Drama tiket promo ke
India nggak selesai begitu saja begitu gue dan teman-teman berhasil
tiba di India. Masih bersambung bak sinetron Tersanjung 5. Jantung
nggak kelar-kelar dibuat deg-degan, perasaan bingung, pengen nangis,
dan terduduk lemas di bandara mungkin akan gue ingat terus. Kebayang
nggak sih hampir nggak bisa pulang ke Indonesia karena begitu
mendadak sampai di bandara mau balik ke Indonesia malah disuruh beli
tiket baru oleh staff Jet Airways?
Surat Cinta dari Mytrip.com
Dua hari sebelum jadwal kepulangan ke Indonesia (21 Maret 2019), gue mendapat sebuah surat cinta di dalam inbox email. Berhubung saat itu masih di perjalanan dari Agra menuju New Delhi, jadi nggak langsung dibaca dengan seksama isi emailnya. Apalagi WiFi hasil tathering nggak dinyalakan sepanjang perjalanan.
Keesokan harinya,
tepatnya sehari sebelum hari kepulangan, teman gue yang cancel
ikut menghubungi gue via Whatsapp, “Riz, tiket kalian bagaimana?”
Dia juga menyertakan screenshot foto isi email pemberitahuan
bahwa tiketnya di-cancel.
Nggak gue tanggapi karena
masih bingung harus bagaimana. Teman-teman yang ada di dalam trip
saat itu juga belum ada yang kasih ide. Sementara Karina dan Aubrey
yang juga dalam trip kali itu dan kebetulan pulang satu hari lebih
dulu sudah gundah gulana sejak semalam. Tiketnya mendadak hilang dari
booking status di website Jet Airways.
Tapi pas tanggal 22 Maret
2019, tepat tanggal kepulangan Karina dan Aubrey, begitu sampai di
bandara mereka nggak ada kendala apapun. Jadwal take off dari
New Delhi ke Singapore masih tetap seperti semula. Aman deh mereka.
Jet Airways Bangkrut, Tiket Dibatalkan Tanpa Penggantian
Hati kembali tenang. Gue
pikir pun nggak akan beda jauh lah dengan mereka. Jadwal kepulangan
gue dan teman-teman yang lain itu tanggal 23 Maret 2019 sekitar pukul
2 siang. Berhubung gue kepikiran terus soal tiket ini, jadi gue mengajak
teman-teman untuk segera ke bandara dari pukul 5 pagi. Mereka pun
setuju.
Harapan gue cuma satu,
siapa tahu jadwalnya diubah mendadak dan dimajuin ke pukul 9, kami
masih keburu karena sudah tiba di bandara sejak pagi. Lebih baik
sedia payung sebelum hujan, kan.
Pukul 5:30 kami sudah
tiba di Indira Gandhi International Airport. Langit masih gelap. Kami
berpamitan dengan Pritpal, supir kami yang mengantar ke bandara pagi
itu. Di perjalanan Pritpal juga sempat bertanya, “If your flight is
canceled, what will you do?”
Sumpah, gue nggak ada ide
sama sekali kalau sampai beneran kejadian. Lantas gue jawab dengan
nada bercanda cenderung hopeless, “I don't know. I have no
idea, maybe we will go to India's border in Kashmir or something.”
Pagi itu kami diturunkan
di Terminal 3 keberangkatan. Gue langsung mencari ticket counter
milik Jet Airways. Di sana ada beberapa staff yang sedang bertugas.
Namun yang melayani kami hanya satu orang laki-laki, sebut saja
Takur.
“Good morning, I have
flight schedule for today, can you please check it on your system?”
tanya gue ke si Takur.
Tanpa banyak bicara, dia
langsung mengambil kertas print-out tiket gue dan mulai
mengetik sesuatu di keyboard komputernya. Tak berapa lama, dia
langsung mengembalikan kertas tersebut.
“I'm sorry, madam. This
flight was canceled,” katanya tanpa ada kontak mata sama sekali ke
gue.
“What do you mean? Can
you change the schedule, please?” tanya Geo yang ikut membantu
menanyakan.
Si Takur mulai
mengetik-ngetik lagi di atas keyboardnya. Jawabannya masih sama, “I'm
sorry, madam. I can't help you. The system has been suspended and we
can not check the other airlines at all.”
Sejujurnya gue nggak
begitu mengerti si Takur ngomong apa. Soalnya cepat banget, mana
logat Indianya masih kental banget. Jadi urusan dengan si Takur, gue
serahkan ke Geovani yang makanan sehari-harinya film Bollywood. Dia
sudah terbiasa mendengar orang India ngomong.
Menurut kesimpulan yang
disampaikan Geo, intinya si Takur nggak bisa bantu. Dia malah nyuruh
kami baca koran buat lihat berita tentang kebangkrutan Jet Airways.
Yah, koran di Indonesia saja nggak pernah gue baca. Ini lagi koran
India.
Berkali-kali Geo
menanyakan hal yang sama, “So what's your responsibility for this
case? We need to go back to Indonesia today.”
Jawaban dari Takur pun
masih sama. Kami disuruh proses refund ke online travel agent
(OTA) yang dalam hal ini adalah mytrip.com. Sementara teman gue, Ayu,
yang cancel ikut trip ini sudah coba proses refund tiket Jet Airways ke
mytrip.com sampai gue mengetik tulisan ini pun belum ada respon sama
sekali.
Si Takur hanya bilang
bahwa sistem mereka di-suspend untuk jangka waktu yang nggak
bisa ditentukan. Paling cepat satu bulan. Ya Allah, nggak mungkin
juga kan gue luntang-lantung di India selama sebulan.
Makanya gue putus asa
banget pas disuruh refund ke OTA. Gue inisiatif segera kirim
email ke mytrip.com saat itu juga untuk mengurus nasib tiket kami,
meskipun kecil kemungkinan harapannya. Kemudian berdoa, mudah-mudahan
dari pihak OTA mau mengganti rute penerbangan kami ini.
Lagi deg-degan menunggu
email yang tak kunjung berbalas, eh teman gue si Nurul pergi ke
toilet. Akses internet terputus. Mana lama banget pula dia ke
toiletnya. Nggak tahunya sekalian jajan juga. Begitu ketemu dia,
ternyata emailnya juga belum dibalas.
Mendadak Beli Tiket Baru?
Setelah diskusi panjang,
akhirnya munculah wacana untuk beli tiket baru pada saat itu juga.
Kami langsung menjauh dari tiket counter Jet Airways dan duduk lemas
sambil mencari tiket termurah untuk hari itu juga atau keesokan
harinya.
Mencari tiket murah
dadakan bukanlah hal yang mudah. Apalagi buat sobat miskin. Saat
diajak ngobrol teman saja gue sampai nggak bisa jawab saking
stresnya. Mereka masih bisa jajan, terkadang bercanda, gue beneran
cuma diam doank.
Lima orang dari kami
masing-masing mencari tiket di ponsel. Ada yang mencari rute via
Kuala Lumpur, Singapura, Bangkok, dan beberapa negara lain yang
terdekat dari Jakarta. Hasilnya didapatkan penerbangan dengan
menggunakan Indigo, sebuah maskapai low-cost milik India yang
hanya sampai Kuala Lumpur. Kemudian lanjut lagi naik Malindo dari
Kuala Lumpur ke Jakarta. Totalnya kurang lebih sekitar Rp. 3Jutaan.
Gue masih gemetar, antara shock lihat harga atau memang belum
sarapan.
Mana teman-teman sudah
langsung setuju saja untuk beli tiket itu. “Kalau nanti, takutnya
harganya makin mahal. Mendingan kita eksekusi sekarang,” kata salah
seorang dari mereka. Gue masih diam.
Akhirnya gue terpaksa
setuju. Ya mau gimana lagi. Masa gue mau luntang-lantung di India
sendirian?
Dengan langkah berat, gue
dan teman-teman menghampiri tiket counter Indigo yang nggak jauh dari
Jet Airways. Tanpa basa-basi, langsung tanya ke stafnya berapa harga
tiket menuju Kuala Lumpur untuk penerbangan hari itu atau keesokan
hari. Harga yang disebutkan cocok dengan harga yang kami dapatkan di
website mesin pencarian tiket pesawat. Bahkan lebih murah sedikit.
Entah kesambet apa,
tiba-tiba Geovani inisiatif balik lagi ke counter Jet Airways. Gue
sudah nggak ada hasrat untuk bergerak. Lalu dia memanggil nama gue.
“Riz, ini orangnya
sudah ganti shift, bukan yang tadi. Sama mbak-mbak yang ini
kayaknya bisa. Ini dia lagi nyariin tiket pengganti buat kita,”
kata Geo yang seketika buat gue semangat lagi. Begitu juga dengan
teman-teman yang lain.
“I can not access
your ticket. It seems like your travel agent is accessing it right
now. All you have to do is just wait and come back after several
minutes,” kata staff Jet Airways yang bernama Divya.
Oke, berarti mytrip.com
ini sudah baca email gue. Hanya saja belum balas email. Oleh karena
itu, gue kirim lagi lah email ke mytrip.com. Namun nggak dibalas
juga. Sambil menunggu balasan email, gue kirim kabar dulu ke orangtua
dan pacar. Biar bantu doa. T.T
Gue yang sedari sampai di
bandara nggak doa apapun, akhirnya baca surat Al Ikhlas dalam hati
sebanyak tiga kali. Siapa tahu kalau ikhlas malah dikasih lebih sama
Allah, ye kan.
Gue juga langsung kasih
kabar ke @lagilibur mengenai kasus tiket terbaru ini. Barangkali dia
ada informasi ter-update yang belum gue tahu. Benar saja, gue
langsung dikasih nomer staff perwakilan Jet Airways di Jakarta dan
segera menghubunginya melalui nomer Whatsapp. Meskipun nggak bisa
bantu banyak, dia cukup memberi harapan ke gue untuk jangan putus asa
memohon ke staff yang ada di bandara. “Minta terus aja, mbak. Paksa
aja, soalnya cuma staff yang ada di bandara yang bisa ubah,” kurang
lebih begitu isi pesannya.
Tiket Diubah Jadi Transit di Korea Selatan
Setengah jam kemudian,
kami balik lagi ke counter Jet Airways. Tanpa perlu menjelaskan
maksud kedatangan kami yang ke 349,451,478 kali ke counter maskapai
ini, Mbak Divya langsung mengerti.
“Okay, ladies. I have
found you a new ticket. Do you have a paper?” tanyanya yang
langsung kami sodorkan kertas berisi tiket yang lama.
Lalu dia mengembalikan
kertas itu lagi dengan coretan yang baru dibuatnya. Kurang lebih isi
tiketnya seperti ini:
Teman-teman gue langsung
setuju, kecuali Feny. Soalnya dia wajib masuk Hari Senin. Sementara
tiket baru ini, kami baru akan tiba di Jakarta pada Hari Senin. Gue
jelas saja langsung setuju. Mendingan gue whatsapp bos gue deh minta
tambah izin sehari lagi, daripada disuruh nombok beli tiket baru.
Lalu gue tersadar dengan
tulisan “ICN” di kertas yang dicoret-coret Mbak Divya ini.
Sepertinya familiar, batin gue.
“Excuse me, what is
ICN? Is it Incheon, South Korea?” tanya gue ke Mbak Divya.
“Yes, miss,” jawabnya
sambil senyum.
Gue, Geo, dan Nurul
langsung saling pandang. “Korea, genks!” kata Geo yang gue tahu
banget dari lihat binar matanya aja udah kegirangan banget dia. Spontan gue langsung tanya ke Mbak Divya, sang penyelamat kami ini, "Do we need a visa for transit in Incheon?"
Sebab gue nggak tahu apakah perlu visa kalau cuma transit. Takutnya nanti seperti pas transit di Singapore yang terpaksa keluar imigrasi gara-gara perkara bagasi yang nggak jelas. Ternyata jawaban Mbak Divya ini sungguh menenangkan jiwa dan raga. "No, you don't need visa as your luggage will be send to Jakarta, so you don't have to clear the immigration and it's just three hours transit," terang Mbak Divya. Seketika itu juga hati gue langsung lega. Plong banget rasanya.
Walaupun dengan perubahan ini artinya kami terpaksa tambah satu hari lagi di Delhi dan perjalanan udara bakal memakan waktu total kurang lebih 14 jam (normalnya Delhi - Jakarta palingan 8 jam). Nggak apa-apa, eneng ikhlas. Siapa tahu di bandara ketemu Lee Donghae.
Sebab gue nggak tahu apakah perlu visa kalau cuma transit. Takutnya nanti seperti pas transit di Singapore yang terpaksa keluar imigrasi gara-gara perkara bagasi yang nggak jelas. Ternyata jawaban Mbak Divya ini sungguh menenangkan jiwa dan raga. "No, you don't need visa as your luggage will be send to Jakarta, so you don't have to clear the immigration and it's just three hours transit," terang Mbak Divya. Seketika itu juga hati gue langsung lega. Plong banget rasanya.
Walaupun dengan perubahan ini artinya kami terpaksa tambah satu hari lagi di Delhi dan perjalanan udara bakal memakan waktu total kurang lebih 14 jam (normalnya Delhi - Jakarta palingan 8 jam). Nggak apa-apa, eneng ikhlas. Siapa tahu di bandara ketemu Lee Donghae.
Namun, kali ini yang kelihatan
lemas cuma Feny. Mau nggak mau dia harus beli tiket baru. Empat dari
kami lebih memilih izin lagi ke bos daripada keluar duit. Setelah
tiket issued, kami menemani Feny untuk beli tiket baru.
Permasalahan tiket sudah
beres. Gue nggak kepikiran bahwa seharusnya gue dapat kompensasi
hotel kalau sudah lebih dari 24 jam dari jadwal semula. Gimana mau
kepikiran ya, begitu tahu bakal balik ke Indonesia besok dan transit
di Korea Selatan pula, gue sudah bersyukur banget.
Gue juga berterima kasih
banget sama staff Jet Airways yang namanya Divya. Dia baik banget mau
mengusahakan gue dan teman-teman mendapatkan tiket baru. Sementara
staff yang sebelumnya bukannya bantuin malah curhat panjang lebar soal dia hanya karyawan
biasa lah, nggak punya wewenang lah, gue disuruh baca koran lah. Ya bodo amat, Malih! Gue juga cuma karyawan biasa di Jakarta. Kalau balik ke Indonesia sebulan kemudian, bisa berubah jadi gembel biasa.
Jadi kayaknya gue juga
agak nggak enak kalau minta tambahan kompensasi hotel. Wong ini
maskapai saja diambang kehancuran. Terpenting adalah gue bisa ke India hanya dengan Rp. 1,2jutaan dan kembali ke Jakarta dengan
selamat.
Lalu nambah sehari di New
Delhi donk, menginap di mana?
Nah, untungnya gue masih
punya poin Airbnb. Jadi urusan penginapan ini masih bisa gratis.
Teman-teman sempat berkali-kali bertanya apakah hotel ini beneran
gratis atau nggak. Yah, sayang mereka belum baca postingan gue yang
tentang cara mendapat kredit poin airbnb, sih.
Pokoknya urusan tiket
sudah beres dan hotel sudah didapatkan, gue dan teman-teman bisa
kembali bernapas lega. Setidaknya sampai 24 jam ke depan hingga
pesawat yang akan kami naiki benar-benar take off dari Indira
Gandhi International Airport.
Saat tulisan ini dibuat,
di grup-grup backpacker yang ada di Facebook sudah semakin kisruh.
Sebab dari pihak maskapai sudah memberikan pernyataan resmi tentang
berita kebangkrutan tersebut. Alhasil para pelancong yang sudah
terlanjur berada di sana sebelum berita dikeluarkan, sedang bingung
tentang nasib kepulangan mereka nanti bagaimana?
Di balik semua drama yang
sudah gue dan teman-teman alami ini, meskipun sempat kesal dengan
pihak maskapai, gue sangat amat bersyukur sudah bisa ke India dengan
Jet Airways. Pelayanan di udaranya nggak buruk sama sekali, kok.
Kapan lagi kan bisa terbang naik maskapai full service hanya dengan
Rp. 1,2juta PP? Transit di Korea Selatan pula. Ya meskipun hanya transit
tiga jam. Lumayan lah bisa beli skincare di Duty Free Shop bandara.
Semoga teman-teman yang
nasibnya digantung oleh maskapai ini bisa segera pulang ke Indonesia
dengan lancar dan selamat. Saran gue, kalau memang sudah ada
pernyataan resmi yang isinya maskapai sudah nggak bisa lagi
mengalihkan penerbangan apalagi refund, lebih baik ikhlaskan beli
tiket baru saja. Bagi yang belum berangkat ke sana tapi sudah
memegang tiketnya, lebih baik segera proses refundnya. Lalu cari promo tiket lain,
yuk!
Banyak juga yang mengeluh karena Online Travel Agent (OTA) nggak merespon permintaan refund tiket ini. Gue doakan semoga cepat dapat kepastian. Nggak kebayang gimana kecewanya sudah merancang liburan ke India sedemikian rupa, bahkan sudah ada yang booking hotel dan transportasi di destinasinya, tapi terpaksa gagal karena pembatalan tiket Jet Airways ini.
Pelajaran dari drama kali ini adalah kalau lain kali ada tiket promo, pilih tanggal penerbangan yang paling dekat dengan waktu pembelian. Soalnya banyak juga kok teman-teman gue yang berhasil dan mulus pulang pergi ke India naik Jet Airways tanpa drama seperti ini. Namun, tanggal keberangkatannya memang lebih awal dibandingkan gue.
Banyak juga yang mengeluh karena Online Travel Agent (OTA) nggak merespon permintaan refund tiket ini. Gue doakan semoga cepat dapat kepastian. Nggak kebayang gimana kecewanya sudah merancang liburan ke India sedemikian rupa, bahkan sudah ada yang booking hotel dan transportasi di destinasinya, tapi terpaksa gagal karena pembatalan tiket Jet Airways ini.
Pelajaran dari drama kali ini adalah kalau lain kali ada tiket promo, pilih tanggal penerbangan yang paling dekat dengan waktu pembelian. Soalnya banyak juga kok teman-teman gue yang berhasil dan mulus pulang pergi ke India naik Jet Airways tanpa drama seperti ini. Namun, tanggal keberangkatannya memang lebih awal dibandingkan gue.
Terlepas dari drama yang
terjadi dengan Jet Airways, gue nggak menyangkutpautkan dengan kesan
gue dengan negaranya, ya. Karena ini nggak berhubungan sama sekali.
Biarlah drama tentang trip ke India nya gue pisahkan di lain
postingan dan di lain kesempatan. :)
5 Comments
Rame pisan dramanya. Bisa jadi film kalau Rakhee Punjabi mau angkat ceritanya. Ngeri emang ya kalau airlines nya mau bangkrut.
ReplyDeleteaku juga bakalan pilih nambah hari biarpun dimarahi bos daripada keluar duit lagi wkwkwk... ah ga sabar nungguin cerita India nya
ReplyDeletetiap baca blog miss nidy berasa ikut ngetrip. Kutunggu blog day1-terakhir di India nya miss🤗
ReplyDeleteditunggu cerita transit n foto di incheonnya. oh iya, kalau ngasi tip di india itu berapa yang wajarnya?
ReplyDeleteKak ini pembelian dr mytrip ga bermasalah ya, karena apps ini kasih harga murah banget
ReplyDeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!