Taman Soekasada Ujung
atau yang lebih dikenal dengan Taman Ujung Karangasem, terletak di
Bali Timur, tepatnya Kabupaten Karangasem. Gue tahu tempat ini
lantaran sering melihat foto teman-teman yang sudah pernah ke sana.
Meskipun begitu ternyata belum banyak juga yang tahu lho
tentang keberadaan tempat cantik ini.
Menempuh perjalanan
sejauh 75 km dari Legian selama kurang lebih dua jam, sukses membuat
gue dan kedua teman tidur sepanjang perjalanan. Jangan tanya
pemandangan bagus apa yang kami temukan di perjalanan. Untuk membuka
mata saja, hanya saat sang sopir menghentikan mobil. Dikira sudah
sampai, tahunya dia lagi ada panggilan alam. Maklum, malam sebelumnya
kami ada acara gala dinner kantor dan berakhir tidur pukul
tiga pagi, sementara mobil dan sopir sudah menunggu sejak pukul 6
pagi. Jadi alarm sudah berisik sejak pukul 5 pagi. Masih sempat mandi
dan pasang alis saja sudah bagus. Takut disangka piara tuyul. Kaya
juga kagak.
Cara Menuju ke Taman Soekasada Ujung
Saat memutuskan mau
berkunjung ke taman ini, gue sempat iseng mencari tahu apakah ada
alternatif kendaraan yang menuju ke sana selain menyewa kendaraan
pribadi. Ternyata nggak ada. Entahlah apa karena gue kurang jeli
mengulik informasinya atau gimana. Tapi mengingat jaraknya yang cukup
jauh dari area turis, yakni Kuta dan Legian, maka menyewa kendaraan
pribadi adalah cara yang paling efektif.
Harga Tiket dan Jam Operasional
Pukul 6:30, mobil melaju
menuju Taman Soekasada Ujung. Taman ini buka pada pukul 8. Jadi
begitu kami tiba di sana, pas banget baru buka. Suasana masih sepi
dan tenang. Terasa lebih nikmat apalagi saat foto-foto, nggak harus
menggerutu karena photo bomb.
Tiba di parkiran mobil, tampak beberapa warung makanan di sana sudah berjualan. Saran gue, bawa air minum untuk di dalam. Karena panasnya bali, bakal bikin kalian dehidrasi. Di dalam nggak ada penjual sama sekali.
Pagi itu sudah tampak petugas yang berjaga di loket tiket. Ada sekitar 2-3 orang yang sudah bertugas. Menyambut kami dengan senyum sapa ramahnya. Nggak ada larangan untuk membawa kamera jenis apapun. Namun jika untuk kebutuhan khusus seperti foto pre-wedding, akan dikenakan charge tambahan.
Harga tiketnya sebesar 15k IDR per orang. Saat membeli tiket, hanya diberikan karcis tiketnya saja. Nggak ada brosur atau apapun untuk petunjuk saat berada di dalam nanti. Sayang sih, padahal dari brosur itulah kita bisa belajar secuil sejarah mengenai tempat ini.
Istana Air
Taman Soekasada Ujung
sempat mati suri akibat erupsi Gunung Agung tahun 1963 dan baru
selesai direvitalisasi pada tahun 2003. Butuh waktu yang lama ya
sampai akhirnya tempat seindah ini bisa bangkit kembali.
Dibalik keindahannya, ternyata ada beberapa mitos yang cukup menyeramkan tentang Taman Soekasada Ujung. Entah benar atau salah, namanya juga mitos yekan. Buat yang sudah tahu mitosnya, coba share di kolom komentar ya.
Taman Soekasada Ujung dibangun pada tahun 1919 oleh Raja Karangasem pada saat itu, I Gusti Bagus Jelantik dan baru selesai pembangunannya pada tahun 1926. Jika kalian perhatikan dengan seksama desain arsitekturnya, terasa sekali pengaruh budaya Belanda dan Tiongkok. Terlihat dari beberapa detail seperti kaca patri dan ornamen-ornamen patung.
Taman Soekasada Ujung ini luas banget, kurang lebih sekitar 10 hektar. Kebayang nggak kelilingnya gimana? Maka dari itu menurut gue waktu terbaik untuk mengunjungi taman ini adalah pada pagi hari. Di mana cahaya matahari masih bersahabat. Apalagi letaknya yang berada di Bali Timur, sekalian sunrise dulu di pantai dekat sana kayaknya bakal seru.
Setelah beli tiket masuk, pengunjung akan langsung disambut oleh jembatan yang cukup instagenic. Kami sempat berhenti sebentar untuk ambil foto di sini. Baru lewat gerbang saja sudah disambut dengan jembatan sekece ini. Gimana begitu sudah di dalam.
Benar saja, setelah jembatan tadi, mata langsung terpana dengan kolam besar dan bangunan bekas istana. Di Taman Soekasada Ujung ini terdapat tiga kolam besar. Tak heran jika seringkali taman ini juga disebut sebagai Water Palace (Istana Air). Karena istananya dikelilingi air dan memang dekat sekali dengan pantai.
Kelihatan sekali kalau taman ini dirawat dengan apik. Rumput tamannya hijau, asri sekali. Tak tampak sampah bertebaran. Meskipun nggak sama persis seperti saat sebelum terkena erupsi dulu, tapi beberapa bangunan masih terlihat kokoh.
Spot Terbaik dari Balai Kapal
Bangunan bekas istana ini
seakan sudah memanggil-manggil untuk menghampiri. Tapi tujuan utama
kami bukanlah bangunan itu. Melainkan ke Balai Kapal. Untuk menuju ke
sini, kami harusmelewati anak tangga yang nggak seberapa banyak tapi
lumayan bikin ngos-ngosan.
Meskipun begitu, belum sah ke Taman Soekasada kalau nggak sampai ke Balai Kapal. Karena ini merupakan salah satu spot yang paling banyak diburu para fotografer. Dijamin kalian nggak akan menyesal ke sana. Pemandangannya spektakuler banget dari atas Balai Kapal. Nggak hanya Taman Soekasada Ujung secara keseluruhan, tapi juga kalian bisa melihat Gunung Agung dan Selat Lombok dari spot ini. Bagus banget!
Sesampainya di Balai Kapal, nggak ada orang lain selain gue dan teman-teman. Senangnya bukan main bisa foto-foto tanpa ada orang mengganggu. Tapi ketenangan itu cuma berlangsung sebentar, karena tiba-tiba ada terong dicabein yang datang segenk.
Untungnya, hanya tinggal gue doank yang belum difoto. Seperti dugaan, terong dicabein itu kayak kurang mengerti kalau ada Kendall Jenner lagi photoshoot. Mereka malah nongkrong di tangga dekat gue berpose, sengaja menunggu gue untuk gantian pakai spot itu untuk foto. Beberapa kali gue melempar kode kepada mereka untuk sedikit menjauh.
“Kalau bocor, tunggu bentar kak sampai sepi. Jelek nanti fotonya,” lagi-lagi gue memberi kode ke genk terong dicabein itu. Maksudnya sih, “Sana deh, ah! Semakin lo nggak mau minggir, semakin lama gue menyerahnya.”
Akhirnya mereka sadar dan melipir agak menjauh. Gue pun melanjutkan sesi fotonya. Begitu gue kelar, ternyata ada rombongan baru lagi yang datang dan langsung mengambil spot itu. Dalam hati gue hanya ketawa. Tuh kan, langsung kena azab bocah yang nggak sabar menunggu.
Meskipun cuaca sudah mulai panas, tapi semilir angin laut yang sesekali berhembus di sela pepohonan, bikin betah berlama-lama di Balai Kapal. Apalagi sambil melihat pemandangan laut di seberang sana. Namun, karena sadar dengan keterbatasan waktu, kami memutuskan untuk turun lagi.
Saat berjalan menuju ke parkiran, kami mampir sebentar ke Balai Gili. Bangunan paling indah yang ada di Taman Soekasada Ujung. Didominasi dengan cat berwarna putih dan jendela-jendela besar, khas Belanda. Ini juga salah satu spot instagenic yang nggak boleh terlewatkan.
Di perjalanan pulang, gue menerima pesan dari salah seorang teman yang pernah tinggal di Bali dan main ke Taman Soekasada Ujung. “Oma, lo main ke kamar Raja? Ih, jangan lama-lama di situ. Gue habis dari sana, malamnya nggak bisa tidur, dimimpiin gitu,” begitu bunyi pesannya.
Gue bingung karena nggak tahu di mana yang dimaksud kamar Raja. Lalu gue tunjukkan salah satu foto yang baru gue ambil selama di sana. Ternyata yang dimaksud teman gue itu adalah Balai Kapal. Oh my God!
Saat itu gue belum tahu sama sekali ada cerita apa di balik Taman Soekasada Ujung. Sepulangnya dari sana, gue langsung googling dan menemukan beberapa artikel yang menyebutkan tentang sesuatu yang berhubungan dengan ilmu hitam di sana. Beruntungnya gue baru membaca artikel itu setelah gue balik dari Taman Soekasada Ujung. Kalau sebelum ke sana, mungkin gue akan tersugesti dan jadinya paranoid.
Memang ada baiknya nggak perlu mencari tahu sedetail itu tentang suatu tempat sebelum sampai tujuan. Let them surprise you eventually.
1 Comments
Wah ini Bagus banget tempatnya. Semacam Taman Sari Di Jogjakarta gitu ya? Tapi kelihatannya lebih luas dan lebih mirip hidden palace. Hehe
ReplyDeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!