Seminggu
sebelum melakukan perjalanan ke Kuala Lumpur, sudah ada salah satu
pembaca blog yang minta dibagikan itinerary trip ini. Bukannya nggak
mau kasih, cuma belum waktunya. Karena itinerary yang dibuat sebelum
perjalanan dilakukan kan masih bisa berubah, nggak sesuai dengan yang
terjadi. Nah, berhubung gue sudah kembali ke tanah air, ini dia
saatnya gue membagikan travel itinerary ke Kuala Lumpur selama tiga
hari.
Bagi
orang Indonesia yang belum pernah berpergian ke luar negeri, Malaysia
merupakan destinasi yang tepat untuk dikunjungi. Selain ramah di
kantong, juga ramah bagi mereka yang lidahnya sulit bicara dalam
bahasa Inggris. Jangan cyedih, gue salah satunya, kok. Oh iya, selain itu Kuala Lumpur juga punya banyak destinasi gratis!
Jalan-jalan
selama tiga hari di Kuala Lumpur kali ini lebih banyak diisi dengan
kulineran. Bagi yang belum baca makanan apa saja yang sudah gue
cobain selama di Kuala Lumpur, bisa baca juga tulisannya.
Gue
berada di sana sebenarnya selama tiga hari tiga malam. Jadi tiba di
Kuala Lumpur pada Kamis malam dan kembali ke Jakarta pada Minggu
sore. Itinerary yang akan gue bagikan kali ini cocok banget buat
kalian yang baru pertama kali ke Kuala Lumpur dan cuma punya waktu
singkat. Kalau punya waktu lebih lama, bisa coba main ke Melaka.
Melaka
adalah kota indah yang pernah gue sambangi di tahun 2017. Cantik
banget kotanya! Apalagi buat kalian yang suka dengan bangunan
bersejarah. Ada banyak spot instagramable di sana, lho.
Mari
kita bahas travel itinerary ke Kuala Lumpur selama tiga hari, yuk!
[Baca juga: Melaka Walking Tour]
"Lho, kok empat hari, kak?"
Sabar, Zubaedah. Memang totalnya empat hari, tapi hari pertama itu cuma keberangkatan di malam hari dan kami baru mulai petualangannya di hari kedua. Untuk lebih jelasnya, baca tulisan sampai habis ya.
Day 1 - Departure CGK -> KUL
Berangkat
dari kantor pukul 5 sore. Sudah pesan tiket kereta bandara (rail
link) tapi apa daya, telat. Jadi harus beli tiket baru seharga 66k
per orang.
Pesawat
take off pukul 9 lewat dan on time. Kami naik Air Asia hasil berburu
promo dari November 2018. Jadi awalnya tiket yang kami beli itu
rutenya Jakarta - Kuala Lumpur, baliknya Penang - Jakarta selama enam
hari. Berhubung gue nggak bisa cuti lama, jadi beli tiket kepulangan
yang baru.
Setibanya
di KLIA 2 Airport, kami langsung menuju Capsule by Container Hotel.
Sebuah hotel capsule yang lokasinya berada di dalam bandara. Kenapa
gue memilih untuk menginap di sini? Karena kami tiba di KL sudah
lewat pukul 12 dini hari, bakal susah cari transportasi umum. Kalau
tidur ngemper di bandara, teman gue nggak bisa karena badannya nggak
bisa tidur tanpa alas kasur. Daripada jalan-jalannya nanti
sakit-sakitan, mending pesan hotel saja deh ya. Kebetulan hotel ini
yang paling murah di antara hotel lain di dalam KLIA 2 Airport dan
ada kamar yang kapasitas tiga orang.
Setelah
check in dan mandi, kami segera tidur supaya keesokan hari badan
segar.
Day 2 - Eksplor Putrajaya & Kuliner Malam di Kuala Lumpur
Setelah
check out dari Capsule by Container Hotel, kami sarapan dulu di Liang
Sandwich yang ada di dalam bandara. Kemudian segera menuju ERT
station untuk beli tiket KLIA Transit.
Spot 1: Astaka Morocco & Putra Mosque
Sebelum
ke Kuala Lumpur, kami sengaja memilih mampir dulu ke Putrajaya.
Karena rutenya sejalan, daripada bolak-balik. Koper sudah kami
titipkan dulu di Putrajaya Central Station. Lokasi penitipan koper
sudah gue bahas di artikel tentang Astaka Morocco Putrajaya.
Selain
mengunjungi Astaka Morocco, kami juga mampir ke Putra Mosque,
sebuah masjid megah berwarna pink yang sungguh indah. Kalau sempat,
coba mampir pas menjelang sunset deh. Pemandangannya bagus!
Spot 2: The Platinum Suite
Setelah
mengunjungi dua tempat hits di Putrajaya, kami melanjutkan perjalanan
ke Kuala Lumpur. Kebetulan gue sudah dihubungi host Airbnb untuk
keperluan check in.
Kereta
KLIA Transit berhenti terakhir di KL Sentral. Dari sana menuju ke
apartemen airbnb (Platinum Suites) naik grab car dengan tarif sekitar
15 MYR.
Pas
check in, ternyata yang ngasih kuncinya itu housekeeper-nya,
orang Indonesia juga donk. Mbaknya asli Semarang, tapi kami nggak
banyak ngobrol. Teman-teman gue pun sudah nggak sabar untuk masuk ke
unit yang telah kami sewa. Apalagi si Ikhwan yang sudah ngebet mau
berenang di rooftopnya.
[Baca juga: Review Airbnb Kuala Lumpur]
Spot 3: Nasi Kandar Pelita
Nggak
lama setelah check in, kami memutuskan makan dulu di Nasi Kandar
Pelita yang ada di Jalan Ampang. Kebetulan jaraknya hanya 700 meter
dari apartemen, jadi kami jalan kaki ke sana.
Setelah perut diisi
sampai kekenyangan, rencananya kami mau berenang di Skypool, namun
apa daya pas sampai sana petir sedang menggelegar dan semua tamu yang
sedang berenang disuruh keluar dari kolam renang.
Spot 4: Cendol Durian Runtuh
Daripada
bete nggak jadi berenang dan gagal sunsetan, kami memutuskan untuk
nyobain Cendol Durian Runtuh yang ada di Chow Kit. Untungnya ada
Grab, jadi mau ke mana-mana selama di Kuala Lumpur nggak pusing.
Menurut gue, kalau kalian pecinta durian dan sedang travelling ke
Kuala Lumpur, wajib cobain Cendol Durian Runtuh ini ya.
Spot 5: RSMY
Sudah
kenyang? Tentu saja belum. Merasa sayang kalau langsung pulang, kami
melipir lagi ke RSMY yang terkenal karena cheese naan-nya.
Kami pesan dua porsi yang extra cheese, berakhir dengan
bungkus pulang satu porsinya karena perut kami sudah nggak cukup
menampung semua makanan yang telah kami cicipi malam itu.
Day 3 – Batu Caves, Bukit Bintang, & Hunting Foto
Rencananya
sih, kami tadinya mau ke Batu Caves sedari subuh. Apa daya gue yang
alarm tubuhnya menolak bangun pagi di hari libur, juga menyerah
ketika berkali-kali dibangunin Kak Didi pagi itu. Akhirnya baru
berangkat sekitar pukul 9 pagi dari apartemen.
Spot 1: Batu Caves
Saran
gue, kalau mau ke Batu Caves di akhir pekan, datanglah saat subuh, di
mana orang-orang belum pada datang. Fyi, subuh di Kuala Lumpur lebih
lambat satu jam lho dibandingkan Jakarta. Jadi kalau di Jakarta subuh
jam 4:30, di KL jam 5:30. Sudah cukup siang, kan. Kalau nggak begitu,
ya seperti yang gue alami. Batu Caves dipenuhi turis. Jangankan
foto-foto, untuk jalan saja bahkan sempat kesulitan saking ramainya.
Spot 2: Ikan Bakar Bellamy
Setelah
lelah berusaha foto nungguin sepi yang ternyata mustahil, kami lanjut
cari kuliner enak lagi. Tepatnya ke Ikan Bakar Bellamy. Dari Batu
Caves naik KTM, turun di KL Sentral. Kemudian lanjut naik Grab.
Setibanya
di Jalan Bellamy, ternyata ada beberapa rumah makan yang menyajikan
menu seafood serupa. Gue bingung memilih yang mana, lalu teringat
video Ria SW yang juga pernah ke sini dan makan di rumah makan yang
warna orange.
Kalau
ke sini dijamin bakal kalap deh milih seafoodnya. Apalagi sejak
datang sudah tercium aroma seafood segar dari kejauhan. Nafsu makan
jadi bertambah. Bahkan Kak Didi yang lagi diet saja sampai kalah,
nambah nasi dua kali demi menikmati sedapnya ikan pari bakar di sini.
Apalagi saat itu hujan sedang turun lebat, jadi ada alasan tambah
terus sambil menunggu hujan reda. #Alasan
Di
seberang rumah makan Seri Melaka, ada yang jual es krim durian. Wah,
kalian wajib cobain, sih. Enak banget! Duriannya asli dan nggak
pelit.
Spot 3: Petaling Street
Begitu
hujan mulai reda, kami lanjut lagi ke Petaling Street. Tujuan ke sini
sebenarnya mau nyobain claypot yang paling terkenal. Sayangnya pas
kami tiba di sana belum buka. Masih kesorean datangnya. Kalau lebih
malam lagi, mungkin sudah buka. Untuk mengobati kekecewaan, kami
mampir beli susu kedelai dan kembang tahu di Kim Soya Bean.
Sebenarnya
ada kuliner unik lagi di Petaling Street ini, yaitu Air Mata Kucing
dan ada bapak-bapak tua yang jualan kue semacam martabak tapi terbuat
dari tepung ketan. Jualannya dengan sepeda gitu. Tapi kami nggak
sempat cobain karena mau menyisakan space untuk kuliner
selanjutnya.
Petaling
Street ini terkenal juga sebagai tempat untuk beli oleh-oleh. Gue
beli magnet kulkas seharga Rm 30 untuk 10 buah. Di Petaling Street
tuh banyak banget yang jual oleh-oleh serupa, tapi saran gue coba
masuk ke toko-toko yang di belakang kios tenda-tenda di sepanjang
jalan ini. Maksud gue yang kios permanen gitu ya, jangan yang
jualannya di gerobak atau pakai tenda kayak di Blok M zaman dulu.
Spot 4: Alor Mural Street Art
Berhubung
malam minggu, tentu saja spot selanjutnya yang dicari adalah area
yang paling hits seantero Kuala Lumpur. Yup, Bukit Bintang. Di area
ini ada banyak spot kuliner dan pusat perbelanjaan. Tapi sebelum ke
sana, kami mampir dulu ke Alor Mural Street Art.
Sayang
pas sampai sana sedang gerimis. Jadi nggak berlama-lama foto di sana.
Padahal enak nggak terlalu ramai juga meskipun akhir pekan.
Lokasi
mural art ini nggak jauh dari Alor Street Food. Jadi sekalian
deh mampir ke area yang sepanjang jalan dipenuhi penjual yang jual
makanan. Makin malam biasanya makin ramai. Kami hanya jajan fried
durian saja, karena sudah punya tujuan kuliner selanjutnya
Spot 5: Nasi ayam Hainan Chee Meng
Yup,
kalau kalian sudah baca tulisan Rekomendasi Kuliner Enak di Kuala
Lumpur, spot kuliner berikutnya sudah pasti masuk ke dalam
daftar. Nasi Ayam Hainan Chee Meng yang lokasinya ada di jalan
sebelah Alor Street Food. Ini merupakan salah satu spot kuliner enak
yang halal di Kuala Lumpur.
Nggak
berlama-lama setelah kelar makan, kami lanjut ke area Bukit Bintang
yang paling tersohor. Kurang lengkap rasanya kalau ke Kuala Lumpur
tapi belum mampir atau masuk ke Pavilion Mall. Meskipun nggak belanja
di sana, ya setidaknya masuk aja dulu siapa tahu cocok. #eh
Day 4: Beli Oleh-oleh dan Nyasar
Pagi
itu kami bangun lumayan pagi. Mau memaksimalkan hari terakhir di
Kuala Lumpur. Meskipun nggak banyak waktu yang tersisa karena pukul
12 siang sudah harus beranjak ke bandara.
Spot 1: R.A Nasi Lemak
Berdasarkan
informasi yang kami dapatkan dari internet, kedai nasi lemak yang
cukup terkenal ini buka dari pukul 6 pagi dan lokasinya ternyata bisa
ditempuh dengan jalan kaki dari airbnb.
Kami
pun mengikuti arahan dari Google Maps. Sempat melewati warung yang
ramainya bukan main, kami pikir itu ternyata bukan. Setelah dicari
tahu, nama warung tersebut adalah Kedai Pak Hasan yang juga terkenal
enak, pastinya bakal gue datangi jika lain waktu ke Kuala Lumpur
lagi.
Setelah
berjalan sejauh 700 meter lebih, kami nggak menemukan yang kami cari,
akhirnya menyerah. Nengok kanan-kiri nggak ada tanda-tanda warung
pinggir jalan gitu seperti yang kami lihat di Google. Kak Didi
menemukan R.A Nasi Lemak lain di Google Maps. Kenapa bisa ada dua R.A
Nasi Lemak? Ya ini mungkin yang dimaksud karena nila SETITIK, rusak
susu sebelangga. Gue nyari di Google Maps dengan keyword “R.A. Nasi
Lemak”. Ada titik lagi setelah huruf A, sementara Kak Didi tanpa
titik lagi. Ternyata yang benar itu yang titiknya cuma satu di antara
huruf R dan A.
Pas
lihat Ikhwan, jalannya udah nyeret dengan muka layu, gue langsung
pesan grab car. Pernah lihat kambing mau disembelih pas lebaran
nggak? Jalannya berat banget kan diseret-seret dulu. Nah begitu deh
tampang Ikhwan waktu itu.
Ternyata
lokasi R.A Nasi Lemak dekat banget dari airbnb. Memang kayaknya kami
disuruh olahraga pagi dulu deh.
Spot 2: Central Market
Seharusnya
kami ke Central Market di hari ketiga, karena lokasinya dekat sekali
dengan Petaling Street. Tapi pas di hari ketiga itu gue dibingungkan
oleh google maps. Malah diarahkan ke Central Market yang jauh. Entah
di mana.
Jadinya
baru sempat ke sana di hari terakhir. Itu pun karena oleh-oleh yang
dicari nggak ditemukan di supermarket terdekat. Di Central Market ini
cukup lengkap untuk urusan oleh-oleh, tapi harganya juga lebih mahal.
Spot 3: Skypool The Face Suites
Kembali
lagi ke sini karena belum lihat view infinity pool di Skypool saat
siang hari. Mau berenang juga nggak bakal keburu karena pukul 12
siang sudah harus beranjak ke bandara. Alhasil hanya melihat beberapa
pasangan saja yang sedang berenang siang-siang.
Spot 4: KLIA 2 Airport
Berhubung
kami sudah terlanjur membeli KL Travel Pass, jadi bisa naik KLIA
Express gratis sekali. Maka dari itu kami memutuskan naik taksi dari
apartemen ke KL Sentral dengan tarif kurang lebih RM 22. Sopir
taksinya pun menawarkan mau mengantar kami sampai bandara hanya
dengan menambah RM 10 lagi. Namun apa boleh buat, tiket KLIA Express
sudah dibeli.
Tiba
di bandara masih ada waktu tersisa sekitar dua jam sebelum
keberangkatan. Gue dan Kak Didi beliin sisa titipan dulu karena
merasa masih ada banyak waktu. Ternyata begitu tiba di counter
check-in, harus self check-in bagasi alias nggak ada petugas yang
membantu mendaftarkan bagasi. Jadi Air Asia di semua counter yang ada
di KLIA 2 Airport sudah self check-in pakai mesin.
Gue
sudah pernah sih check-in bagasi pakai mesin gini pas trip ke Bali,
tapi udah lama banget jadi lupa gimana caranya. Setelah lelah bongkar
pasang bagasi lantaran sedikit overweight, kami lanjut menuju
gerbang imigrasi.
Ternyata
antriannya panjang, I mean super duper panjang. Waktu yang
tersisa hanya 45 menit dengan waktu boarding. Deg-degan?
Pasti! Kaki lemas banget rasanya nunggu antrian semakin pendek.
Begitu kelar urusan imigrasi, kami bertiga lari sprint. Udah
nggak nengok kanan-kiri, cuma sempat ngecek jam dan hanya tersisa
kurang dari 10 menit.
Nafas
tersengal-sengal, keringat sudah mengucur deras. Yah, bukan
jalan-jalan sama Nidy namanya kalau nggak pakai acara lari-larian di
bandara. Pas di gate pemeriksaan terakhir, gue gelisah. Lagi
diperiksa badannya sama petugas, gue mau langsung buru—buru lari
lagi. Sampai si petugas kesal, “Tunggu dulu, kenapa mau lari.”
Gue jawab dengan nafas yang masih tersisa, “Saya sudah telat,
sist.” Sist??? Online shop kali ah..
Bodo
amat dah, gue lari lagi sampai akhirnya lihat antrian masuk ruang
tunggu pesawat. Gue berhenti, mulai lega karena nggak terlambat naik
pesawat. Nengok ke belakang, kelihatan Kak Didi mukanya sudah pucat
banjir keringat. Nggak lama kemudian Ikhwan menyusul dengan muka yang
sudah gelap keunguan.
Selesai
sudah trip menyenangkan ke Kuala Lumpur selama tiga hari. Meskipun
diakhiri dengan drama maraton di bandara. Tapi untungnya dua teman
yang ikut kali ini pun sudah pernah dan mulai terbiasa adegan
lari-lari di bandara. Saking seringnya, sampai sudah diwanti-wanti
dari sebelum berangkat, “Kita nanti pulangnya nggak pakai acara
lari-larian di bandara ya, Oma.”
Apa
boleh buat, manusia berkehendak, Tuhan yang menentukan. :p
Itinerary
di atas cocok banget buat yang baru pertama kali ke Kuala Lumpur dan
memang doyan makan. Kalau kalian nggak begitu suka berburu kuliner,
bisa diganti dengan tempat lain seperti Dataran Merdeka, yang nggak
sempat gue datangi juga karena hujan lebat.
Semoga
bisa membantu teman-teman dalam merencanakan trip ke Kuala Lumpur,
Malaysia. Jangan lupa untuk bagikan tulisan ini ke teman-teman kalian
ya. Jika ada pertanyaan seputar trip ini, bisa tulis di kolom
komentar. Jangan lupa juga untuk pilih profile yang name/url saja ya.
Kalau pakai Google+ atau opsi yang pertama, nanti nggak bisa gue
publikasikan. Terima kasih.
4 Comments
Keren amat perjalanannya.
ReplyDeleteMakasih
Deletekebetulan banget aku lagi nyari-nyari rekomendasi itinerary ke Malaysia kak, thanks ya kebantu nih jadi ga perlu browsing segala macem lagi hehe
ReplyDeleteliat blog kamu bahas ini aku malah baru balik dari KL tahun baruan kemarin seru juga :)
ReplyDeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!