Di hari kelima, rencananya gue dan teman-teman mau langsung check out dari penginapan dan menuju Arashiyama, sebuah daerah di pinggiran utara Kyoto. Arashiyama sangat populer karena hutan bambunya yang menawan. Kalian pasti pernah melihat deh foto-fotonya di internet. Seharian itu bakal kami habiskan di Arashiyama saja, sebelum akhirnya berpindah kota ke Osaka. Apakah bakal seseru hari sebelumnya?
Pagi itu gue terbangun
paling terakhir. Ternyata tidur di futon bisa nikmat juga. Yaiyalah
nikmat, di kosan juga cuma di atas kasur tipis. Pas pembagian kasur,
ternyata tempat tidur yang memakai ranjang hanya ada tiga, sisa satu
yang lesehan di bawah. Gue lihat Ulfa sudah ada gejala yang
menunjukkan dirinya bakal sakit, takut malah makin parah keesokan
harinya, jadinya mending gue aja yang tidur di bawah deh.
Rambut nggak ditata
aneh-aneh seperti dua hari sebelumnya yang dicatok curly kayak
mau kondangan, hanya ditarik ke dalam. Ternyata malah lebih
bagus. Hari itu gue mengenakan kaos lengan panjang bergaris-garis
merah putih, dengan luaran overall dress, stocking hitam, dan
sepatu Oxford. Tak lupa cardigan merah, takut tiba-tiba suhunya
dingin seperti hari sebelumnya. Gue sengaja memilih warna merah,
karena tahu nanti pas di Bamboo Groove, warna hijau akan mendominasi
background foto. Btw, merah itu kontras dengan hijau. Biar stand
out aja gitu. #AnaknyaMikirinBanget ?
Apartemen yang kami sewa
dibiarkan begitu saja tanpa terkunci saat check out. Kalau
yang sudah baca postingan sebelumnya, pasti sudah tahu kenapa. Cuaca
cukup terik, matahari terasa hangat saat berjalan menuju Tofokuji
Station. Saat sedang menunggu kereta lewat di perlintasan kereta
dekat stasiun, ada rombongan cewek-cewek berpakaian heboh. Sebelum
mereka bersuara pun, gue langsung bisa menebak asal negaranya. Pasti
dari Korea, nih. Benar saja, begitu mereka mulai
memonyong-monyongkan mulut, langsung terbukti benar tebakan gue.
Setelah lima hari di Jepang, mulai kelihatan jelas deh perbedaan gaya
anak muda Jepang dan Korea Selatan. Dari sekali lihat saja pasti
sudah ketahuan.
Perjalanan Menuju Saga-Arashiyama
Getting There:
Naik kereta JR Line. Transit di Kyoto Station (Nara Line), lalu
lanjut naik lagi (San-In Line). Setelah enam kali melewati stasiun
pemberhentian, sampailah di Saga-Arashiyama Station. Tarifnya ¥240
(sekitar Rp. 31,200). Durasi perjalanan kurang lebih 30 menit.
Arashiyama mempunyai dua
stasiun, yaitu Saga-Arashiyama Station dan Arashiyama Station. Kalau
mau lebih dekat ke Bamboo Groove, sebaiknya turun di Arashiyama
Station. Tapi begitu cek google maps, rekomendasinya mengarahkan kami
untuk turun di Saga-Arashiyama Station (berdasarkan tarif lebih
murah). Bisa juga naik bus, namun dari tempat kami menginap rutenya
lebih mudah jika naik kereta JR Line.
Rute yang kami ambil
harus transit dulu di Kyoto Station. Kalau saja waktunya cukup, gue
mau banget eksplor Kyoto Station dulu. Soalnya desainnya bagus banget
pas gue lihat di google. Karena takut kesiangan sampai di Arashiyama,
akhirnya gue mengurungkan niat itu. Kelak kalau gue balik lagi ke
Jepang, Kyoto Station bakal masuk itinerary gue deh.
Perjalanan menuju
Saga-Arashiyama Station ternyata nggak membutuhkan waktu lama. Kereta
yang kami naiki juga modelnya seperti kereta ekonomi luar kota di
Indonesia. Kursinya saling berhadapan gitu. Begitu sampai di
Saga-Arashiyama Station, gue langsung melihat kereta wisata Sagano
Romantic Train yang sedang terparkir manis di sebelah rel
Saga-Arashiyama Station. Untuk kereta wisata ini, stasiunnya berbeda
dan bersebelahan dengan Saga-Arashiyama Station. Satu lagi nih yang
bakal gue masukkan ke itinerary selanjutnya kalau ke Jepang lagi. Gue
bakal naik Sagano Romantic Train pas Autumn. Boleh minta aminnya,
saudara-saudara?
Sewa Sepeda Keliling Arashiyama
Hal yang pertama
dilakukan adalah mencari coin locker. Sudah tiga hari
berturut-turut selalu direpotkan mencari coin locker yang
kosong. Begitu pun yang kembali terjadi di Saga-Arashiyama
Station. Locker ukuran large sudah terisi full semua.
Menurut saran seorang petugas stasiun, kami diarahkan untuk keluar
stasiun. Karena nggak jauh dari sana, ada tempat penitipan koper.
Berjalanlah kami ke sana.
Jaraknya cukup dekat, lokasinya ada di belakang stasiun. Ada banyak
jejeran sepeda di depan tokonya. Sebenarnya tempat penitipan ini
merupakan tempat penyewaan sepeda. Tapi juga bisa menitipkan koper
atau tas. Tahu nggak harga sewa untuk koper ukuran large berapa? Cuma
¥300 doank! Jauh banget selisihnya dengan di stasiun yang harganya
¥800. Seandainya ada tempat penitipan loker seperti ini di seluruh
Jepang.
[Baca juga: Drama Pencarian Coin Locker di Tokyo]
Gue dan Ulfa sudah
berniat untuk sewa sepeda pas di Arashiyama. Jadi sekalian deh gue
tanya berapa harga sewa sepeda untuk keliling Arashiyama. Ternyata
harganya ¥1000 dan harus dikembalikan tepat pukul 5 sore. Jadi jika
kalian mau menyewa sepeda juga, lebih baik datang sepagi mungkin,
biar puas. Soalnya gue tiba di Arashiyama sudah siang. Tanpa pikir
panjang, langsung gue bayar uang sewa sepedanya saat itu juga sebagai
tanda setuju. Mereka hanya meminta passpor untuk difoto pas bagian
biodata saja.
Gue juga diberikan peta
Arashiyama dan diberi tahu di mana saja lokasi tempat parkir sepeda,
serta jalan-jalan mana saja yang nggak boleh dilewati sepeda. Salah
satunya adalah di Bamboo Groove. Jadi saat di Bamboo Groove nanti,
sepedanya harus dituntun.
Di depan tempat penyewaan
sepeda itu, gue dan Ulfa berpisah rute dengan dua teman yang lain.
Karena mereka nggak bisa naik sepeda dengan lancar, daripada
membahayakan memang lebih baik nggak usah. Sepeda-sepeda yang
disewakan juga nggak boleh dinaiki dua orang.
Mencicipi Kopi Hits
Setelah berpisah, gue dan
Ulfa mengayuh sepeda menuju Sungai Katsura. Di dekat sana ada kedai
kopi yang sangat terkenal, namanya %Arabica Coffee. Tapi nggak
seru kan kalau nggak nyasar. Kami malah masuk ke gang-gang perumahan
yang bentuk rumahnya mirip banget seperti di serial Doraemon.
Seandainya pas lagi nyasar gini bisa berpapasan dengan Nobita dan
Giant. Kak Giant, ini Jaiko pulang kampung, kak..
Suasananya malah seperti sedang Autumn, warna pepohonan hijau dengan gradasi kecokelatan. Perasaan tenang dan damai disertai langit yang agak mendung menyambut kami
siang itu. Saking enaknya keliling di daerah perumahan yang ada di
sana, sampai nggak sadar kalau sedang nyasar. Tapi daripada semakin
jauh nyasarnya, akhirnya gue cek google maps lagi dan kami diarahkan
untuk kembali ke jalan yang benar. Sepeda berjalan di pinggir Sungai
Katsura, beriringan dengan mobil-mobil mewah yang atapnya terbuka.
Bukan, bukan mobil losbak yang buat mengangkut pasir. Mobil mewah lah
pokoknya. Dari sini saja gue sudah bisa menebak seberapa tinggi taraf
hidup orang-orang di Arashiyama. Bok,
nggak ada mobil jelek sama sekali di sana.
Lokasi
%Arabica Coffee nggak jauh dari Togetsukyo
Bridge. Begitu sampai
sana, gue bertanya kepada salah seorang tukang becak ganteng yang
kelihatan lagi mangkal, “Sumimasen, may I know where is parking lot
for bycicle?”. Ternyata nggak ada parkiran sepeda di dekat sana. Di
Jepang, sepeda pun nggak boleh parkir sembarangan. Kalau ketahuan
bisa kena denda. Akhirnya gue dan Ulfa sepakat untuk mencari
parkiran, lalu jalan kaki lagi ke %Arabica Coffee.
Parkiran
sepeda ada di dekat sebuah bangunan, seperti mall tapi nggak terlalu
besar. Masuknya lewat samping bangunan itu. Gue baru tahu belakangan
kalau bangunan itu ternyata Arashiyama Station. Biaya
parkirnya sekitar ¥150
(kalau nggak salah ingat) dan dibayar begitu sepeda mau diambil
nanti.
Setelah
memarkirkan sepeda yang ternyata prosesnya mudah banget, kami jalan
kaki menuju %Arabica Coffee lagi. Sepanjang jalanan yang ada di sana
dipenuhi toko-toko souvenir dan restaurant. Ada banyak jajanan ala
Jepang yang menggoda dan lebih murah dibandingkan dengan harga
jajanan yang ada di Fushimi Inari. Mochi di Arashiyama hanya ¥240
saja, sementara di Fushimi Inari ¥400.
Begitu
sampai di depan kedai kopi, gue dan Ulfa langsung masuk ke dalam
antrian. %Arabica Coffee ini selalu ramai dan antriannya mengular.
Tapi nggak usah ilfeel duluan karena melihat antrian panjang ini.
Sebenarnya prosesnya lumayan cepat kok. Gue mengantri sekitar 30
menit sampai di meja barista. Nggak bakal terasa lama kok, soalnya
antri di Jepang tuh enak, nggak bakal ada drama karena diselak.
Ditambah pemandangan Sungai Katsura dan orang-orang yang hilir mudik
di sana bikin mata adem.
Setelah
30 menit, akhirnya kami sampai di hadapan barista. Gue pesan iced
coffee latte seharga ¥500, sementara Ulfa order yang hot. Saran gue,
pesan saja yang hot, karena yang pakai es bakal terasa sangat dingin
karena ditambah udara Arashiyama yang sejuk.
Setelah
berhasil mencicipi kopi hits di Arashiyama, gue dan Ulfa duduk-duduk
santai di pinggir sungai. Kemudian ada seorang kakek duduk di sebelah
kami sambil membawa stroller. Wah, ini dia bawa cucu apa
anaknya ya? Kalau anak, apa nggak ketuaan?,
pikir gue dalam hati. Pas kami tengok isi strollernya, ternyata
anjing peliharaan. Lahhh
Si
kakek ramah banget. Meskipun nggak bisa bahasa Inggris, dia
mempersilakan kami untuk menggendong anjingnya. Apa daya, karena
takut kena air liurnya, jadi kami berdua hanya godain anjingnya dari
jauh. Sumpah lucu banget sih anjingnya!
Menikmati Pemandangan di Arashiyama Park & Kameyama-Koen
Setelah
dirasa cukup istirahatnya, kami jalan lagi menyusuri pinggir sungai.
Belum tahu bakal berujung di mana. Ada banyak pasangan dan keluarga
yang menyewa perahu untuk menikmati Sungai Katsura. Kalau nggak salah
lihat di loket penyewaan perahu, harganya sekitar ¥1,400 per jam
(sekitar Rp. 182,000). Suasananya dijamin bakal romantis, deh! Ada
yang pernah nonton The Notebook yang diperankan Ryan Gosling? Nah
seperti itulah suasananya.
Gue
dan Ulfa akhirnya duduk-duduk lagi untuk menikmati Sungai Katsura
sambil menghabiskan sisa kopi. Di tempat gue duduk kali ini,
suasananya lebih syahdu. Kalau di depan %Arabica Coffee lebih ramai,
nah di sini lebih tenang suasananya. Sesekali bapak-bapak yang sedang
mendayung perahunya menyapa kami dengan senyum. Kalau kalian sampai
saat ini masih ragu untuk travelling ke luar negeri hanya karena
takut nggak bisa bahasa Inggris, percayalah kalau bahasa bukan suatu
penghalang. Selama kalian masih punya tangan, kaki, dan suara untuk
berbicara bahasa Tarzan, nggak usah takut! Karena selama di Jepang,
banyak orang lokal yang nggak bisa bicara Bahasa Inggris kok dan
mereka tetap ramah, malah berusaha untuk berkomunikasi meskipun hanya
tersenyum.
Oh
iya, di dekat penyewaan perahu ini juga ada tap water.
Jadi kalau mau mengisi air minum, cari saja di sekitar area ini. Mau
langsung digogok dari kerannya juga terserah. Setelah melewati area
penyewaan perahu, jalanan bercabang dua. Kami pilih yang kiri. Di
depan kedai makan yang ada tempat duduk lesehannya, akhirnya kami
bertemu lagi dengan dua teman lainnya. Mereka baru saja dari
Arashiyama Bamboo Groove. Kata mereka, tinggal jalan lurus saja
mengikuti jalur.
Jalur
yang kami lewati ini lumayan gelap karena tingginya pohon-pohon di
sekitar. Konturnya sedikit berundak, jadi harus naik anak tangga.
Kalau hujan sih pasti licin banget, soalnya tebruat dari bebatuan
gitu.
[Baca juga: Seharian Berburu Sakura di Tokyo]
Nggak
lama kemudian, kami sampai di Kameyama-Koen, sebuah taman cantik yang
gue duga pasti banyak sakura tumbuh saat puncak musimnya. Ada gazebo
di sana dan sebuah pohon sakura yang masih mekar. Gue dan Ulfa
sepakat untuk makan perbekalan di sana sambil menikmati bunga sakura.
Kenapa gue bisa betah duduk berlama-lama di sana? Karena pemandangan
seperti itu nggak bakal gue lihat lagi begitu kembali ke Indonesia.
Jadi nikmatilah selagi bisa. Meskipun isi kotak makan hanya mie
goreng instan, tapi rasanya jadi makin sedap karena pemandangan di
depan mata.
Arashiyama Bamboo Goove
Perut
sudah diisi dan mata juga sudah puas melihat bunga sakura, kami
lanjut jalan lagi. Tanpa terasa ternyata sampai juga di Arashiyama
Bamboo Groove. Ini dia gongnya Arashiyama. Jadi jangan heran jika
banyak orang berada di hutan bambu ini. Untuk berfoto tanpa ada
orang-orang yang mengganggu latar itu adalah hal yang mustahil.
Kecuali kalian datangnya setelah subuh. Apa daya, karena gue
kesiangan sampai sana jadinya gue edit saja fotonya biar lebih
aesthetic.
Jalanan
yang ada di hutan bambu ini terbagi dua, untuk pejalan kaki dan
khusus becak Jepang. Jalurnya cukup panjang dan bermuara di jalan
utama di mana pusat perbelanjaan yang pertama kali gue lewati tadi.
Jika kalian memilih rute yang gue ambil tadi, yaitu masuk ke
Arashiyama Bamboo Groove dari arah Kameyama-Koen, itu artinya kalian
lewat jalur belakang. Terserah kalian mau lewat yang mana. Kalau gue
yang ditanya, gue lebih suka lewat jalur belakang. Karena kayak lawan
arus, jadi orang-orang yang jalan barengan dengan gue hanya sedikit.
Nggak berbondong-bondong seperti melalui pintu masuk. Kalau lewat
pintu masuk, lokasinya ada di dekat Tenryu-ji Temple.
Di
sini Ulfa sempat minta foto bareng kang becak yang sedang hilir
mudik. Awalnya sih basa-basi dulu di mana letak pintu keluar
Arashiyama Bamboo Groove, habis itu langsung todong buat foto bareng.
Si abang tukang becak ini tanpa segan langsung berpose dengan
senyumnya yang lebar sampai matanya kelelep pipi. Baik banget deh!
Dia juga ketawa pas gue bilang “Sayonara”, ditimpali Ulfa dengan
ngomong, “Sugoi”. Mungkin kalau gue ngomongnya “Ikeh ikeh
kimochi”, dia nggak bakala ketawa tapi langsung ngangkut gue dan
Ulfa naik becaknya, dibawa pulang ke rumah. T.T Untung nggak
keceplosan.
Arashiyama
Bamboo Groove ini bebas biaya atau tiket masuk. Begitu juga dengan
Kameyama-Koen dan Arashiyama Park. Ada beberapa kuil juga di sekitar
Arashiyama Bamboo Groove, namun gue nggak sempat masuk gara-gara
hujan. Yup, tiba-tiba hujan donk!
Begitu
keluar dari Arashiyama Bamboo Groove, gue dan Ulfa langsung lari
kocar-kacir menuju parkiran sepeda. Untungnya, lokasinya dekat dengan
pintu masuk Arashiyama Bamboo Groove ini. Hal yang pertama
diselamatkan adalah handphone dan kamera. Urusan kepala nggak
ditutupin mah urusan belakangan. T.T
Sempat
kebingungan pas mau mengeluarkan sepeda dari parkiran. Karena
petunjuk cara unlock sepeda dan bagaimana pembayarannya hanya
dijelaskan dengan huruf kanji. Alhasil google translate kembali
digunakan. Gue foto tulisannya dan voilaaa sepeda berhasil di-unlock
berkat google translate. :D
Kami
berdua langsung mengayuh sepeda menuju Saga-Arashiyama Station, lebih
tepatnya mau mengembalikan sepeda dulu sih. Karena waktu juga sudah
mendekati pukul 5 sore. Begitu sampai sana, belum terlihat dua teman
lainnya sampai di sana. Ternyata mereka sedang diajak jalan-jalan
masuk ke dalam Museum Kereta Api yang juga merupakan stasiun khusus
Sagano Romantic Train oleh petugas yang bekerja di tempat penyewaan
sepeda. Gue dan Ulfa pun langsung dipersilakan duduk sambil menunggu
mereka datang.
Begitu
mereka kembali, Rima langsung minta izin untuk numpang shalat.
Bapak-bapak yang bertugas di sana nggak fasih Bahasa Inggris. Salah
seorang dari mereka memanggil salah seorang wanita dari dalam kantor.
Ternyata wanita ini bisa ngomong Bahasa Inggris. Setelah dijelaskan
apa maksud kami, si Ibu itu langsung mengerti dan menyuruh temannya
memberikan terpal untuk alas kami shalat. Terus kami shalat di antara
sepeda-sepeda. Kalau diingat kocak juga, sih. Tapi gue dan
teman-teman sangat amat berterima kasih pada mereka. Karena sudah
disediakan tempat shalat.
Pas mau pamit pulang pun, mereka membekali kami satu per satu dengan jas hujan warna pink, bahannya bagus pula. Gue bawa pulang tuh jas hujan sampai Indonesia. Semoga kebaikannya dibalas Allah SWT. Amiin.
**************************************
Honestly,
kehangatan dan keramahan orang Jepang baru terasa saat gue berada di
Arashiyama. Dari bertemu kakek-kakek dengan anjingnya yang lucu,
abang becak yang lucu, hingga bapak-bapak yang menganggap kami
seperti tamu kehormatannya di toko rental sepedanya.
Pemandangan
dan suasana di Arashiyama yang syahdu juga semakin membuat perasaan
gue yang sejak pagi bawaannya kesal jadi tenang. Adem banget lah
pokoknya! Kalau ke Jepang lagi, pasti gue akan singgah ke Arashiyama
lagi, kalau perlu menginap deh di sana. See you soon, Arashiyama!
Tepat pukul 6 sore, gue dan teman-teman beranjak ke Saga Arashiyama Station. Oh iya, pas di Saga-Arashiyama Station ini, kami berkenalan dengan cewek, orang Indonesia juga. Ternyata dia lagi solo-backpacking ke Jepang. Kami berpisah di Kyoto Station, karena dia mau ke Kyoto, sementara kami menyambung kereta yang menuju Osaka Station. Satu jam kemudian, tibalah kami di Osaka Station. Kami segera mencari Osaka Tourist Information untuk membeli Osaka Amazing Pass yang akan digunakan keesokan harinya.
[Baca juga: Review Penginapan di Osaka]
Berhubung tulisan ini sudah lebih dari 2,000 kata. Jadi cerita selanjutnya akan gue sambung di judul berikutnya, ya. :D
Baca juga!
Japan Travel Diaries:Day 1 ~ Day 2 ~ Day 3 ~ Day 4 ~ Day 5 ~ Day 6 ~ Day 7
Japan Travel Hack:
Cara membuat visa Jepang ~ Repot bawa koper di Jepang ~ Sewa kimono di Kyoto ~ Perlukah JR Pass? ~ Sewa WiFi di Jepang ~ Panduan membeli tiket Willer Bus ~ Rincian budget travelling ke Jepang ~ Itinerary trip ke Jepang 11 hari ~ Persiapan sebelum travelling ke Jepang ~ Ide Travel Outfit ke Jepang
11 Comments
woooow.. hits sekali kakak, kalau dilihat-lihat sih emang puas abis sepedaan di arshiyama. Cuaaca bagus, udara yang dihirup masih asik banget, view bagus, ngopi-ngopi asik pula disitu. Beberapa kali pernah liat tukang beca di Jepang, abang-abangnya becaknya katanya sih passionate gitu ya.. eheheh
ReplyDeleteIya, tukang becak di sana kelihatan kerja pakai hati. Gue gak pernah ketemu tukang becak yang gak ramah. Meskipun gak naik becaknya pun, mereka ramah-ramah kalau ketemu orang.
DeleteCiee yang ngupi sama orang Jepang buahahhahahha.
ReplyDeleteTernyata kamu ke sini buat jelajah desa wisata hahahahhaha
Iya donk...#EksplorDeswitaInternasyionel
DeleteMenyenangkan sekali di Arashiyama yaak. Nuansa Jepangnya dapet bgt. Happy bgt ceritanya. Tapi mau nanya berarti nyewa sepeda deket stasion, nyasar, Lalu parkir deket stasion, ngupi Lalu ke kebon bambu, plgnya dekat stasion lagi? Berarti stasion nya semacem pusat peradaban ya?
ReplyDeleteKan di Arashiyama ada dua stasiun, kak. Tempat gue sewa sepeda itu di Saga-Arashiyama Station, sedangkan tempat gue parkir sepeda itu di Arashiyama Station. Nah, kalau Arashiyama Station itu ada di pusat peradaban.
DeleteDaerah ini tak kepoin karena pengen liat hutan bambunya yang khas. Liburan disini sepertinya akan menyenangkan dan berkesan.
ReplyDeleteWih penasaran sama kopinya loh, bambu nya juga bikin mata jadi pengen liat sana. Lokasi yang fotogenik dan rekomended deh.
ReplyDeleteWrna baju memang sangat menentukan bagus tidaknya foto yaaaa :p. Aku juga gituuu mba. Jd inget dulu pernah ga peduli ama wrna baju yg dipake. Pergilah aku ke white temple di Chiang Rai, dan aku pake baju warnaaaaa. .... Putih -_-. Pas difoto, lgs nyaru mana temple, mana aku wkwkwkwkwk. .
ReplyDeleteOmg, aku lgs pengen masukin arashiyama ke itinku january nanti. Kok baguuus yaaaa. Kalo hutan bambunya sih jujur aja ga tertarik. Tp tamannya td, dan kafe kopinyaaaa :D. Aku penyuka kopi soalnya.
Kalo orang2 jepang, aku juga seneeeng banget ama keramahan mereka mba. Thn lalu pas di museum doraemon, kita tuh minta izin mau solat. Dan mereka lgs nyediain tempatnya di bagian kayak gudang, tp bersih. Terharu sih.. Memang dasarnya mereka itu ramah2 banget ama turis
Hallo ka.. mau tanya dong
ReplyDeletenah Selama di Kyoto ini kan kk naik kereta mulai dari keluar apartment ke saga arashiyama contohnya. nah itu pake pass apa ya ka?
Di Kyoto gak beli kartu pass apapun. Soalnya pas dihitung, gak terlalu cuan juga. Jadi beli tiket satuan aja.
DeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!