Kalian tipe yang
well-prepared tiap sebelum travelling atau yang go with the
flow? Gue tipikal yang well-prepared. Bukan karena sok-sok
rajin, tapi demi tahu apa saja yang bisa ditekan biayanya supaya
nggak terlalu banyak pengeluaran nggak penting. Trip ke Jepang kali
ini gue persiapkan sendiri, tentunya dengan bantuan travelmate
juga donk. Jadi kira-kira hal-hal apa saja yang harus dipersiapkan
sebelum travelling ke Jepang?
Terus terang, trip ke
Jepang ini memang lumayan mendadak. Tiba-tiba impulsif beli tiket aja
gitu. Tanpa mikirin di sananya bakal abis berapa, apa saja yang
diperlukan, dan lain hal sebagainya. Kalau budget pas-pasan, maka
kalian harus lebih cermat lagi dalam merencanakan trip ini. Bukan
hanya budget yang akan dihabiskan selama di sana, tapi juga hal-hal
penting yang sangat diperlukan sebelum keberangkatan. Seperti tiket
pesawat dan membuat visa. Semua itu juga butuh duit, kan? Makanya
hal-hal essentials seperti ini juga nggak boleh luput.
Selain uang yang banyak, kira-kira apa saja yang perlu
dipersiapkan sebelum travelling ke Jepang? Let's check these out!
Musim di Jepang
Jepang memiliki empat
musim, yaitu Summer (Juni - Agustus) Autumn (September - November),
Winter (Desember - Februari), dan Spring (Maret - Mei). Sebelum
membeli tiket, pastikan kalian memilih musim yang kalian inginkan.
Gue memilih Spring karena
memang merupakan musim terbaik untuk mengunjungi Jepang. Sebenarnya
semua musim di Jepang selalu menarik, sih. Tapi kapan lagi kan ke
Jepang pas Musim Semi? Jika kalian memilih Spring juga, jangan lupa
untuk cek kalender Sakura Blossom yang selalu di-update tiap
menjelang Spring tiba di website resmi JNTO.
Kenapa perlu mengecek
kalender Sakura Blossom? Kondisi geografis Jepang yang terbentang
dari selatan ke utara, membuat suhunya berbeda-beda di setiap
prefecture. Jadi kondisi awal Maret di Okinawa dengan Saporo
pasti berbeda. Begitu juga dengan jadwal mekarnya sakura. Kalau
kalian dapat tiketnya sekitar awal Maret, maka pilihlah daerah-daerah
yang berada di tengah hingga selatan. Kalau perginya bulan Mei tapi
masih mau lihat sakura, coba deh hunting sakura ke Hokkaido.
Tiket Pesawat
Berburu tiket pesawat
dari jauh-jauh hari. Siapa yang nggak setuju dengan ini? Semakin lama
jarak dari tanggal pembelian tiket sampai tanggal keberangkatan,
biasanya harganya semakin murah.
Sekarang banyak kok tiket
pesawat murah ke Jepang. Gue beli tiket PP Singapore Airlines secara
nggak direncanakan. Gue belinya secara online pas lagi iseng cek
harga tiket PP ke Jepang di Skyscanner. Niatnya cuma mau tahu aja,
sih. Eh malah jadi impulsif, terus beli deh. Kalau mau yang lebih
murah lagi, coba tengok Air Asia pas lagi promo Big 0 points. Caranya
dapat tiket pesawat yang murah itu gimana juga sudah pernah gue bahas
di sini.
Itinerary 11 Hari di Jepang
Begitu tiket sudah
dibeli, langsung cari tahu tempat-tempat mana saja yang bagus dan mau
kalian datangi. Kumpulkan daftarnya, terus buat itinerary. Gunanya
membuat itinerary sejak awal adalah supaya kita bisa tahu rute mana
saja yang paling efisien sehingga nantinya kita bisa membuat estimasi
biaya selama trip. Kalau sudah tahu mau ke mana saja dan membuat
estimasinya, jika ternyata estimasi budgetnya melebihi budget yang
kalian miliki, itinerary bisa disesuaikan lagi sesuai kemampuan. Sudah pada baca belum postingan gue tentang itinerary trip ke Jepang selama 11 hari?
Itinerary ini juga akan
sangat diperlukan lho saat mengajukan visa. Jadi buat serealistis
mungkin. Banyak spot-spot bagus di Jepang, tapi jangan serakah. Kalau
itinerarynya terlihat terlalu memaksakan, bisa jadi pertimbangan
buruk lho di mata konselor visa.
Passpor dan Visa Jepang
Kalau kalian punya
e-passpor, maka probabilitas masuk ke Jepang lebih mudah. Tanpa perlu
membuat visa reguler, kalian tinggal registrasi ke kedubes untuk
minta izin bebas visa selama tiga tahun. Pastikan masa berlaku
passpornya minimal enam bulan sebelum tanggal expired.
Namun jika kalian
pengguna passpor biasa seperti gue, mungkin bisa baca dulu panduan
membuat visa reguler di sini. Jika
kalian pengguna e-passpor, jangan lupa untuk print out tiket PP dan
bukti reservasi penginapan. Konon, pengguna e-passpor lebih sering
kena random checking di bandara Jepang begitu kita tiba di sana.
Money Changer atau ATM?
Sebelum berangkat, gue sempat tukar rupiah ke yen di money changer andalan yaitu di VIP yang berada di Menteng. Ratenya bisa dibilang yang termurah di Jakarta, tapi sayangnya karena banyak money changer kecil yang transaksi jual beli di sana, antriannya bisa mengular. Gue saja memakan waktu dua jam hanya untuk menukar uang di sana.Pas di Jepang gue sempat kekurangan uang tunai, akhirnya coba ambil ATM di salah satu mini market, kalau nggak salah sih di 711. Surprisingly, ternyata ratenya lebih murah! Pas tukar uang di money changer ratenya sekitar Rp. 130, sementara begitu ambil uang di ATM dan gue hitung, ratenya hanya Rp. 127. Jadi, saran gue nggak usah bawa banyak uang tunai dari Indonesia. Ambil di ATM yang ada di Jepang saja.
Penginapan selama di Jepang
Pilihan akomodasi yang
memadai dan terjangkau hanya Airbnb dan hostel. Airbnb bisa berupa
apartemen atau rumah. Selama di Jepang, gue tiga kali menggunakan
penginapan dari Airbnb. Namun sayangnya, per Juni lalu Jepang
memberlakukan peraturan baru untuk semua warga Jepang yang menyewakan
propertinya via Airbnb dan website-website online booking penginapan
gitu. Namanya Minpaku Law (Please google it).
Tapi tenang saja, bagi
penginapan yang belum punya license ini, sudah otomatis
dihapus dari Airbnb. Jadi kalau kalian cari penginapan via Airbnb
atau booking.com, yang tampil di daftar itu ya yang sudah punya
license. Kalau masih ragu, silakan hubungi owner
penginapannya sebelum kalian melakukan pembayaran untuk menanyakan
perihal license ini. Berikut daftar penginapan yang gue sewa
selama di Jepang:
Tokyo (10 -
12 April): Apartemen via Airbnb. lokasinya di daerah Itabashi.
Apartemennya sempit banget. Apalagi gue menginap dengan tiga orang
teman, ditambah koper. Jadi semakin terasa sesak. Tapi dengan
membayar hanya sekitar Rp. 250ribuan per malam untuk satu orang,
rasanya memang sepadan.
Kyoto ( 13 - 14 April): Ini juga berupa apartemen yang gue sewa melalui Airbnb. Harga properti di Kyoto relatif lebih mahal ketimbang di Tokyo atau Osaka. Apartemen ini lumayan terjangkau, sih. Harganya hanya Rp. 260ribuan per malam (per orang). Lokasinya nggak jauh dari Tofokuji Station, tapi nggak ada lift. Jadi untuk naik ke lantai dua ya harus gotong koper.
Osaka (14-16
April): Bisa dibilang ini adalah rumah terbaik yang gue sewa di
Jepang melalui Airbnb. Reviewnya sudah gue tulis di sini.
Tokyo (18-20 April): Ini merupakan satu-satunya hostel yang kami pilih sebagai tempat menginap selama dua hari terakhir berada di Jepang. Namanya East 57 Asakusabashi, lokasinya dekat sekali dengan Asakusabashi Station. Tiap bed disediakan TV dan colokan listrik. Harga untuk satu Malam per orang hanya sekitar Rp. 336Ribuan.
Jauh lebih hemat menginap
di Airbnb, kan? Kalau pilihan hotel nggak gue lirik sama sekali,
karena ratenya yang mahal.
Transportasi di Jepang
Travelling ke Jepang
perlu beli JR Pass atau nggak? Jawabannya sudah pernah gue kupas
tuntas di sini. Kebetulan trip
kali ini gue nggak menggunakan JR Pass sama sekali. Jadi hanya
bermodalkan express bus untuk transportasi antar kota dan beli kartu pass untuk transportasi di dalam kota.
Bus antar kota yang gue
andalkan hanya Willer Express Bus. Panduannya sudah gue tulis
juga di sini. Gue sangat amat
menyarankan untuk booking tiket bus secepat mungkin, minimal tiga
bulan sebelum tanggal keberangkatan. Karena harganya akan terus naik
begitu mendekati hari keberangkatan. Tiketnya juga nggak perlu
di-print, cukup menunjukkan isi email konfirmasi tiket ke
petugas bus saat hendak naik.
Beli Tiket Attraction secara Online
Dari hasil survei ke
beberapa travel blog, semua menyarankan untuk beli tiket theme
park secara online. Karena gue hanya mau ke Universal Studio Japan (USJ), jadi tiketnya pun gue beli seminggu sebelum hari
keberangkatan ke Jepang. Gue beli di japantrips.co. Selain karena
lebih murah jika dibandingkan dengan beli langsung di USJ, pembelian
tiket secara online ini dimaksudkan agar bisa menghindari antrian di
loket pembelian tiket USJ.
Begitu juga dengan sewa
kimono di Kyoto. Ini justru wajib banget untuk reservasi online.
Karena per harinya, Kyoto Kimono Rental Wargo hanya melayani
beberapa customer saja. Jadi jangan sampai kehabisan kuota karena
lupa booking.
Internet
Di beberapa stasiun
subway tersedia WiFi gratis. Karena gue menghindari hal-hal seperti
nyasar di jalan, salah naik kereta, salah beli makanan yang nggak
halal, jadi gue lebih memilih untuk menyewa WiFi saja. WiFinya gue
sewa di Passpod.id. Sudah baca review pemakaiannya selama 11 hari?
Perbekalan Makanan
Jika kamu bukan pemakan
segala atau gembel yang punya cita-cita ke Jepang, wajib bawa
perbekalan makanan dan perlengkapannya ya. Mau tahu nggak apa saja
yang gue dan teman-teman bawa?
- Daging serundeng (satu toples)
- Mie instan goreng & rebus (masing-masing 10 bungkus)
- Spagethi & fetucini
- Sarden kalengan
- Bumbu-bumbu, seperti bawang merah, bawang putih, lada bubuk, masako, dan bumbu-bumbu instan kemasan lainnya.
- Saus sambal dan sambal terasi sachet.
- Beras 2 liter
- Rice cooker mini (yang kayak di kos-kosan)
- Kotak makan
- Sendok & garpu
- Botol air minum
Travelmate gue beneran
bawa rice cooker mini yang merk Miy*ko. Berhubung nggak ada yang
punya travel sizenya, jadi ya sudahlah bawa saja yang ada. Karena
untuk bertahan hidup, kami butuh nasi. Sebagai #SobatMiskin, membawa
perbekalan ini salah satu hal yang penting banget.
Meskipun sudah bawa
perbekalan segitu banyak, gue tetap menyiapkan dana tersendiri untuk
jatah makan selama di sana, lho. Karena gue juga sadar diri
dengan sifat impulsif gue yang suka nggak tahan buat jajan apalagi
tiap lihat abang gorengan (Jajan gorengannya ya, bukan
abang-abangnya).
Pokoknya untuk makanan,
jangan terlalu pelit untuk diri sendiri. Apalagi selama di Jepang
lebih sering jalan kaki, tenaga pasti terkuras habis. Biar nggak
sakit juga, cyin. Kalau sudah sakit, mau ke mana-mana pasti nggak
enak. Jadi intinya, harus tetap persiapkan dana untuk makanan. Nggak
usah nekat cuma perbanyak perbekalan tolak angin dan obat maag. Mau
ngemut tolak angin lima dus juga nggak bakal bikin lo kuat
jalan-jalan selama 11 hari di sana, Malih!
Koper
Monmaap nih, karena gue
naik pesawatnya Singapore Airlines (UHUK!!), jadi untuk trip kali ini
gue mengeluarkan semua wardrobe terbaik yang gue punya. Ibarat kata
kayak Kendall Jenner mau fashion show dah. Maklum jatah bagasinya kan
30kg. Nah, gue pakai koper ukuran 29”. Dengan ukuran koper yang
sebesar itu dan kondisi di dalamnya sudah gue maksimalkan, ternyata
hanya memakan space 25kg saja.
Jalanan di Jepang
rata-rata koper friendly kok. Maksudnya nggak ada jalanan yang
terbuat dari bebatuan gitu. Jadi aman buat roda koper. Kekurangan
dari bawa koper besar ini adalah gue sering kerepotan mencari coin
locker yang berukuran paling besar. Sebab jumlahnya terbatas banget.
Resikonya kalian bakal kelimpungan mencari coin locker yang masih
kosong seperti yang gue alami di hari ketiga saat berada di Tokyo.
Untungnya di Jepang ada jasa pengiriman koper, jadi kalau misalnya
itinerary kalian nggak cocok untuk geret koper atau memang sudah
lelah bawa koper, lebih baik dikirim saja.
Bahasa
Bahasa bukanlah kendala
mau ke mana pun kaki kalian melangkah. Selama masih punya otak,
tangan, dan kaki, Inshaa Allah lancar-lancar saja. Rata-rata orang di
Jepang yang gue temui bisa bahasa Inggris kok, meskipun pronouncenya
masih agak sulit dicerna.
Di bagian yang
berhubungan dengan tourism, sudah nggak perlu diragukan lagi.
Berurusan dengan kasir mini market juga nggak terlalu sulit. Selama
di mesin kasirnya ada layar yang menunjukkan jumlah belanjaan kita
mah gampang. Mungkin jika kalian yang Muslim dan ragu dengan
kandungan produk yang mau kalian beli, tinggal foto pas bagian
ingredients dan translate di google translate.
Colokan Listrik
Colokan listrik di Jepang
berbeda dengan Indonesia. Terdiri dari dua lubang pipih, nggak bulat
seperti yang biasa kita gunakan. Jadi, jangan sampai lupa bawa
universal adaptor, ya. Universal adaptor sangat dibutuhkan jika
kalian sering travelling ke luar negeri. Harganya mulai dari Rp.
30Ribuan hingga Rp. 100Ribuan dan biasa dijual di toko elektronik
atau Ace Hardware.
Website yang Bisa Dijadikan Panduan
Meskipun website official
Jepang Tourism nggak selengkap Korean Tourism Organization, tapi
cukup membantu juga dalam beberapa hal. Contohnya seperti melihat
kalender Sakura Blossom yang sudah gue jelaskan di atas. Selain itu,
gue juga akan membagikan website-website yang sangat membantu dalam
merencanakan trip ke Jepang ini.
Hyperdia.com –
Website ini sangat berguna untuk melihat jadwal kereta dalam kota
maupun antar kota. Jadwalnya sangat akurat, begitu juga dengan
tarifnya. Sehingga bisa membantu kita dalam memperkirakan waktu
perjalanan atau ongkos transportasi selama berada di Jepang nanti.
Halal-navi.com –
Buat teman-teman Muslim yang takut kesulitan menemukan restaurant
bersertifikat halal atau tempat shalat, bisa mengandalkan website
ini. Ada blognya juga lho yang berisi banyak artikel bermanfaat untuk
para Muslim traveller.
Japan-guide.com –
Ada banyak artikel seru yang bisa kalian jadikan panduan. Website ini
benar-benar “guide” banget, deh.
Jnto.go.jp - Website resmi milik Japan National Tourism Organization yang berisi informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan tourism di Jepang. Meskipun menurut gue masih kalah informatif dibandingkan dengan KTO, tapi website ini bisa dijadikan acuan. Apalagi tersedia dalam Bahasa Indonesia juga.
Jnto.go.jp - Website resmi milik Japan National Tourism Organization yang berisi informasi tentang segala hal yang berhubungan dengan tourism di Jepang. Meskipun menurut gue masih kalah informatif dibandingkan dengan KTO, tapi website ini bisa dijadikan acuan. Apalagi tersedia dalam Bahasa Indonesia juga.
Google Maps –
Siapa yang belum tahu kegunaan dari Google Maps? Kalian bisa download
peta offlinenya kalau mau, tapi pastinya bakal makan banyak space
memory di hp. Google maps sangat membantu mulai dari merencanakan
sampai ketika kita berada di Jepang. Buat yang belum bisa baca peta,
sebaiknya belajar dari sekarang dengan sering-sering lihat google
maps.
That's it! Semoga
informasi yang gue berikan di atas bisa membantu teman-teman yang
juga sedang merencanakan perjalanan ke Jepang. Jika ada yang ingin
ditanyakan, silakan berikan di kolom komentar yang ada di bawah. See
you on my next post!
Day 1 ~ Day 2 ~ Day 3 ~ Day 4 ~ Day 5
Baca juga!
Japan Travel Diaries:Day 1 ~ Day 2 ~ Day 3 ~ Day 4 ~ Day 5
14 Comments
Duh Jepang memang ngangenin meskipun mahalnya kebangetan ya transportasinya dan makanannya, tapi tetap pengen balik wkwkwkwk
ReplyDeleteOia mau menambahkan informasi kalo atm di Jepang pake BCA aku kemarin kena charge sekitar Rp. 50.000,- untuk kursnya dapat sama dengan Indonesia. Trus kalo mau tukar di mesin money channger di Jepang tuh belum bisa karena aku coba masukin uang 100ribuan nggak kebaca karena uang yang terbaca yg cetakan uang lama Indonesia.
50ribu, mba? Kayaknya aku waktu itu cuma 25ribu deh. Apa aku salah lihat ya..
DeleteMakasih tambahannya Mba Fika!
Btw, memang kalau ambil uang lewat ATM di luar negeri kalau bisa sekaligus ambil banyak aja. Biar nggak dua kali kena charge bank. Aku waktu ke Jepang juga nyuruh teman-temanku transfer via ibanking ke rekening aku. Setelah kekumpul semua baru ditarik via ATM di Jepang.
Kalau money changer machine, aku belum pernah cobain jadi nggak bisa ceritain T.T
Rinci dan jelas banget tulisannya. Bisa jadi guidelines untuk new traveler ke Jepang. Thanks Riska
ReplyDeleteMacama Ayuk Annie.. semoga bisa membantu manteman yang mau ke Jepang juga :D
Deletewow...cakepnya pakai kimono, ngalahin orang Jepang
ReplyDeletearigato gozaimasu
Konbanwa.. mau nanya dong.. waktu tu bneran bawa ricecooker? Dan sarden kaleng ukuran brp mililiter? brp bnyk? Ap bs lolos pemeriksaan.custom?? Botolnya ap sdh isi air atau kosongan? Ap ad fasilitas air panas on the spot di spot publik jepang y? Misal qta mau bw termos mungil hendak nyeduh bubuk kopi gilingan ibu sendiri? Hehe ..seriuss nih.. kami couple adiksi kopi lokal..arigatou gozaimasu^^
ReplyDeleteIya beneran.
DeleteKaleng sardennya yang kecil cuma 2 kaleng. Kalau saya waktu itu nggak lolos, pasti udah diceritain kok. Yang penting dimasukin ke bagasi pesawat semua. Jangan dibawa ke kabin.
Di Jepang nggak ada fasilitas air panas. Air gratisannya tap water biasa. Kalau winter/spring/autumn ya airnya dingin.
Jadi kalau urusan air panas mending masak pas di penginapan, masukin ke termos. Pintar-pintar kita ajalah ngaturnya gimana.
Halo kak mau tanya itu rice cooker miy*ko voltasenya brp ya? Kan djepang tegangannya 110v. Sedangkan kita di sini 220v. Aku sempet bawa yg dual voltage trus lupa setting ke 110 v eh lama bgt ga mateng2. Abis dsetting langsung bs cpt pas bawa balik k indonesia lupa balikin dan langsung jebol..wkwkwk skr lg mau cr lagi yg bs dpake d jepang tp baca review kakak ttg rice cooker merk itu jd penasaran itu voltasenya brp dan lama ga masaknya..*maap kepanjangan
ReplyDeleteHalo, aku kurang tahu voltasenya berapa. Coba kamu googling aja Rice Cooker Miyako kecil yang warnanya biru-putih.
DeleteLama masaknya normal-normal aja sih. Kalau kamu menginapnya di airbnb, mending cari yang udah nyediain rice cooker aja.
Halo kak rice cooker yg dual voltage ada ya? Merk apakah?
DeleteNice info nihhh terutama buat colokan listrik hehehe... kudu bawa adapter buat charger
ReplyDeleteGokil! Sardennya bisa lolos checking, saya waktu itu ada pernah bawa juga, tapi di suruh buang atau dimakan di tempat.. ya udah gw kasih aja dh haha! mungkin lagi apes aja yak dapat officernya..
ReplyDeleteiya Alhamdulillah lolos padahal disatuin di dalam koper khusus bekal makanan :D
DeleteAghhhhh aku kangen jepaaaaang 😍😍😄. Ga bosen2 kesana. Sebelum pandemi, aku rutin balik ke Jepang bareng suami atau temen mba. Terakhir kesana 2019. Gara2 pandemi ini, plan ke Jepang 2021 jadi bataal :(. Pokoknya targetku sih, sampe semua Prefecture nya aku datangin, baru puas krsana. So far baru 22 dari 47 prefectures yg aku udh visit. Masih kurang banyak ..
ReplyDeleteTiap ke Jepang aku selalu winter, Krn ga kuat panas, dan aku cinta salju 🤣. Ga tertarik sih musim2 lainnya. Ntr kalo Jepang udah buka border buat traveler mandiri, akupun bakal DTG lagi Januari February biar winter nya sedang dipuncak 😄.
Makanan di sana sih yg aku ga bisa lupa. Makanya tiap ke Jepang pasti budget makananku gede, Krn memang suka nyobain yg khasnya. Kayak pas ke shirakawa kami makan hida beef yg terkenal. Pas ke Kobe, nyobain steak Kobe. Tinggal matsuzaka beef nih yg blm kesampaian. Ga sabar bgt lah pengen bisa kesana lagi 😄.
Kalo nginep, dulu awal2 aku juga suka Airbnb. Tapi datang selanjutnya jadi prefer hotel 😅. Soalnya nyari yg Deket stasiun, biar pindah2 kotanya LBH gampang aja. Kalo bisa yg Deket stasiun JR, Krn tiap kesana aku pasti pake JR pass 2 Minggu. 😁
Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!