Travelling ke Negara yang
memiliki empat musim, mengharuskan kita untuk lebih memerhatikan “Sekarang
sedang musim apa di sana?”. Karena kalau sampai salah bawa baju, bisa merusak
mood sepanjang liburan. Ya kan nggak mungkin donk bawa baju bahan katun tipis
ternyata lagi musim dingin di negara tujuan. Bisa menggigil kedinginan dan
malah keluar uang lebih lagi untuk beli jaket atau coat di sana, padahal
sebenarnya di rumah sudah punya. Nah, jangan sampai hal kecil seperti itu
dilupakan.
Semakin Banyak Jatah Bagasi, Semakin Kalap
Tiap orang memang berbeda-beda.
Ada yang beli tiket dulu, mau perginya kapanpun yang penting dapat tiket murah.
Ada juga yang nyari banget waktu yang sempurna untuk liburan, pokoknya harus
dapat puncak musimnya. Kalau kalian termasuk yang tipe A, setelah beli tiket
jangan lupa untuk cek cuaca saat kalian pergi nanti. Bisa dicek kok di
Accuweather.com.
Untuk urusan packing, biasanya
gue meminimalisir barang bawaan. Maklum, biasa naik low-cost airlines, jadi
jatah bagasi terbatas. Pas ke Korea, gue bawa koper ukuran 29”. Pasti banyak
banget kan yang bisa dibawa, tapi bodohnya adalah gue lupa kalau bagasi yang
gue beli hanya 20kg. Nggak enaknya naik low-cost airlines ya begitu, deh. Harga
tiket belum termasuk bagasi, jadi harus nambah lagi. Gue pun serakah, bawa baju
banyak banget lantaran takut kedinginan. Maklum, pas winter saat itu. Jadinya berakhir dengan
exceed baggage.
Tapi…. sebelas hari di Jepang
dengan jatah bagasi pesawat 30kg, sudah pasti gue kalap lagi donk masukin semua
barang yang mau gue pakai selama di sana. Nggak perlu mikir bakal kelebihan
bagasi lagi. Lagipula gue pergi pas musim semi, nggak butuh coat tebal. Jadi
nggak khawatir banget lah. Ibarat kata udah kayak Kendall Jenner mau fashion
show. Segala rupa dibawa.
Layering!
Travelling ke Jepang pas musim
semi ternyata lumayan tricky juga. Karena cuaca yang berubah-ubah. Di hari
pertama angin bertiup kencang sekali, mengakibatkan suhu jadi terasa dingin
banget. Keesokan harinya malah panas banget, padahal sudah jaga-jaga buat pakai
baju super tebal. Apalagi gue juga berencana untuk ke Tateyama Kurobe Alpine
Route, di mana suhu bisa berubah hingga di bawah nol derajat celcius. Solusinya
hanya: LAYERING!
Jadi jika cuaca tiba-tiba
berubah, kita masih bisa menanggalkan lapisan baju atau menambahkannya. Jangan
sampai kejadian yang salah satu teman gue alami karena lupa layering terjadi
juga pada kalian. Pas hari ketiga di Jepang, Ulfa hanya menggunakan kaos tipis
nyeplak badan banget dan jaket hitam tebal. Karena memang sehari sebelumnya
cuacanya lumayan dingin.
Entah mengapa pagi itu hingga
sore hari, cuaca panas luar biasa. Padahal suhunya cuma 23 derajat celcius,
tapi terasa panas sekali. Lantaran sudah nggak tahan kepanasan, akhirnya Ulfa
melipir ke HnM untuk beli baju yang agak tipis. Nah, keluar duit lagi kan.
Itulah gunanya layering. Jadi kalau kepanasan, tinggal buka lapisan satu
persatu.
Kurang lebih begitulah isi chat di grup Whatsapp seminggu sebelum keberangkatan gue dan travelmate ke Jepang. Ada yang seperti itu juga nggak? Buat yang cewek-cewek pasti pernah, deh. Salah satu cara untuk meminimalisir baju yang mau dibawa adalah dengan membuat outfit plan. Jadi gue sudah merencanakan mau pakai baju apa saja dari hari ke hari selama di Jepang. Terbukti sih, meskipun kelihatannya gue bawa banyak baju, tapi terpakai semua. Paling penting adalah bisa menghemat waktu karena nggak kelamaan mikir lagi mau pakai baju apa hari itu. Semua sudah direncanakan dan pas packing pun sudah dirapikan sesuai urutan pemakaiannya nanti.
Dulu gue sering cari ide melalui aplikasi Polyvore.com, tapi begitu gue balik dari Jepang ternyata website ini sudah shut down. Sayang banget! Karena Polyvore.com merupakan tempat gue berkreasi dalam mix & match pakaian secara virtual.
Buat Outfit Plan!
"Nanti pada bawa baju apa aja, girls?"
Kurang lebih begitulah isi chat di grup Whatsapp seminggu sebelum keberangkatan gue dan travelmate ke Jepang. Ada yang seperti itu juga nggak? Buat yang cewek-cewek pasti pernah, deh. Salah satu cara untuk meminimalisir baju yang mau dibawa adalah dengan membuat outfit plan. Jadi gue sudah merencanakan mau pakai baju apa saja dari hari ke hari selama di Jepang. Terbukti sih, meskipun kelihatannya gue bawa banyak baju, tapi terpakai semua. Paling penting adalah bisa menghemat waktu karena nggak kelamaan mikir lagi mau pakai baju apa hari itu. Semua sudah direncanakan dan pas packing pun sudah dirapikan sesuai urutan pemakaiannya nanti.
outfit plan selama 11 hari di Jepang |
Dulu gue sering cari ide melalui aplikasi Polyvore.com, tapi begitu gue balik dari Jepang ternyata website ini sudah shut down. Sayang banget! Karena Polyvore.com merupakan tempat gue berkreasi dalam mix & match pakaian secara virtual.
Kalau kalian masih bingung harus
mengenakan apa saja untuk Spring trip ke Jepang, baiklah gue akan membagikan
outfit apa saja yang gue bawa dan kenakan selama di Jepang. Siapa tahu ide ini bisa kalian sontek di kemudian hari.
Day 1
Perjalanan ke Jepang dari
Indonesia cukup panjang. Dua jam penerbangan menuju Singapore, lalu transit
selama dua jam di sana. Kemudian melanjutkan lagi perjalanan ke Tokyo. Gue
hanya mengenakan t-shirt tipis (cotton on), blazer berbahan suede (Zara, boleh
pinjam ke Ayu), celana katun panjang (online shop @merrstor3), dan sepatu kets
(Stradivarius).
Blazernya lebih panjang dari panjang kaos. Jadi kalau celananya merosot gara-gara kelamaan tidur di kursi pesawat, begitu bangun dan berdiri masih ketutupan blazer. T.T Untuk tas gue pakai ransel berukuran sedang berwarna hitam (Top Shop, hadiah ultah dari Justin Bieber), supaya gampang nanti memadukannya di lain hari.
Blazernya lebih panjang dari panjang kaos. Jadi kalau celananya merosot gara-gara kelamaan tidur di kursi pesawat, begitu bangun dan berdiri masih ketutupan blazer. T.T Untuk tas gue pakai ransel berukuran sedang berwarna hitam (Top Shop, hadiah ultah dari Justin Bieber), supaya gampang nanti memadukannya di lain hari.
Day 2
Mumpung tenaga masih fully
recharged, gue memberanikan diri memakai sepatu ankle boots dengan platform heels
lumayan tinggi. Meskipun di sore harinya sudah menyerah dan akhirnya ganti sepatu.
Nggak apa-apa, yang penting buat foto aja. :p
Setelan outfitnya mengenakan kaos
polos berwarna dusty pink (kan ceritanya mau berburu sakura), oversized
cardigan (Stradivarius, hadiah ultah), denim button skirt (Cotton on), dan
ankle boots yang sudah gue sebutkan tadi (Hnm). Supaya penampilan lebih santun,
jadi gue juga menggunakan stocking tebal. Gue juga sadar diri sih kalau paha
gue juga tebal. Untung nemu online shop yang jual stocking tebal di shopee. Tak
lupa gue juga menambahkan topi beret warna dusty pink yang nyarinya susah
banget, akhirnya ketemu juga di Hnm. Biar lebih ‘Jepang” aja gitu.
Day 3
Karena di hari ketiga ini
rencananya mau ke Harajuku, jadi gue sengaja milih baju yang agak heboh.
Sebenarnya yang bikin kelihatan heboh cuma roknya aja, sih. Atasannya hanya
t-shirt abu-abu (Shopee), denim jacket (pinjam Ulfa), rok hasil desain sendiri
yang gue serahkan ke kang jahit langganan, dan sepatu kets putih sama seperti
hari sebelumnya. Tas yang gue gunakan masih ransel, tapi berbeda dari hari
sebelumnya. Jadi sebelum gue berangkat ke Jepang, bos gue ngasih ransel Long
Champ miliknya ke gue. Rejeki anak solehah ya..
Day 4
Gue mengenakan atasan berbahan
bulu warna hitam yang gue beli di salah satu flea market di Jakarta, harganya cuma
25k IDR. Gue beli atasan ini sudah lama banget, tapi belum sempat dipakai sama
sekali. Begitu gue fix ke Jepang, langsung ingat kalau gue pernah beli atasan
ini. Biar nggak kaku, akhirnya gue memadukannya dengan rok berbahan shifon
warna hot pink yang gue beli pas lagi ada bazaar di kantor. Karena ternyata
Kyoto dingin, jadi gue menambahkan thermal legging. Sepatu dan tasnya masih
sama seperti hari sebelumnya.
Day 5
Pas googling bagaimana pemandangan
Arashiyama, ternyata didominasi dengan warna hijau dan cokelat. Lalu gue
menemukan foto seorang cewek yang mengenakan dress warna merah, bagus banget!
Kelihatan stand out banget modelnya. Sayangnya gue nggak punya dress merah
menjuntai seperti model tersebut. Ya sudah, akhirnya gue mengenakan t-shirt
garis-garis warna merah-putih, dengan overall dress hitam yang gue bikin di
kang jahit juga. Berhubung roknya nanggung, nggak pendek banget, tapi juga
nggak panjang. Jadi gue pakai stocking lagi deh.
Sepatunya kali ini pakai model oxford loafer gitu deh yang gue customized di @adorableproject. Karena gue pecinta topi, kebetulan gue punya bowler hat warna merah. Tadinya mau pakai beret hat merah, tapi nanti disangka mbak-mbak d’crepes.
Sepatunya kali ini pakai model oxford loafer gitu deh yang gue customized di @adorableproject. Karena gue pecinta topi, kebetulan gue punya bowler hat warna merah. Tadinya mau pakai beret hat merah, tapi nanti disangka mbak-mbak d’crepes.
Day 6
Di hari ini gue janjian sama
travelmate untuk mengenakan baju berwarna dusty pink. Pas lagi jalan di
Terminal Blok M, gue menemukan atasan yang gue kenakan ini. Meskipun tangannya
kurang panjang sedikit, nggak apa-apa deh yang penting enak dipandang.
Agar terlihat jadi preppy look, akhirnya gue padu padankan dengan flowy a-line skirt, stocking, dan oxford loafer lagi. Topinya pakai beret hat pink lagi donk. Tasnya pun kembali menggunakan tas seperti hari pertama dan kedua. Ternyata look seperti ini banyak disukai teman-teman gue, lho.
Agar terlihat jadi preppy look, akhirnya gue padu padankan dengan flowy a-line skirt, stocking, dan oxford loafer lagi. Topinya pakai beret hat pink lagi donk. Tasnya pun kembali menggunakan tas seperti hari pertama dan kedua. Ternyata look seperti ini banyak disukai teman-teman gue, lho.
Day 7
Di hari ini gue harus mengenakan
baju yang bisa gue kenakan lagi di hari ke-8. Karena gue bakal tidur di bus
malam dan nggak mungkin bawa baju banyak. Koper gue sudah dikirim ke Tokyo. Gue
mengenakan turtle neck bermotif garis-garis horizontal dengan overall dress
yang sudah gue kenakan di hari ke-5. Sepatunya kets putih dan tasnya gue
menggunakan tas yang lebih besar dari sebelumnya.
Day 8
Seperti yang sudah gue sebutkan
di hari ke-7. Pada hari ke-8 gue tinggal menambahkan cape coat merah yang gue
beli pas ke Korea Selatan. Kalau dirupiahkan harganya cuma Rp. 90ribuan, lho. Supaya lebih matching, gue menambahkan topi
kupluk yang gue beli di Krisna Bali seharga 6k IDR.
Day 9
T-shirt putih (Cotton on) dan
Gingham skirt jadi pilihan gue hari itu. Tadinya sih biar matching pas ke
Shibazakura Festival. Ternyata gagal ke sana. Gue menambahkan oversized pink
cardigan (Shopee), dan thermal legging. Sepatunya sama di hari sebelumnya.
Tasnya gue ganti dengan ransel yang merah.
Day 10
Gue menemukan a-line skirt
bermotif polkadot ini nggak lama sebelum gue berangkat ke Jepang. Tepatnya di
Metro Pasar Baru Jakarta. Meskipun secondhand, tapi kondisinya masih bagus
banget. Karena roknya sudah bermotif, jadi atasannya gue pasangkan dengan
t-shirt putih (Cotton on). Gue nggak tahu kondisi cuaca di Hitachi seperti apa,
jadi gue tambahkan oversized cardigan yang sudah gue kenakan di hari kedua. Stocking
hitam dan sepatu cokelat jadi pemanis.
Day 11
Perjalanan kembali ke Indonesia,
gue hanya mengenakan t-shirt yang sudah gue kenakan di hari ke-10, begitu juga
dengan oversized cardigannya. Bawahannya hanya celana katun hitam panjang yang
juga sudah gue kenakan di hari pertama. Sepatunya pun sama seperti hari
sebelumnya. Berhubung sisa sepatu yang lain sudah gue packing di koper.
Itu dia outfit yang gue pakai
selama 11 hari di Jepang. Kalau dibilang banyak, ya memang banyak. Wong sepatu
saja gue bawa tiga pasang, kok. “Memangnya nggak berat dan repot?”. Berat mah
pasti, tapi kalau gue nggak keberatan dan sanggup gotongnya naik turun tangga
ya nggak masalah, kan? :p
Kalau boleh disimpulkan, ada dua
items yang wajib kalian bawa jika travelling saat musim semi. Pertama adalah
outer (cardigan, jaket, atau blazer). Kedua adalah stocking atau legging
(khusus perempuan). Kegunaannya juga sudah gue jelaskan di atas.
Postingan ini gue buat agar
kalian ada gambaran harus pakai baju seperti apa saat Spring. Kalau Winter kan
sudah jelas ya, harus pakai baju setebal mungkin. Nah, kalau Spring kan
cuacanya masih labil gitu. Belum lagi intensitas hujan yang ‘katanya’ cukup
sering. Meskipun selama di sana sih gue hanya hujan sekali saja.
Intinya kalau ke Jepang itu hanya
satu, pede aja mau pakai baju model apapun. Karena orang-orang Jepang nggak ada
yang bakal melihat kalian dengan tatapan jijik karena terlalu heboh pakai baju
apapun. Cuek aja, genks! Mumpung di Jepang ye kan..
See you on my next post!
Baca juga!
Japan Travel Diaries:Day 1 ~ Day 2 ~ Day 3 ~ Day 4 ~ Day 5
Japan Travel Hack:
Cara membuat visa Jepang ~ Repot bawa koper di Jepang ~ Sewa kimono di Kyoto ~ Perlukah JR Pass? ~ Sewa WiFi di Jepang ~ Panduan membeli tiket Willer Bus ~ Rincian budget travelling ke Jepang ~ Itinerary trip ke Jepang 11 hari ~ Persiapan sebelum travelling ke Jepang ~ Ide Travel Outfit ke Jepang
4 Comments
outfitnya keren-keren sih haha, aku selama traveling belum pernah mikir untuk baju sampe begitu :"D sepertinya dari sekarang harus aware sama pakaian sebelum traveling. keren!
ReplyDeleteDulu aku juga nggak kepikiran mau pakai baju apa. Tapi foto-foto travelling kan bakal kita kenang sampai 10 tahun kemudian, bahkan lebih. Rasanya kalau pas lagi kucel bakal malu liatnya nanti. Lihat foto jadul 10 tahun lalu aja suka malu kan :))
DeletePS: bisa jadi konten pula akhirnya :D
keren kak blognya, rinci bgt hari ke hari, tiap moment bs as dijadiin konten,
ReplyDeleteAaah makasih ya. Iya, biar bisa dikenang lagi suatu hari kalau lagi kangen jalan-jalan :D
DeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!