Jalan-jalan ke luar
negeri artinya kita harus siap dengan segala culture shock yang bakal
kita hadapi selama di sana. Sama halnya yang terjadi ketika gue
berada di Jepang. Semua orang pasti pernah merasakan 'pertama kali',
jadi kalau norak dikit ya nggak apa-apa. Tapi kalau noraknya sudah
kebanyakan dan malah bikin malu, bisa-bisa jadi ikutan menjelekkan
nama Indonesia, lho. Kira-kira apa saja yang harus diperhatikan saat
naik kereta di Jepang supaya nggak malu-maluin selama di sana?
Meskipun kereta-kereta yang ada di Indonesia kebanyakan diimpor dari Jepang, atau lebih kasarnya sih bekas Jepang yang masih bagus keadaannya lalu dibeli oleh Indonesia, tapi orang-orang yang ada di dalamnya jauh berbeda sekali dalam hal kebiasaan dan etika dalam berkendaraan umum dengan kereta. Bisa dibilang mungkin orang-orang Jepang yang gue temui di sana jauh lebih sopan dan menghargai orang lain ketimbang di Indonesia.
Kali ini gue akan
memberitahu kalian etika apa saja yang harus kalian patuhi selama
berada di Jepang dan akan gue bandingkan dengan yang gue alami di
Indonesia. Jadi mungkin sedikit banyak akan terkesan subjektif.
Karena yang gue bagikan 100% berdasarkan pengalaman sendiri. Langsung
saja yuk kita bahas etika apa saja yang harus kita perhatikan selama
berada di dalam kereta yang ada di Jepang
1. Dilarang Bicara dengan Suara Berisik
Berada di dalam kereta
yang ada di Jepang, hal yang pertama gue rasakan adalah “Kok sepi
amat ni orang.” Ternyata ketika berada di dalam kereta, kita nggak
boleh berisik sama sekali. Ngobrol sih boleh, tapi suaranya harus
pelan banget. Meskipun mereka datang bergerombol, tapi nggak ada yang
mengobrol dengan suara kencang.
Sementara di Indonesia: Coba deh sekali-kali naik commuter line dari Tanah Abang menuju Bogor pas Hari Sabtu. Semua rebutan ngobrol dengan volume suara yang kayak lagi sahut-sahutan di hutan.
Sementara di Indonesia: Coba deh sekali-kali naik commuter line dari Tanah Abang menuju Bogor pas Hari Sabtu. Semua rebutan ngobrol dengan volume suara yang kayak lagi sahut-sahutan di hutan.
2. Ubah Setting Handphone menjadi Silent atau Off
Pernah suatu kali gue
berdiri di depan ibu-ibu yang duduk di pojok gerbong. Tiba-tiba dia
menerima panggilan telepon. Suara deringnya sih nggak begitu besar
menurut gue. Seperti mengendap-endap dan kayak lagi ngobrol sama
selingkuhan, suaranya pelan banget. Setelah mengakhiri panggilan
teleponnya, beliau menunduk-nunduk ke arah penumpang di sekitar
sambil bilang, “Gomenasai.”. Kelihatan sekali dia merasa bersalah
karena telah mengangkat telepon.
Sementara itu di Indonesia: Orang di sebelah yang telponan, segerbong bisa tahu isi pembicaraan di telepon. Dia yang pacaran, kita yang mesem-mesem. Dia yang berantem di telepon, kita ikutan emosi. Emosi pengen bekep mulutnya biar diam. Semua ini terjadi karena kita terpaksa mendengar isi obrolan mereka di telepon. T.T
Sementara itu di Indonesia: Orang di sebelah yang telponan, segerbong bisa tahu isi pembicaraan di telepon. Dia yang pacaran, kita yang mesem-mesem. Dia yang berantem di telepon, kita ikutan emosi. Emosi pengen bekep mulutnya biar diam. Semua ini terjadi karena kita terpaksa mendengar isi obrolan mereka di telepon. T.T
3. Menyetel Musik dengan Volume Besar
Kurang lebih sama lah
seperti poin yang nggak boleh bicara dengan kencang atau menerima
panggilan telepon. Hal ini bisa mengganggu kenyamanan penumpang di
sekitar kita. Daripada berujung jadi berantem, kan. Jadi mereka
memang sangat menghargai privacy dan kenyamanan orang lain. Ibarat
kata, “Kalau nggak mau disenggol, jangan nyenggol duluan.”
Kalaupun mau mendengarkan musik, pakailah earphone dan atur volume sekecil mungkin. Toh, selera musik orang di sebalah kalian belum tentu sama. Jadi nikmati sendiri saja. Nggak usah merasa playlist kalian sudah paling keren dan orang akan impressed karena itu.
Sementara di Indonesia: Pasti di antara kalian ada deh yang pernah ketemu orang di kereta sedang mendengarkan musik dengan earphone yang volumenya besar, sampai-sampai musiknya terdengar jelas banget sampai empat orang berderet yang duduk di sampingnya.
Kalaupun mau mendengarkan musik, pakailah earphone dan atur volume sekecil mungkin. Toh, selera musik orang di sebalah kalian belum tentu sama. Jadi nikmati sendiri saja. Nggak usah merasa playlist kalian sudah paling keren dan orang akan impressed karena itu.
Sementara di Indonesia: Pasti di antara kalian ada deh yang pernah ketemu orang di kereta sedang mendengarkan musik dengan earphone yang volumenya besar, sampai-sampai musiknya terdengar jelas banget sampai empat orang berderet yang duduk di sampingnya.
4. Antri di Belakang Garis sebelum Naik Kereta
Nggak hanya di Jepang, di
negara-negara maju seperti Singapore pun juga seperti ini. Semua
orang tertib menunggu berbaris di belakang garis batas aman menunggu
kereta. Begitu pintu gerbong terbuka, semua tertib menunggu semua
penumpang yang keluar habis dulu, setelah itu penumpang masuk ke
dalam satu persatu.
Sementara itu di Indonesia: Semua orang berlomba-lomba merapatkan tubuh ke badan kereta. Kereta belum berhenti, orang-orang sudah mengetok-ngetok kaca kereta. Ya kali dikata angkot diketokin langsung berhenti. Penumpang yang di luar belum keluar, penumpang yang mau naik sudah menyerbu masuk ke dalam. Nggak jarang kok penumpang yang mau turun di Stasiun Tebet jadi terbawa ikut sampai Stasiun Gondangdia saking nggak bisa bergerak ke arah pintu.
5. Penempatan Tas/Barang Bawaan
Kereta di Jepang jarang
sepi. Karena penduduknya lebih suka naik kendaraan umum. Jika
kebetulan memang kereta sedang sepi dan kalian dapat tempat duduk,
letakkan tas atau apapun barang bawaan kalian di bagasi yang ada di
atas kursi, atau minimal dipangku.
Jika kehabisan tempat duduk dan kalian bawa ransel gendut, letakkan ransel di lantai atau di bagasi. Karena memakai ransel gendut bisa menyulitkan orang-orang untuk jalan di antara gerbong.
Sementara di Indonesia: Bukannya nggak mau meletakkan tas di bagasi, tapi kadang penumpang yang duduk juga taruh semua barangnya di bagasi yang ada di atas kursi meskipun cuma kantong kresek kecil. Bukan dipangku. Jadi orang-orang yang berdiri kesulitan untuk membawa tasnya. Makanya nggak heran kalau mau jalan menerobos sampai ke pintu saja sulit.
Jika kehabisan tempat duduk dan kalian bawa ransel gendut, letakkan ransel di lantai atau di bagasi. Karena memakai ransel gendut bisa menyulitkan orang-orang untuk jalan di antara gerbong.
Sementara di Indonesia: Bukannya nggak mau meletakkan tas di bagasi, tapi kadang penumpang yang duduk juga taruh semua barangnya di bagasi yang ada di atas kursi meskipun cuma kantong kresek kecil. Bukan dipangku. Jadi orang-orang yang berdiri kesulitan untuk membawa tasnya. Makanya nggak heran kalau mau jalan menerobos sampai ke pintu saja sulit.
6. Dilarang Makan/Minum
Untuk kereta dalam kota
seperti MRT atau subway, gue memang nggak pernah melihat ada orang
yang makan dan minum. Sementara untuk Shinkansen atau kereta antar
kota mah bebas kalau mau makan atau minum.
Sementara di Indonesia: Bebas makan dan minum asal nggak kelihatan petugas kereta.
Sementara di Indonesia: Bebas makan dan minum asal nggak kelihatan petugas kereta.
7. Dilarang Buang Sampah di Dalam Kereta
Memang karena nggak ada
tong sampah juga sih di dalam kereta. Di dalam stasiun bawah tanah
pun gue jarang menemukan tempat sampah. Jadi kalau memang ada sampah
yang mau kita buang, cari dulu di mana tong sampahnya.
Sementara di Indonesia: Sudah larangan makan dan minumnya dilarang, bungkus makanan atau botol minumannya ditinggalkan begitu saja di kursi. Kalau perlu diselipkan di pojokan kursi.
Sementara di Indonesia: Sudah larangan makan dan minumnya dilarang, bungkus makanan atau botol minumannya ditinggalkan begitu saja di kursi. Kalau perlu diselipkan di pojokan kursi.
8. Posisi Duduk Sopan
Meskipun kondisi kereta
sedang lowong, orang-orang Jepang tetap duduk dengan sopan. Kedua
kaki rapat, nggak dibuka ngablak (khususnya laki-laki).
Sementara di Indonesia: Semakin sepi isi keretanya, semakin 'feels like home'. Belum lagi ditambah buat yang bawa anak, nggak jarang kok lihat anak-anak duduk di lantai atau gelantungan di pegangan kereta. Gue nggak menyalahkan anaknya sih, tapi orangtuanya yang cuek saja melihat anaknya kayak lagi di taman bermain.
Sementara di Indonesia: Semakin sepi isi keretanya, semakin 'feels like home'. Belum lagi ditambah buat yang bawa anak, nggak jarang kok lihat anak-anak duduk di lantai atau gelantungan di pegangan kereta. Gue nggak menyalahkan anaknya sih, tapi orangtuanya yang cuek saja melihat anaknya kayak lagi di taman bermain.
*******************************************************
Yup, kurang lebih
begitulah etika naik kereta di Jepang. Kenapa gue bandingkan dengan
yang terjadi di Indonesia? Bukan bermaksud mau menjelekkan, tapi kita nggak bisa menutup mata bahwa
memang kenyataannya begitu. Indonesia yang katanya orang-orangnya
penuh sopan santun dan beragama, masih kalah perilakunya sama
orang-orang di Jepang yang malah kebanyakan nggak beragama.
“Kok, jadi bawa-bawa agama, kak?,” tanya netizen. Jadi begini anak muda, nggak melulu kebudayaan dari luar negeri itu buruk dan bukan berarti dengan jalan-jalan ke luar negeri itu jadi nggak cinta sama negara sendiri. Secara langsung kita jadi kayak study banding. Jadi ayo kita serap hal-hal yang positifnya. Kan katanya mau maju juga.
Kebanyakan mindset orang Indonesia adalah “Orang gue bayar, ya suka-suka gue donk.” Betul, nggak? Gue nggak bilang semua, lho. Tapi nggak sedikit orang yang seperti itu.
Perlu kita akui untuk beberapa hal, termasuk etika saja Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan negara lain. Jadi nggak hanya infrastrukturnya saja yang dibenahi, tapi kebiasaan dan mental orang-orangnya juga perlu dibenahi.
Oh iya, kembali ke pembahasan etika di kereta. Di tiap negara peraturan di atas memang nggak selalu sama. Misalnya di Korea Selatan, makan dan minum mah bebas, bahkan ada yang jualan di dalam kereta. Maka dari itu kalian harus cari tahu dulu sebelum ke negara tujuan dan perhatikan etika-etika tersebut jika hendak mengunjungi suatu negara ya. Supaya nggak disalahin orang. Karena beberapa etikanya memang nggak tertulis.
“Kok, jadi bawa-bawa agama, kak?,” tanya netizen. Jadi begini anak muda, nggak melulu kebudayaan dari luar negeri itu buruk dan bukan berarti dengan jalan-jalan ke luar negeri itu jadi nggak cinta sama negara sendiri. Secara langsung kita jadi kayak study banding. Jadi ayo kita serap hal-hal yang positifnya. Kan katanya mau maju juga.
Kebanyakan mindset orang Indonesia adalah “Orang gue bayar, ya suka-suka gue donk.” Betul, nggak? Gue nggak bilang semua, lho. Tapi nggak sedikit orang yang seperti itu.
Perlu kita akui untuk beberapa hal, termasuk etika saja Indonesia masih kalah jauh dibandingkan dengan negara lain. Jadi nggak hanya infrastrukturnya saja yang dibenahi, tapi kebiasaan dan mental orang-orangnya juga perlu dibenahi.
Oh iya, kembali ke pembahasan etika di kereta. Di tiap negara peraturan di atas memang nggak selalu sama. Misalnya di Korea Selatan, makan dan minum mah bebas, bahkan ada yang jualan di dalam kereta. Maka dari itu kalian harus cari tahu dulu sebelum ke negara tujuan dan perhatikan etika-etika tersebut jika hendak mengunjungi suatu negara ya. Supaya nggak disalahin orang. Karena beberapa etikanya memang nggak tertulis.
Kalian nggak mau kan
Indonesia dicap jelek seperti kebanyakan turis Tiongkok yang sering
di-banned negara-negara lain hanya karena segelintir orang yang nggak
beretika, jadi satu negara dicap jelek. Padahal nggak semua turis
Tiongkok begitu.
Semoga tulisan ini membantu teman-teman yang mau jalan-jalan ke luar negeri, khususnya ke Jepang. Supaya bisa menganggalkan kebiasaan buruknya di Indonesia sebelum tiba di sana dan bisa membawa hal-hal baik sepulangnya dari negeri orang. Selamat berlibur.
Semoga tulisan ini membantu teman-teman yang mau jalan-jalan ke luar negeri, khususnya ke Jepang. Supaya bisa menganggalkan kebiasaan buruknya di Indonesia sebelum tiba di sana dan bisa membawa hal-hal baik sepulangnya dari negeri orang. Selamat berlibur.
Baca juga!
Japan Travel Hack:
Cara membuat visa Jepang ~ Repot bawa koper di Jepang ~ Sewa kimono di Kyoto ~ Perlukah JR Pass? ~ Sewa WiFi di Jepang ~ Panduan membeli tiket Willer Bus ~ Rincian budget travelling ke Jepang ~ Itinerary trip ke Jepang 11 hari ~ Persiapan sebelum travelling ke Jepang ~ Ide Travel Outfit ke Jepang
~ Osaka Amazing Pass ~ Etika Berkereta ~ Cara Seru Bersepeda di Jepang
~ %Arabica Coffee Arashiyama
~ Osaka Amazing Pass ~ Etika Berkereta ~ Cara Seru Bersepeda di Jepang
~ %Arabica Coffee Arashiyama
4 Comments
Kalo foto-foto boleh yaa ? :D
ReplyDeleteTemenku pernah dimarahin waktu foto-foto di KRL padahal sepi.
Btw iya nih kalo orang indonesia, apalagi bapak bapak.. ngangkat telfon dikereta sambil teriak2 whahahaa di sleding kali ya kalo dijepang bapak bapak kaya gitu
Di Jepang prinsipnya sebenarnya jangan sembarangan foto muka orang yang nggak dikenal. Karena begitu foto dipublikasi, mereka keberatan, kita bisa dituntut. Kalau peraturannya sih nggak ada, pas ke India ada peraturan tertulisnya nggak boleh foto-foto.
DeleteSuka banget dengan keteraturan di Jepang sana. Orang-orangnya pun nurut, jadi bisa ketularan yang baik-baik juga. Dan kita sebagai turis yang bijak, tentu wajib mengikuti etika ketika naik kereta di sana.
ReplyDeleteWkwkwkwk... Semua yang ditulis tentang Indonesia tepat sasaran semua.
ReplyDeleteTentang barang bawaan, saya malah pernah menjumpai penumpang yang narok barangnya tepat di pintu kereta.
Bikin susah penumpang lainnya deh, pas diminta geser, malah emosi yang punya barang. -_-
Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!