana yah.. sy rencana 8org hehhe. tq
ReplyDeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!