"Kak,
ke Pulau Pari ikut open trip mana?Budgetnya berapa?". Pertanyaan tersebut banyak sekali
yang masuk ke DM Instagram ketika gue baru saja pamer keberadaan di sana. Liburan singkat
gue ke Pulau Pari untuk pertama kalinya dengan modal nekat dan tanpa menggunakan jasa travel agent sama sekali. Jadi nggak
ikut open trip apapun. Semua serba mendadak dan go show saja. Gimana caranya?
*****************************
Getting There
Gue berangkat dari Pelabuhan Kali Adem, Muara
Angke. Sekarang sudah ada bus Trans Jakarta yang berhenti tepat di depan
pelabuhan ini. Jadi nggak perlu naik turun angkot lalu jalan kaki jauh lagi
hingga sampai di pelabuhan. Busnya ada yang dari Halte Jakarta Kota. Tarifnya
cuma Rp. 3,500 saja.
Step 1
Bogor/Depok/Bekasi
-> Pelabuhan Kali Adem
Naik kereta Commuter Line, turun di Stasiun
Jakarta Kota. Lanjut naik bus TransJakarta (busway) jurusan Muara Angke/Kali
Adem. Bisa ditanyakan lagi ke petugas di Halte Busway Jakarta Kota. Turun di
depan pelabuhan.
Tangerang
-> Pelabuhan Kali Adem
Gue ambil sederhananya saja, ya. Kalian bisa
naik bus 106 (turun di Tomang) atau bus 157 (turun di Grogol). Dari situ
tinggal pesan Grab Car atau GoCar. Kalau nggak salah dari Grogol ada angkot
tujuan Muara Angke, karena gue nggak dapat sumber informasi yang jelas. Jadi
gue sarankan dilanjutkan dengan taksi online saja. Praktis!
Stasiun
Pasar Senen -> Pelabuhan Kali Adem
Buat yang dari luar kota dan tiba di Jakarta
melalui Stasiun Pasar Senen bisa dilanjutkan dengan naik taksi/bajaj/taksi
online sampai Halte Busway Jakarta Kota. Lalu naik bus Trans Jakarta jurusan
Kali Adem/Muara Angke.
Step 2
Pelabuhan
Kaliadem -> Pulau Pari
Jadwal kapal di Pelabuhan Kali Adem jurusan
Pulau Pari nggak menentu. Sistemnya begitu kapal terisi penuh, barulah kapal
jalan. Gue tiba di pelabuhan sekitar pukul 8:00 a.m. kapal baru jalan sekitar
pukul 9:30 a.m. Tarif kapal tradisional ini adalah Rp. 45,000. Lebih mahal Rp.
5,000 dari informasi yang gue dapatkan melalui blog-blog orang. Perjalanan dari Pelabuhan Kali Adem ke Pulau Pari dapat ditempuh selama dua jam dengan kapal tradisional.
Marina
Ancol -> Pulau Pari
Tarif kapalnya Rp. 125,000 per orang. Maksimum
kapasitasnya hanya 180 orang per kapal, jadi gue sarankan untuk tiba di Dermaga
Marina Ancol sepagi mungkin. Karena fast boat
ini nggak hanya mengantarkan penumpang ke Pulau Pari saja, tapi juga
pulau-pulau lain yang ada di gugusan Kepulauan Seribu. Durasi perjalanannya
kurang lebih satu jam, tapi karena kapal ini juga mampir untuk mengangkut
penumpang di pulau lain, jadi kadang suka lebih lama.
Where to Stay?
Jika kalian datang pas akhir pekan apalagi
hari libur nasional, gue sarankan booking penginapan in advance. Karena jumlah homestay yang ada di Pulau Pari masih
terbilang sedikit. Nggak sebanyak Pulau Tidung. Semua penginapannya berbentuk
homestay. Nggak ada cottage, hotel, apalagi resort. Harga penginapan dengan
kapasitas 2-4 orang dan tanpa AC, yaitu sekitar Rp. 200,000 - Rp. 350,000. Sementara
untuk homestay yang punya kapasitas 5 orang lebih, biasanya dipatok harga Rp.
400,000 - Rp. 600,000.
Gue dapat penginapan seharga Rp. 250,000.
Dibandingkan dengan penginapan di Pulau Tidung, tentu saja penginapan di Pulau
Pari menurut gue relatif mahal. Kalau kalian pernah baca ulasan gue tentang PulauTidung, di situ gue dapat homestay seharga Rp. 300,000 sudah pakai
AC, ada dispensernya pula.
Kalau kehabisan homestay, biasanya orang-orang
menyewa tenda dan membuka tendanya di pinggir Pantai Pasir Perawan. Biaya sewa
tenda sekitar Rp. 100,000 dan biaya izin per kepalanya sekitar Rp. 35,000.
Food
Ya namanya di pulau, variasi makanannya pasti
nggak banyak. Begitu sampai di sana gue langsung beli pecel ayam seharga Rp.
22,000 yang terletak di depan dermaga. Rasanya biasa saja, ayamnya kecil, dan
sambalnya nggak ada rasa pedas sama sekali.
Malam hari, gue direkomendasikan oleh pemilik
usaha rental snorkeling untuk mencicipi aneka seafood yang ada di Pantai Pasir
Perawan. Harga satu kilogram ikan yaitu Rp. 120,000. Begitu juga dengan cumi.
Gue memilih pesan setengah kilogram cumi bakar seharga Rp. 60,000. Ukuran
cuminya besar dan begitu sampai di meja, kurang lebih jumlahnya satu nampan
gitu. Banyak banget, deh! Rasanya juga enak. Cuminya masih segar, berpadu
dengan bumbu kunyit, dan jeruk nipis, jadi membuat nafsu makan semakin lahap.
Selain kedua menu di atas, masih ada nasi
goreng, mie goreng, mie instant plus telur (Rp.10,000), gado-gado (Rp. 15,000),
dan ketoprak (Rp. 15,000). Kalian bisa menemukan warung yang menjual menu ini
hampir di setiap sudut pulau.
Mau nyemil? Tenang, di Pulau Pari ada banyak
penjual cilor dan telur gulung yang berdagang dengan gerobak. Harga untuk satu
tusuknya hanya Rp. 2,000. Rujak buah segar dengan siraman bumbu kacang yang
pedas dan nikmat hanya Rp. 10,000 saja. Air mineral ukuran 1 liter dihargai Rp.
10,000. Cukup mahal, ya. Supaya hemat, sebaiknya kalian bawa air mineral
sendiri dari rumah.
Jika
kalian nggak cocok dengan menu-menu yang gue sebutkan di atas, sebaiknya bawa
perbekalan dari rumah. Daripada masuk angin kan, gara-gara perut kosong
langsung kena angin laut.
How to Roam Around The Island?
Pulau Pari memiliki luas sekitar 41,32 ha. Konon dulunya pulau ini merupakan tempat mencari ikan bagi para nelayan-nelayan dari Pulau Tidung. Sampai akhirnya beberapa dari mereka memutuskan untuk menetap dan tinggal di Pulau Pari.
Pulau yang melintang dari barat ke timur ini bisa dikelilingi dengan tiga cara, yaitu:
1. Sewa sepeda
Harganya Rp. 20,000 selama 24 jam. Gue pinjam
mulai pukul 12 siang dan dikembalikan di jam yang sama pada keesokan harinya.
2. Naik Bentor
Bentor di Pulau Pari seperti bemo. Hasil
modifikasi motor dengan 'losbak' yang biasa digunakan untuk antar galon kalau
di kota-kota besar. Tarifnya sekali jalan Rp. 20,000 per orang. Cukup mahal
memang.
3. Jalan kaki
Cara ini adalah yang paling mudah, apalagi
buat kalian yang memang nggak bisa naik sepeda. Pada dasarnya pulau ini nggak
terlalu luas kok. Masih bisa ditempuh jalan kaki dari ujung ke ujung. Paling
spot yang jauh itu hanya Pantai Bintang saja.
ATM & Sinyal Ponsel
Belum ada mesin ATM di Pulau Pari, jadi
pastikan jumlah uang cash yang kalian bawa mencukupi kebutuhan kalian sampai
pulang ke rumah ya. Gue sempat kebingungan juga nih begitu sampai di sana,
untungnya uang yang dibawa cukup sampai kami pulang ke rumah.
Sementara itu untuk sinyal ponsel nggak ada kendala sama sekali. Gue menggunakan provider IM3 dan Axis, sinyalnya lumayan kencang. Di Pulau ini sudah ada tower BTS kok.
Sementara itu untuk sinyal ponsel nggak ada kendala sama sekali. Gue menggunakan provider IM3 dan Axis, sinyalnya lumayan kencang. Di Pulau ini sudah ada tower BTS kok.
Interesting Spot
Di Pulau Pari ada apa saja, sih? Sejujurnya
nggak terlalu banyak aktivitas yang bisa dilakukan di pulau ini. Menghabiskan
waktu selama dua hari satu malam sudah sangat cukup. Nah, selama dua hari,
kira-kira enaknya ngapain saja nih?
Berjumpa dengan Ratusan Bintang Laut di Star Beach
Awalnya gue sempat heran kenapa nama pantai
ini Star Beach. Sesampainya di sana dan berjalan di pantai yang sedang surut saat pagi hari, gue baru tahu
kenapa.
Saat air laut sedang surut, ada banyak bintang
laut yang terperangkap di pasir pantai. Jumlahnya ada ratusan! Semua bintang
laut di sini berwarna putih dan berukuran sedang. Karena jumlahnya yang banyak,
sebaiknya hati-hati saat berjalan di pantai ini. Karena bisa nggak sengaja
menginjak bintang laut yang ada di sini.
Tiket masuk ke pantai ini sebesar Rp. 2,500
per orang. Ada parkiran sepeda di depan gerbang masuk. Setelah lelah
melihat-lihat bintang laut, gue nyantai dulu di atas hammock yang sudah
tersedia di Pantai Bintang. Selain itu, ada beberapa ayunan juga. Asyik banget
deh suasananya.
Friendly reminder: Jangan pegang
apalagi mengangkat bintang laut dari dalam air. Karena bintang laut bernapas
dengan popula. Mereka nggak bisa menghirup udara langsung. Kalau ikan begitu
diangkat ke daratan sebentar kan masih bisa bernapas. Bintang laut nggak sama
dengan ikan. Jangan demi sebuah foto di instagram, kalian melakukan hal bodoh
ini, ya.
Pantai Pasir Perawan
Nggak sesuai namanya, karena sudah banyak
orang yang datang ke pantai ini, jadi ya sudah nggak perawan lagi donk pasirnya.
Yang datang ke pantai ini pun ternyata nggak perawan semua, buktinya ada banyak ibu-ibu,
bapak-bapak dan perjaka yang datang. :p
Pantai ini memiliki pasir pantai yang landai
dan aman banget untuk berenang. Bentuknya kurang lebih seperti laguna, seolah-olah air laut terperangkap ke dalam daratan. Kelebihan dari
pantai yang seperti ini, ombak dan arusnya sangat aman digunakan berenang untuk
anak-anak. Setelah berenang sekitar 10 meter dari pinggir pantai, kedalamannya
hanya sekitar dada orang dewasa.
Waktu terbaik mengunjungi pantai ini adalah saat matahari terbenam. Jika cuaca mendukung, sunset di sini bagus banget!
Bukit Matahari
Bukit
ini letaknya ada di dekat dermaga. Tinggi bukitnya nggak seberapa, malah
terlihat hanya seperti gundukan tanah yang tinggi. Katanya sih, kalau mau
melihat sunrise bisa di bukit ini. SinceI’m not a morning person, jadi gue
kelewatan untuk membuktikannya.
Saat ke sana, terlihat sedang ada
kapal kayu yang sedang dibuat. Gue jadi teringat tempat pembuatan kapal phinisi
yang ada di Tanjung Bira. Hanya saja kapal kayu yang sedang dibuat di Pulau
Pari ini jauh lebih kecil. Bapak-bapak yang sedang bekerja pun tampak nggak
bisa diajak ngobrol sama sekali. Jadi ya sudah, gue lanjutkan dengan foto-foto
saja.
Snorkeling
Kebetulan gue nggak mencoba
snorkeling di pulau ini. Maklum uang cash ngepas banget! Padahal ada rombongan
mahasiswa yang sudah bersedia ditebengi untuk join patungan sewa perahu bareng.
Harga sewa kapal untuk snorkeling sekitar Rp. 300,000/kapal. Sementara kalau
nebeng ikut rombongan orang gitu hanya bayar sekitar Rp. 80,000 – Rp. 100,000
saja per orang.
Budget Trip ke Pulau Pari Tanpa Travel Agent
Namanya budget itu besar kecilnya pasti relatif ya.
Total biaya yang dihabiskan untuk dua hari satu malam di Pulau Pari yaitu
sekitar Rp. 358,500 per orang. Kalau mau lebih murah lagi, coba datang dengan
teman-teman minimal lima orang. Pasti budget untuk penginapannya bisa lebih
murah lagi. Di post attraction gue
hanya memasukkan biaya sewa sepeda dan tiket masuk ke Pantai Bintang saja.
Tips:
- Jangan lupa bawa topi, kacamata, dan
sunscreen biar nggak jadi korban matahari.
- Kalau datang secara mendadak kayak
gue, langsung cari penginapan ke arah kanan begitu tiba di dermaga. Karena
itu arah menuju Pantai Pasir Perawan dan lebih banyak homestay di sana.
Jangan lupa tawar harganya.
- Bawa air mineral atau bahkan makanan dan
cemilan dari rumah. Karena harga makanan dan minuman di sana sudah pasti
lebih mahal. Tapi kalau kalian mau berbagi rezeki dengan penduduk pulau,
bakal jauh lebih baik.
- Meskipun Pantai Bintang ada di sebelah
barat pulau, tapi spot terbaik untuk melihat sunset justru ada di Pantai Pasir
Perawan yang ada di sebelah timur pulau.
- Keesokan paginya, segera pesan tiket
kapal untuk pulang. Karena nggak jarang banyak orang yang kehabisan tiket
atau ketinggalan kapal. Jadwal kapal tradisional yang berangkat dari Pulau
Pari ke Pelabuhan Kali Adem mulai pukul 10:00 a.m. Kalau sudah lewat dari
pukul 1:00 p.m. sudah nggak ada kapal lagi. Terpaksa kalian harus naik
fast boat.
- Siap sedia kantong plastik untuk
membawa pulang kembali sampah yang sudah kalian bawa, ya. Supaya kebersihan di
Pulau Pari senantiasa terjaga. Gue suka sedih kalau lihat pulau yang
pemandangannya sudah cantik banget, eh dirusak oleh ulah manusia hanya
dengan buang sampah sembarangan. Cukup botol air mineral dan ciki saja
yang jadi sampah, kalian jangan.
[Baca juga: Hobby Travelling? Wajib Pakai Sunscreen]
Itu dia panduan backpacking
ke Pulau Pari tanpa travel agent. Trip seperti ini cocok banget buat
orang-orang yang suka liburan mendadak tanpa persiapan sama sekali. Yang
namanya stress kan nggak bisa ditebak kapan datangnya, tapi setidaknya sudah
tahu kan obatnya apa? Jalan-jalan yang murah saja, gaes! Kalau mahal mah yang
ada tambah stress pas pulang nanti.
Semoga tullisan ini bermanfaat buat teman-teman yang
juga ingin ke sana dan bisa segera jalan-jalan ke Pulau Pari. Selamat berlibur!
27 Comments
sumpah aku udah mupeng bgt explore pulau seribu tp selalu jadi wacana forever. jadi pengen buru2 ke sana deh :")
ReplyDeleteNggak usah direncanain. Kalau direncanain berakhir wacana forever emang :D
DeleteItu aku juga dadakan banget, belum booking penginapan sama sekali malah.
Huaaaa lengkapnya baca tulisan kak Nidy..
ReplyDeleteMulai dari gmn ke Pulau Pari,penginapan,makanan sampai rekomendasi gimana baiknya di sana. Leng-kap 👌
Makasih banyak udah mampir...
DeleteBiar teman-teman yang baca jadi lebih mudah ke sana. :D
ulasannya keceee..
ReplyDeletejadi teringat perjalanan ke pulau pari beberapa tahun silam.. suasananya masih sama kayanya :)
-Traveler Paruh Waktu
Belum banyak perubahan berarti ya..
DeleteKepulauan Seribu emang mempesona. Banyak pilihan pulau yg keren. Cuman gue agak trauma Marissa Naik kapal Kayu. Waktu itu dari Kali Adem ga boleh berangkat dari syahbandar karena gelombang tinggi. 4 jam menunggu2 akhirnya berangkat , eh bener gelombang gede Banget. Jackpot deh sekapal . Pulangnya Naik fast boat deh .Ngeluarin bujet lebih deh .Tapi gak apa2 sampenya cepet. Mesti liat musim gelombang juga kalo mau kesana
ReplyDeleteGue pas ke Tidung lagi musim hujan kak, buset dah pas pulang serem juga. T.T
DeleteSelalu bermanfaat banget setiap post kamu saaay. Baru tau ternyata tanpa open trip bisa sampai ke pulau Pari.Pengen cari sunset ke sana nihhh gara-gara liat foto kamu cakeeeep banget.
ReplyDeleteMaacih...
DeleteCuzzz berburu sunset! :D
Akhirnya, kelar membaca sembari menikmati perjalanan laut. Hehe
ReplyDeletePanduannya sangat lengkap sekali. Tapi kok, wilayah pesisir harga seafood kok mahal banget yaa. Ikan sekilo sudah ratusan ribu.
Ku pengen ke sini, sekalian mampir ke Untung Jawa. Ada homestay teman di sana.
Itu kapal untuk disewa snorkeling sekali jalan atau sudah PP? muat berapa? durasinya? kalau 300 itu masih murah misal muat 10 orang. hehe.
Soalnya pesisirnya masih masuk Jakarta, jadi mahal T.T
DeleteSewa kapal buat snorkeling yang 300ribu itu biasanya dari siang sampai sore. Kapasitasnya bisa kok 10 orang.
wah sukak sekali dengan tulisannya!! sangat membantu dan bermanfaat
ReplyDeleteKak, punya kontak homestay di pulau pari gak?
ReplyDeleteKehapus sama aku. Maaf ya :(
DeleteFotonya bagus.. Pake kamera apa? :)))
ReplyDeleteFujifilm XM-1
DeleteBro mau nanya kita bisa jangkau destinasi disana naik sepeda kan ? Apa harus nyebrang pulau dulu ?
ReplyDeleteKak di homestay nya ada tempat buat masak nasi kaga?
ReplyDeleteNggak ada, kalau mau bawa rice cooker sendiri :D
DeleteHalo Mba, terima kasih tulisannya informatif sekali! :) Kebetulan saya ada rencana utk ke Pulau Pari dalam waktu dekat.
ReplyDeleteSaya mau tanya, Mba masih punya kah kontak penyedia fasilitas homestay di Pulau Pari? Kalau ada, boleh kah saya minta?
Makasih sebelumnya..
Halo, mbak. Aku baru banget nemu nomer teleponnya nih. Bisa DM ke Instagram aku gak? Nanti aku kirim ke DM ya
Deletekak, makasih infonya ya.
ReplyDeleteboleh minta kontak pemilik homestay nya? dan disana ada homestay yg ber-AC kah? dan berapa harga untuk sewa alat snorkeling? maaf nanya nya borong ya kak hihihi. Gbu
Kontaknya dm aja ke ig ya, nanti gue share by dm.
DeleteYang AC ada, tapi gak tau rate nya berapa.
Sewa snorkeling lupa harganya berapa.
Kak saya mau tanya untuk homestay 500/600 ribu itu perhari ya?
ReplyDeleteIya, range yang aku kasih di atas itu hitungannya per hari.
DeleteKira-kira di kapal bisa untuk bawa sepeda ga ya mbak ? Untuk biaya penyebrangan mungkin bisa di nego ?
ReplyDeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!