Agustus 2018, tanpa sengaja gue
melihat insta stories salah seorang teman yang memberitahukan ada promo
maskapai Jet Airways. Beberapa minggu sebelumnya memang kebetulan gue sudah
dirongrong oleh Geovani untuk segera mencarikan tiket murah ke India. Gue pikir
kayaknya nggak mungkin lah harganya bisa semurah itu. Kalaupun murah, pasti
low-cost airlines. Tak disangka ternyata promo gila kali ini datang dari sebuah
maskapai yang full service.
Tanpa pikir panjang, gue langsung
mengirimkan pesan singkat ke beberapa teman. Totalnya kurang lebih ada lima
orang yang memang sudah sejak lama ingin ke India, yaitu Geovani, Feny, Rudi,
Ayu, dan Nurul. Dengan respon yang nggak cepat-cepat amat, satu persatu dari
mereka mulai memberikan tanda setuju.
Gue segera membuka website mytrip.com. Menurut informasi harus beli di situ biar murah. Awalnya gue cari penerbangan
untuk satu orang dulu. Ngetes doank ceritanya. Apa benar semurah itu? Untuk
tanggal keberangkatan sih gue sudah ngincer pas Holi yang jatuh pada Bulan
Maret. Meskipun ujung-ujungnya nggak bisa merayakan holi juga.
Harga yang gue dapatkan kurang
lebih Rp. 1,5jutaan. Kemudian gue tes lagi kalau langsung masukin tujuh orang.
Ternyata jadi lebih murah, yaitu sekitar Rp. 1,2jutaan per orang. Wow!
Tanpa pikir panjang, semua teman
yang sudah gue hubungi tadi langsung setuju dan sepakat menggunakan kartu
kredit Rudi untuk pembayaran. Tiba-tiba Ayu bilang mau pakai CC pribadi dia
karena mau memilih tiket yang ada pilihan refundable.
Tentunya harganya sedikit lebih mahal. Karena tiket yang gue pilih, kalau
tiba-tiba gue batalkan dari pihak penumpang (gue), tiket nggak bisa
dikembalikan dalam bentuk uang. Setelah setuju semua, ku pinang tiket dengan
bismillah. SAH! Sah? Sah? Alhamdulillaaaaah.
Akhirnya done dengan harga Rp.
1,2jutaan. Sorak sorai gembira di group chat yang mendadak gue bikin pada hari
itu juga. Kapan lagi ye kan ke India dengan harga tiket segitu.
Kegirangan Bakal Mengunjungi Tiga Negara Sekaligus
Berhubung Jet Airways nggak punya
rute penerbangan langsung dari dan menuju Jakarta, jadi kami harus transit. Untuk
keberangkatan, gue harus transit di Singapore selama seharian. Kepulangannya
melalui Bangkok, Thailand.
Sekali mendayung, tiga negara
terlampaui. Senang bukan main. Sudah dapat tiket murah, bisa dapat tiga negara
sekaligus pula. Ditambah lagi, dari Jakarta ke Singapore akan naik Singapore
Airlines, dan kepulangan dari Bangkok ke Jakarta akan naik Garuda Indonesia.
Sementara teman-teman yang lain
kegirangan bakal nyobain naik SQ, gue lain sendiri. Monmaap, kalau SQ mah sudah pernah gue cobain tahun lalu. Sombong! Maskapai kebanggan Indonesia malah belum
pernah gue cobain.
Drama pun Dimulai
Tapi, kenyataan kadang nggak
semanis impian. Beberapa bulan sebelum keberangkatan, tiba-tiba gue menerima
email pemberitahuan tentang re-schedule. Cuma diganti jam pas kepulangan dari
Bangkok saja kok. Awalnya pukul 6:25, berubah jadi 14:35.
Sempat panik, tapi lekas senang
lagi. Dengan jadwal yang baru, kami jadi bisa mampir di Bangkok lebih lama.
Sementara jadwal semula, kami nggak bakal bisa keluar dari bandara. Ya
setidaknya lumayan deh bisa foto-foto di depan Wat Arun atau nongkrong di Khao
San Road.
Namun, kenyataan pahit lagi-lagi
harus kami hadapi. Gue membaca berita di internet mengenai maskapai Jet Airways
mengalami kebangkrutan. Beberapa penerbangan dikurangi.
Awalnya tahu pun dari @lagilibur.
Jadi kebetulan tanggal keberangkatan kami berdua ini sama, Cuma beda jam. Tiket
kepulangannya juga hanya beda sehari. Makanya kami saling bertukar informasi
jika ada berita ter-update seputar India.
“Miss, udah fix tiketmu semua?
Punyaku di-reschedule lagi. Jadinya maju dan mundur sehari. Plus transit di
Hongkong!” curhatnya.
Respon gue malah, “Hah? Kok jadi
Hongkong? Eh, tapi enak donk.” Ya benar donk, daripada transit di Singapura,
mending di Hongkong sekalian. Sama-sama mahal biaya hidupnya di kedua Negara itu.
Sejak chat tersebut, gue jadi
sering cek status tiket kami. Belum ada perubahan apa-apa, sehingga gue merasa
lebih tenang. Mungkin karena gue beli
tiketnya lebih dulu, jadi masih kebagian kursi. Pikir gue dalam hati.
Sampai suatu hari.
Sebelumnya gue sudah cek bahwa
semua rute penerbangan di tiket kami sudah confirmed.
Tiba-tiba rute Jakarta – Singapore menghilang. Gue coba telepon kantor
perwakilannya. Lama banget diangkat teleponnya. Begitu diangkat dan gue minta
dicek, ternyata masih confirmed kok.
Gue dan teman-teman kembali bernapas lega.
Gimana nggak deg-degan ya. Wong
tinggal dua hari lagi keberangkatannya kok malah mendadak hilang. Bikin rakyat
gundah gulana. Mana persiapan ke India sudah matang semua. Hotel sudah dipesan dan mobil sudah disewa.
Sampai hari keberangkatan pun,
nggak ada perubahan aneh. Hanya saja pas kami sedang check in koper di counter
SQ di Bandara Soekarno Hatta Terminal 3, ground staff SQ bilang, “Ini bagasinya
cuma sampai Singapura ya. Soalnya Singapore – Delhi belum ada konfirmasi.”
Dang!
Gue cuma perbanyak doa saja.
Tanpa mau mikirin aneh-aneh dulu. Perjalanan Jakarta ke Singapore berjalan
lancar. Tanpa delay atau masalah apapun. Rudi sampai speechless karena tersadar bahwa pesawat yang kami tumpangi bukan
pesawat ecek-ecek. “Ma, ini beneran cuma Rp. 1,2juta PP?” tanyanya berkali-kali
masih nggak percaya.
Gue hanya menjawab, “Eh, jangan
jumawa dulu, perjalanan kita masih panjang.” Benar saja. Awalnya gue masih
berusaha berbaik sangka saja. Makanya begitu sampai di Singapore, kami langsung
menuju counter Jet Airways dan bertanya mengenai bagasi kami. Apakah harus
keluar imigrasi dulu untuk ambil bagasi atau nggak perlu.
Jawaban yang kami dapat adalah
nggak perlu. Alhasil kami langsung buru-buru mencari lapak untuk tidur di Changi
International Airport. Di Terminal 3, Snooze Lounge sudah penuh. Jadi kami
pindah ke Terminal 2 yang masih banyak lapak tidur.
Keesokan harinya, kami berencana
untuk ikut free tour yang disediakan oleh bandara. Namun begitu sampai sana,
kami dimintai boarding pass. Gue langsung kepikiran untuk segera samperin
counter Jet Airways lagi. Begitu sampai sana, kami disuruh kembali lagi pada
pukul 16:30.
Waktu yang cukup lama. Mengingat
saat itu masih pukul 9 pagi. Lalu kami kembali lagi ke booth Singapore free
tour. Namun sayang, kuotanya tersisa yang pukul 14:30 dan itu pun sisa dua
kursi saja. Ya sudah mau nggak mau kita batalkan free tour dan memilih untuk
eksplor bandara saja. Toh di Changi ini yang super lengkap.
Pesawat Delay Enam Jam, Ngotot-ngototan Minta Kompensasi
Pukul 17:00 kami balik ke counter
Jet Airways. Ternyata penerbangan ditunda hingga pukul 01:30 dini hari.
Seharusnya kami terbang pukul 19:40. Bayangkan berapa jam kami harus
terlunta-lunta di bandara? Jadi teringat film The Terminal.
Kabar buruk nggak sampai di situ.
Ternyata dari petugas yang menginformasikan keterlambatan ini, kami diberitahu
bahwa bagasi kami seharusnya diambil di Singapore. Sudah semalaman donk koper
kami berada di area pengambilan bagasi. Gue khawatir koper hilang malah gagal
bergaya di India. Mana baju yang mau dikibas-kibasin di Jaipur ada di dalam
koper, topi bundar juga, plus segala peralatan lenong lainnya.
Untungnya setelah keluar dari
gerbang imigrasi dan segera mengurus di bagian
Lost and Found bandara, koper kami ketemu. Meskipun harus menunggu beberapa
menit. Setelah koper ketemu pun, kami nggak segera masuk lagi. Pikir kami kan, "Ya udahlah masih lama ini juga."
Pukul 19:00 baru tiba di counter check in. Terlihat hanya satu orang
yang bertugas dengan muka masam. Andai gue masih ingat namanya, pasti bakal gue
sebut terus biar dia terngiang-ngiang sama muka gue mulu saking gondoknya.
Begitu tiba di counter, dia cuma nanya,
“Why are you guys come over here now?”
Gue belum berpikir macam-macam
nih. Gue kira maksud dia itu kami datang terlalu cepat, karena toh jadwalnya masih lama. Gue ladenin saja dengan senyum yang mukanya sudah lecek karena ngantuk
banget.
Setelah itu gue disuruh
melepasnya luggage tag bekas penerbangan semalam. Dia masih pasang muka judes, bertanya hal yang sama.
Lalu gue tanya balik, "Why? Do we come too early?."
"Your flight is 7:40 p.m, right? So, you have to come over here before 6:40 p.m," katanya. Gue hanya diam dan menjelaskan ke teman-teman, "Oh iya, meskipun delay biasanya check in tetap di jam mengikuti jadwal semula."
Begitu koper kami selesai dilaporkan ke bagasi, gue meminta hak kompensasi keterlambatan. "So, where can I get the delay compensation," tanya gue. "No, you won't get it, because you're late," jawabnya enteng banget.
"Wait, the flight was reschedule to 1:20 a.m, right?"tanya gue menegaskan lagi.
Lalu gue tanya balik, "Why? Do we come too early?."
"Your flight is 7:40 p.m, right? So, you have to come over here before 6:40 p.m," katanya. Gue hanya diam dan menjelaskan ke teman-teman, "Oh iya, meskipun delay biasanya check in tetap di jam mengikuti jadwal semula."
Begitu koper kami selesai dilaporkan ke bagasi, gue meminta hak kompensasi keterlambatan. "So, where can I get the delay compensation," tanya gue. "No, you won't get it, because you're late," jawabnya enteng banget.
"Wait, the flight was reschedule to 1:20 a.m, right?"tanya gue menegaskan lagi.
“So, did you already know that
your flight was rescheduled?” tanya si judes balik..
“Yes,” jawab gue singkat.
“When?” tanyanya lagi.
“On 5pm,” jawab gue lagi.
“So, you've already knew it on 5 p.m and
why you didn’t go here? You are late. You must come here on 6:45 by the latest
and now is 7 pm. So. you don’t get the voucher.” Jelasnya lagi mulai cari masalah.
Gue dan teman-teman menjelaskan kronologisnya seperti apa, “Because last night, your staff at Transfer B told us that we don't have to claim our luggages. They will send them right to Delhi and then we just found out on 5 pm that we should take them and clear the immigration,” jelas gue tanpa ada raut kesal sama sekali. AWALNYA..
Gue dan teman-teman menjelaskan kronologisnya seperti apa, “Because last night, your staff at Transfer B told us that we don't have to claim our luggages. They will send them right to Delhi and then we just found out on 5 pm that we should take them and clear the immigration,” jelas gue tanpa ada raut kesal sama sekali. AWALNYA..
Dia masih ngotot kalau kami nggak berhak dapat voucher kompensasi gara-gara telat 15 menit untuk check-in. Teman-teman gue juga sudah menjelaskan panjang lebar, tetap saja nggak mengubah keputusannya.
"You know, you don't have to clear the immigration. Just tell the staff to check up on your luggage at lost and found counter," kata si judes.
"Yes, she told us. But she couldn't guarantee that she would find our luggage. She gave us two option, whether we sit and wait and they will search them but she couldn't guarantee anything. The second one, we have to clear the immigration and find it by ourselves. So we choose the second one,"terang Nurul.
"Did I give you a guarantee that your luggage will arrive in Delhi safely?" tanyanya balik.
"No," jawab Nurul.
"You shouldn't believe her if she's telling you about the guarantee, you know," kata si judes sambil senyum picik.
Kesel nggak sih, lo?
"If you were me, can you sit and wait without any certainty? You don't understand. I'm done," kata gue sebelum ngeloyor pergi.
Gue capek banget jelasin ke siluman ini berkali-kali. Intinya, kalau orang lu kaga salah kasih informasi bahwa koper kami harus diambil semalam, gue nggak bakal telat. Lo pikir ngurus koper di Lost and Found bisa cepat, Malih!
Gue capek banget jelasin ke siluman ini berkali-kali. Intinya, kalau orang lu kaga salah kasih informasi bahwa koper kami harus diambil semalam, gue nggak bakal telat. Lo pikir ngurus koper di Lost and Found bisa cepat, Malih!
Kami diam saja, karena malas ribut kalau nggak kelihatan itikad baiknya dari gelagat mukanya si siluman judes ini. Gue merasa percuma menjelaskan panjang lebar sama orang yang kerjanya
di unit pelayanan tapi nggak bisa melayani dengan benar. Setidaknya senyum deh.
Dari awal dia senyum saja nggak.
Pesawat boleh telat enam jam,
kami telat sampai di counter check in 15 menit saja malah dimarahin. Padahal
yang bikin telat juga petugas mereka yang lain.
Tanpa banyak bicara lagi, gue
tinggalkan counter tersebut dan segera ngacir ke gerbang imigrasi. "Dah genks, percuma jelasin ke ni orang," kata gue ke teman-teman. Gue mau
minta hak gue sebagai penumpang ke petugas yang ada di Transfer B saja, yang
lebih waras, bisa senyum, dan tahu jalan cerita sebenarnya seperti apa.
Teman-teman gue tertinggal jauh
di belakang. Gue sudah nggak mikirin lagi deh, mereka pasti nyusul kok.
Terpenting sekarang adalah minta voucher. Lumayan bok senilai S$20. Enam jam
bukan waktu sebentar, lho. Apalagi tenaga kami sudah habis lantaran transit
semalaman.
Begitu sampai di Transfer B
Terminal 3, petugas yang sama, yang menyuruh kami keluar untuk urus koper di Lost
and Found melayani gue dengan sangat baik. Gue hanya bilang, “Hello, can I get
the compensation voucher for this delay?” Sambil menyodorkan paspor dan boarding
pass yang didapat dari Siluman.
Dia hanya balik bertanya, “Where
did you get this?”
“Check-in counter before the
immigration checking,” jawab gue yakin.
“Okay, give me all of your friend’s
passport,” katanya yang dengan spontan gue respon dengan teriak memanggil
teman-teman gue. “Woy, buruan paspor!”
Mereka langsung lari memberikan
paspor ke staffnya. Setelah itu kami disuruh duduk dulu untuk menunggu. "Gimana, ma? Lo ngomong apa ke dia? Kata dia apa?" tanya teman-teman gue penasaran. Tak
berapa lama, gue dipanggil lagi dan langsung diberikan voucher kompensasi
senilai S$20 yang bisa digunakan di Food Street (food courtnya Terminal 3), Burger King, dan
Coffee Bean.
Tanpa pikir panjang langsung kami
habiskan voucher tersebut di Coffee Bean. Lumayan bisa dapat satu minuman
ukuran paling besar dan dua jenis kue.
Pukul 12 malam kami sudah
nongkrong di depan gate keberangkatan Jet Airways yang sudah dipenuhi calon
penumpang dengan tampang kelelahan. Ternyata bukan gue doank korban delay kali
ini. Gue lupa masih banyak orang yang jadi korban.
Ada harga ada rupa, memang. Mau
mengeluh pun bingung. Ya wong cuma segitu harga tiketnya. Kalau aneh-aneh ya
harus maklum. Tapi setidaknya diperlakukan selayaknya penumpang yang beli tiket nggak seperti si Siluman yang memperlakukan gue dan teman-teman gue adalah hak kami sebagai penumpang. Kalau dia nggak semenyebalkan itu, gue bisa legowo, kok. Buktinya pas di Delhi yang bakal gue ceritakan di part 2 nanti, gue dan teman-teman masih bisa bersabar dan nggak banyak nuntut ini itu.
Yup, drama dengan Jet Airways belum selesai sampai di sini. Ternyata masih ada kelanjutannya pas kami mau balik ke Indonesia. Ceritanya bakal gue lanjutkan di part 2, ya!
Yup, drama dengan Jet Airways belum selesai sampai di sini. Ternyata masih ada kelanjutannya pas kami mau balik ke Indonesia. Ceritanya bakal gue lanjutkan di part 2, ya!
By the way, apakah ada korban
Jetairways juga yang baca postingan ini? Curhat, nyok!
15 Comments
Aku merinding baca ceritanya, gak sabar buat baca kelanjutan soal kesialan- kesialan yang kalian alami saat traveling Miss. Tak tunggu part 2 nya.
ReplyDeleteKamu merinding, aku lemas shayyy terombang-ambing di negara orang.:)))
DeleteKalau tmn2ku yg suka backpacker ke luar negri bilang, itulah sensasinya backpackeran, dari hal2 menyenangkan sampe menjengkelkan ada semua, banyak cerita yg bisa dibagi beb hehhe, penasaran sm crita selanjutnya
ReplyDeleteAku memantau dari linimasa kayaknya waktu perjalanan sampai balik penuh dengan kejutan-kejutan ahahhahaha
ReplyDeleteDeg2an... Gw juga beli tiket sama persis 1.2 jt ke delhi (jet airways) untuk tgl 29 besok dan transit di sg .. Dan di hari ini, baru dapet kabar klo penerbangan ke india dari sg, bkk dan hk udah gak ada . ..dan tiketnya bakal di refund..mana udah beli tiket del-srinagar .. Pupus sudah jalan2 ke kashmir :(
ReplyDeleteNggak mau memupuskan semangat, tapi udah cek twitternya jet airways? Mereka udah confirm soal kebangkrutannya & banyak maskapai-maskapai lain yang mau terima penumpang dari jet airways ini. Kalau pun bisa berangkat, pas baliknya beresiko banget takut gak bisa balik ke Indonesia. Soalnya staffnya pun udah angkat tangan. Good luck ya! Semoga ada jalannya ke sana.
DeleteAku sudah pasrah gak jadi mudik lebaran ke India bhuahahaha
ReplyDeleteWah iya, bukannya beli yang ke Mumbai ya?
Deleteaduh segitu amat ya kejadiannya. ngemper di bandara 6 jam bukan kejadian yg enak. ampe foto2nya pun cmn beberapa. biasanya di postingan2 lain fotonya lumayan. hahaha
ReplyDeleteBahahahaha merhatiin amat. Tapi emang iya. Gak nafsu foto2 lagi pusing gitu 🤣🤣
DeleteOh iya. ENAK BANGET BALIKNYA BISA TRANSIT DI INCHEON!
ReplyDeletePerlu visa Korea nggak kalo kayak gitu?
Puji Tuhan ya akhirnya bisa dapet voucher dari petugas yang baik hati itu. Lumayan banget 20 SGD.
Gak perlu kok. Kan gak keluar imigrasi. Masih satu kode booking.
DeleteIya Alhamdulillah ada aja orang baik.
Kebayang kalau gw disana, udah keder kali yaaa hahaha
ReplyDeleteaku inget banget promonya waktu itu tapi untungnya nggak jadi beli wkwkwkwk
ReplyDeleteIndia memang lagi booming yah tahun lalu banyak banget yang ke sana, sepertinya tahun ini India juga jadi wishlist traveler
Kalau guess alhamdulillah ga ada complain pas perjalanan ke India. Huhuhu
ReplyDeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!