Setiap negara yang pernah gue kunjungi, pasti memiliki kawasan Chinatown. Banyak penduduk Tiongkok yang merantau atau bahkan bermigrasi ke negara-negara lain untuk mencoba peruntungan. Meskipun sudah pindah ke negara lain, biasanya mereka tinggal berdekatan dan secara alami membuat kawasan Chinatown tersendiri. Jakarta juga punya Chinatown, lho. Tepatnya di daerah Glodok, Jakarta Barat. Ada yang sudah pernah ke sana?
Kawasan Chinatown Glodok
sudah lama menjadi destinasi wisata di Jakarta. Banyak turis asing
yang singgah di kawasan ini. Daerah Glodok cukup luas dan terbagi dua
oleh Jalan Gajah Mada. Glodok lebih dikenal sebagai pusat perniagaan,
khususnya untuk barang-barang elektronik. Pertama kali gue beli
playstation pun ya di Glodok. Harganya lumayan murah dibanding di
tempat-tempat lain, asal pintar menawar.
Di tengah hiruk pikuk
kegiatan jual-beli, melipir sedikit ke pinggiran, ada Gang Gloria
yang sejak dulu sudah terkenal dengan sajian kuliner yang menggoda.
Jika ingin berburu kuliner, datanglah ke kawasan ini. Ada banyak
makanan pinggir jalan atau yang dijajakan dengan gerobak tersedia di
sini. Mulai dari yang halal sampai yang non-halal sekali pun.
Beberapa minggu lalu, gue
dan L sengaja menyambangi kawasan ini lagi. Terakhir kali ke sana,
hanya nyobain Rujak Shanghai saja. Dirasa masih banyak yang belum gue
coba, akhirnya gue ke sana lagi deh. Berbagai jenis makanan ada di
Gang Gloria. Mulai dari bakso goreng, mie ayam, sekba, nasi hainan.
Cakwe. Macam-macam, deh. Namun kebanyakan memang menu non-halal.
Ada kejadian kocak sih
pas gue lagi motret di dalam gang ini. Saat kamera dalam keadaan ON,
tiba-tiba penjual sekba ikutan berpose lalu bilang, “Nanti
dipromosiin ya, mbak”. Gue hanya menjawab, “Iya, bang”. Lalu
dengan SKSD, gue samperin deh itu abang-abang. “Ini apaan sih,
bang? Babi, ya?,”tanya gue penasaran. “Iya, mbak. Nih cobain,
ya,”jawab si Abang sambil tanggannya cekatan mau menyajikan
dagangannya ke dalam piring untuk gue. Gue langsung panik, donk, “Eh,
bang, kagak usah, gue nggak makan babi, bang”. Si abang cuma santai
menjawab sambil terus masukin potongan daging ke piring, “Nggak
apa-apa, mbak. Sekali-kali lah”. Lah koplak. Tanpa banyak
bicara, gue tinggalin aja itu tukang Sekba. Bodo amat.
Perlu jadi catatan, defenisi halal memang nggak hanya sekedar daging babi atau bukan. Tapi menyangkut dari bagaimana hewannya disembelih, masaknya pakai panci bekas masak babi atau nggak. Menu-menu yang gue pilih kali ini yang nggak mengandung unsur babi (minyak atau daging). Setidaknya itu menurut pengakuan penjualnya ya. Selebihnya mau penjualnya jujur atau nggak, urusan dia ama Allah. #Samlekum
Nah, berhubung gue hanya bisa mencicipi makanan halal, jadi daftar makanannya nggak bakal terlalu banyak. Mau tahu nggak apa saja yang gue coba pas berada di sana?
Nah, berhubung gue hanya bisa mencicipi makanan halal, jadi daftar makanannya nggak bakal terlalu banyak. Mau tahu nggak apa saja yang gue coba pas berada di sana?
Kopi Es Tak Kie
Tak Kienal, maka tak
sayang. Ini adalah kunjungan kedua gue ke kedai kopi hits seantero
Glodok. Kedai kopi yang sudah berdiri sejak emak-bapak gue belum aqil
balik ini, masih ramai dikunjungi orang hingga sekarang.
Nggak seperti kedai kopi
kekinian yang menawarkan banyak menu dan jenis kopi dari seluruh
dunia, Kedai Kopi Es Tak Kie ini hanya menyajikan tiga macam menu
minuman saja. Diantaranya yaitu kopi susu (20k IDR), kopi hitam (17k
IDR), dan teh tarik (17k IDR). Sebagai teman minum kopi atau teh,
mereka juga menjual roti polos manis. Sayangnya, saat gue ke sana
rotinya sudah habis. Tapi gue sudah pernah mencoba kok saat
kedatangan yang pertama. Rasanya memang pas banget bila disandingkan
dengan teh atau kopi.
Urusan kopi, berhubung
gue penggemar kopi susu, sudah pasti yang gue pesan adalah es kopi
susu. Untuk es kopi, mereka sudah membuat kopinya sejak kedai belum
dibuka. Menurut informasi dari salah satu pramusajinya, memang nggak
bisa langsung disajikan begitu saja karena akan merusak cita rasa
kopinya. Jadi sudah dibuat stoknya gitu. Perpaduan kopi dan susunya
pas, susunya terasa tapi nggak balapan dengan cita rasa kopinya.
Favorit deh! Tapi jika dibandingkan dengan kedatangan pertama,
rasanya lebih nikmat kopi susu yang pertama kali gue coba.
Kalau datang ke sini,
jangan kaget kalau baru duduk sudah ditawari mau pesan nasi campur
atau nggak. Jadi persis di depan toko ini ada penjual nasi campur
yang bisa dinikmati di dalam kedai kopi ini. Buat yang Non-Muslim
mungkin bisa dicoba menu nasi campurnya. Konon enak juga sih.
Berhubung gue nggak makan babi, jadi gue skip ya, genks. :)
Mie Kangkung Jangkung
Gue sudah pernah nyobain
menu ini saat salah seorang direktur di kantor berulang tahun. Jadi
semua karyawan di-treat pakai mie kangkung ini. Ternyata asal
muasalnya ya di Gang Gloria ini. Sekarang cabangnya sudah banyak,
bahkan di Grand Indonesia Mall juga ada.
Lokasi Mie Kangkung
Jangkung berada di ujung gang, semacam food court ala-ala gitu
deh. Harga per porsinya 30k IDR. Kalian bisa pilih mau pakai bihun
atau mie kuning. Kali ini gue nyobain pakai mie kuning.
Sesuai dengan namanya,
dalam satu porsi ini kangkungnya banyak sekali. Kuahnya kental,
perpaduan rasa manis dan gurihnya pas. Ada potongan ayamnya juga yang
besar-besar. Nikmat banget, genks! Wajib cobain Mie Kangkung Jangkung
ya kalau ke Gang Gloria.
Kari Ayam Lam
Masih berada di area yang
sama, di food court ala-ala, ada Kari Ayam Lam yang tampaknya juga
cukup menarik. Penjualnya engkoh-engkoh yang sudah cukup berumur.
Dengan ramahnya dia menjawab segala pertanyaan yang ditanyakan
kepadanya. Pas gue minta foto saja, dia langsung pose tanpa diminta.
:D
Kari yang ada di sini
merupakan khas Medan. Sejujurnya gue juga belum pernah nyobain sih
Kari Medan itu seperti apa. Tersedia dua toping, bisa pakai ayam
kampung atau daging sapi. Lalu menu pendampingnya bisa menggunakan
nasi atau bihun. Karena sudah makan mie, jadi kali ini gue pesan
pakai nasi. Harga kari ayamnya yaitu 45k IDR seporsi.
Kuahnya berwarna kuning
ke-orange-an dan nggak terlalu kental. Isiannya hanya ada potongan
ayam kampung dan kentang rebus. Sejujurnya sih untuk isiannya memang
nggak terlalu banyak ya. Tapi rasanya lumayan enak, kok. Nggak
sepekat kari-kari pada umumnya.
Di area food court ini
sebenarnya masih ada Gado-Gado Direksi yang juga tersohor. Tapi
sayang saat gue datang, kedainya tutup. Jadi nggak sempat nyobain,
deh.
Bonus
Pempek Eirin 10 Ulu
Beranjak dari Gang
Gloria, jalan sedikit ke arah Pasar Asemka, ada kedai pempek yang
selalu ramai. Namanya Pempek Eirin 10 Ulu. Gue beberapa kali makan
pempek di sini. Sebagai penggemar pempek yang memang punya garis
keturunan Sumatera Selatan blesteran (Ahzeik), gue bisa bilang kalau
pempek Eirin 10 Ulu ini adalah pempek terenak di Jakarta yang pernah
gue coba. Sebelumnya gue sudah pernah nyobain pempek di Sari Sanjaya,
enak sih, tapi mahal. Lalu Pempek Abing di Kuningan, masih kurang
nendang menurut gue. Ya inilah akhir pencarian pempek enak di Jakarta
versi gue.
Menu pempek yang
berukuran kecil ada banyak jenisnya. Gue pilih lenjer kecil, kapal
selam kecil, adaan, kulit, dan lenggang. Pempek lenggang sebenarnya
adalah semacam telur dadar yang isiannya pempek lenjer kecil yang
dipotong-potong, tapi di sini dimasaknya bukan digoreng seperti telur
dadar, tapi dipanggang dengan alas daun pisang.
Rasa ikan di pempeknya
berasa banget, terasa gurih, dan kenyal. Nggak susah dipotong atau
dikunyah sama sekali. Paling penting adalah cukonya donk. Apalah
artinya pempek yang nikmat kalau cukonya nggak sedap. Cuko di sini
tuh paaaaaaaaaaaaaaaas banget. Nggak terlalu pedas, gurih, kental,
dan nggak kemanisan. Recommended deh!
********************************************************
Pokoknya kalau main ke
Glodok atau Kawasan Kota Tua, wajib mampir ke Gang Gloria ya.
Sebenarnya ada satu lagi kuliner legendaris yang berada di Gang
Gloria, namanya Rujak Shanghai. Tapi sudah pernah gue bahas juga di
blog ini, kok.
Kira-kira kalian ada
rekomendasi menu lain nggak yang ada di Gang Gloria atau sekitar
kawasan Glodok? Siapa tahu kan gue kelewatan. Boleh share ya di kolom
komentar. :)
3 Comments
Aduh, liat foto-fotonya nggak kuat imannn, apalagi liat kari medan sama pempeknya. Sebagai (mantan) anak jakarta, rasanya malu banget belum menyambangi kuliner di glodok. Seingetku, waktu kecil diajak mama ke glodok hanya untuk belanja kebutuhan Imlek sama beli elektronik hahaha. Kapan2 harus bisa nih kulineran di sana. Makasih infonyaa :D
ReplyDeletekok ak like bgt pas liat si pempek, ngilerrr jadinya akutuuuuuuuuh....
ReplyDeleteaku mau k glodok besok kak. banyak liat liputannya di youtube, tp msh bingung sangkin bnyaknya. daftar rekomendasai kk diatas sudah memperjelas target kaki saya melangkah besok. Makasih ya kak
ReplyDeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!