Siapa yang suka makan di Restoran Padang? Rasanya hampir semua orang
Indonesia pasti suka melipir ke Restoran Padang kalau lagi lapar, apalagi yang
punya cita rasa Padang asli. Selain porsinya mengenyangkan, rasa masakannya
bikin mau nambah terus. Saking sukanya bahkan kalau terlalu lama jalan-jalan di
luar negeri, hal yang terlintas saat nanti kembali ke tanah air hanyalah makan
masakan Padang. Banjir kuah tunjang di atas nasi sudah terbayang-bayang walau pesawat belum mendarat. Meskipun identik dengan
makanan rakyat, tapi apakah kalian pernah makan nasi padang rasa bintang lima?
Nah, akhir pekan lalu gue merasakan nasi padang yang sudah naik kelas. Gue dan sahabat gue akhirnya bisa merasakan cita rasa masakan Padang otentik di Mandeh Restoran yang berlokasi di dalam JHL Solitaire Hotel, salah satu hotel bintang lima di Gading Serpong, Tangerang. Kira-kira apa bedanya dengan nasi Padang pada umumnya? Apakah worth it?
Setelah sekian lama akhirnya gue main lagi ke Gading Serpong. Sepuluh tahun lalu, gue tinggal di Kelapa Dua, yang lokasinya hanya selemparan kolor dari Gading Serpong. Begitu kembali lagi, berkali-kali gue dibuat takjub dengan pesatnya pembangunan yang ada di sana. Bahkan sudah ada hotel bintang lima di sana, yaitu JHL Solitaire Hotel. Namun kali ini gue bukan mau membahas hotelnya, melainkan restoran Padang yang berada di lantai dasar hotel tersebut, yaitu Mandeh Restoran.
Pertama kali dengar namanya, gue langsung teringat kalimat yang dulu sering disebutkan, “Onde Mandeh”. Gue baru tahu kalau ternyata Mandeh itu artinya adalah Ibu. Restoran ini pun memakai nama Mandeh karena ingin membawa kita bernostalgia kembali dengan masakan rumahan sang Ibu. Namun kali ini dengan suasana berbeda.
Mandeh Restoran baru beroperasi kembali kurang lebih satu bulan belakang ini. Dengan menghadapai situasi baru akibat pandemi Covid-19, manajemen restoran harus memutar otak agar para pelanggan tetap bisa menikmati sajian masakan khas Minang ini dengan aman dan nyaman. Dari pertama kali masuk ke lobi hotel saja protocol kesehatan sudah ketat. Tamu harus mencuci tangan sebelum masuk lobi, suhu tubuh dicek, dan dipersilakan mengoleskan hand sanitizer.
Letak Mandeh Restoran ada di lantai satu, dekat sekali dengan lobi. Begitu memasuki area restoran, gue langsung tahu kalau restoran ini berkonsep fine dining. Desainnnya begitu mewah dan artistic. Di tengah-tengah restoran ada pilar-pilar dengan instalasi kayu. Bentuknya sekilas mengingatkan gue dengan Garden by The Bay di Singapura. Megah sekali!
Kalau di restoran Padang pada umumnya semua makanan disajikan di atas meja, piring mana yang isinya berkurang, di situlah kita akan dikenakan charge. Betul, nggak? Nah, di Mandeh Restoran beneran kayak restoran fine dining. Kita harus memesan menunya terlebih dahulu, yang disajikan di atas meja hanyalah makanan yang sudah kita pesan.
Setelah dipikir-pikir, ada baiknya juga sih dengan sistem begini, jadi makanan yang sudah disajikan berulang-ulang di atas meja para pelanggan juga nggak terkontaminasi. Kebayang nggak kalau satu piring rendang yang sama ternyata sudah berkali-kali disajikan ke hadapan tamu yang berbeda di masa seperti sekarang? Meskipun demikian, ternyata nggak mengurangi esensi makan masakan Padang, kok.
Oh iya, gue juga dapat info dari chef-nya bahwa makanan yang dihidangkan di Mandeh Restoran ini selalu baru. Jadi mereka masak semua menu di pagi hari. Habis atau nggak habis menunya, mereka akan buang di malam hari dan akan masak baru lagi di kemudian hari. Jadi nggak ada makanan yang ‘menginap’. Khusus untuk menu seafood seperti gulai kepala kakap, akan dimasak sesuai pesanan. Jadi semua menu akan sampai ke meja kita masih dalam keadaan fresh.
By the way, gue sudah nggak sabar mau bahas soal makanannya, nih.
Ayam Gulai Hitam Galundi
Kuliner khas Solok ini jadi salah satu menu primadona di Mandeh Restoran. Konon, di rumah makan Padang terkenal lain belum tentu ada menu ini. Boleh dbilang menu ini memang menu khusus yang hanya disajikan jika ada perayaan tertentu.
Gue cukup senang saat menu ini mendarat di meja. Apalagi ini kali pertama gue nyobain menu ini. Tampilannya unik, ayam diselimuti bumbu gulai berwarna hitam pekat. Konon warna hitamnya ini berasal dari kluwek, bahan yang biasa juga digunakan dalam rawon asal Jawa Timur dan gabus pucung asal Betawi.
Jangan takut dulu dengan penampilannya yang gelap ini. Ternyata rasanya surprisingly enak banget! Ayamnya dimasak sempurna hingga terasa empuk digigit. Effortless banget. Bumbu gulainya membanjiri ayamnya. Saat gue mencicipi bumbunya pertama kali, sepintas sensasi teksturnya seperti bumbu salted egg, yang terasa ngeres di mulut. Bedanya kalau bumbu salted egg sudah pasti asin, nah ini tuh rasanya gurih dan ada manisnya sedikit. Enak bangetttt. Asli dah! Gue dan Wenny berkali-kali memuji kenikmatan Gulai Ayam Galundi ini.
“Nek, ini sumpah enak bangeeeet. Pengen nambah nasi rasanya,” kata Wenny.
Sejujurnya gue pernah mencicipi menu yang kelihatan serupa di Kuala Lumpur. Ayam bumbu hitam yang mirip-mirip seperti ini, tapi rasanya lebih dominan manis. Jadi aneh di mulut. Kalau Gulai Ayam Galundi yang ada di Mandeh Restoran ini sudah pas banget di lidah.
Rendang
Ada yang sudah pernah makan rendang asli Padang? Ciri-ciri rendang asli Padang itu warnanya hitam dan bumbunya cenderung kering. Kalau kalian biasa makan daging rendang yang bumbunya berwarna cokelat tua dan sedikit basah, itu namanya kalio.
Rendang yang asli Padang ini memang jarang ditemukan di rumah makan Padang. Nah, di Mandeh Restoran, mereka menyajikan menu rendang asli Padang ini. Gue sudah pernah mencoba rendang asli seperti ini sebelumnya. Sementara Wenny baru pertama kali.
Kami berdua sepakat bahwa rendang di Mandeh Restoran juga nggak kalah enak. Meskipun dagingnya nggak langsung sobek sekali potong, tapi bumbunya ini juara banget. Pas gue potong rendangnya, kelihatan banget kalau bumbunya juga meresap hingga ke serat-serat dagingnya. Bumbu rempahnya terasa kuat dan pekat. Apalagi kalau dimakan pakai nasi panas dan pulen. Beuh, bikin mau nambah lagi.
Gulai Cubadak dan Daun Singkong
Pasti sudah nggak asing dengan menu yang satu ini. Gulai Cubadak atau yang biasa kita kenal dengan gulai nangka, biasa disajikan sebagai menu pelengkap tiap kali kita makan nasi padang.
Mungkin karena semua menu di sini freshly cooked, jadi dimasak nggak terlalu lama. Ini gue rasakan di nangka muda yang digunakan di dalam menu ini. Menurut gue belum terlalu empuk, tapi lagi-lagi rasa kuah gulainya juara banget! Gue belum pernah makan gulai nangka selahap malam itu. Beneran gue habisin kuahnya sampai bersih saking enaknya.
Kuah gulainya gurih dan ada asam-asam dari nangka muda. Jadi segar banget. Kalau gue cuma dikasih nasi sama kuah gulai cubadak ini juga pasti habis. Beneran enak banget!
Daun singkong yang juga selalu dijadkan pelengkap dalam menu nasi Padang di sini terbilang enak. Nggak ada rasa getir pahit khas daun singkong. Menu daun singkong yang cenderung plain jadi penetral rich-nya kuah gulai cubadak tadi. Pas banget!
Roti Canai Kuah Kari
Menu ini biasa disajikan sebagai cemilan atau makanan pembuka. Porsinya yang imut memang pas banget dinikmati sambil menunggu hidangan utama datang. Roti canainya tipis-tipis, nggak terlalu keras, dan mudah disobek. Rasanya cenderung polos karena begitu dicocol dengan kuah karinya, baru terasa nendang.
Taruang Balando
Salah satu yang menarik di Mandeh Restoran adalah keberadaan bar di sudut restoran. Mungkin kalau di restoran lain sih nggak heran ya, nah ini Restoran Padang. Jadi bar di sini memang hanya menyediakan minuman jus yang menyehatkan. Ibarat kata sudah begah sama makanan serba santan, dinetralisir dengan minuman sehat. Salah satunya Taruang Balando ini.
Rasanya the best banget, sih. Fresh banget! Sumpah ini gue rekomen banget sih kalau ke sini. Beneran terasa enak dan rasanya kayak jadi enteng lagi mulut setelah makan makanan serba santan tadi. Nggak cukup kalau cuma pesan satu gelas.
Es Tebak
Sejujurnya inilah pertama kali gue cobain desert khas Sumatera Barat ini. Rasanya mirip es campur tapi penampilannya bagus banget. Isinya terdiri dari cincau, kolang-kaling, dan yang berwarna kuning itu seperti kuning telur itu ternyata tape singkong. Kreatif banget.
Pelayanan & Harga Menu
Pelayanan di Mandeh Restoran menurut gue sudah sangat baik. Kami disambut hangat. Begitu dapat meja dan duduk di kursi, nggak lama kemudian kami dberikan handuk hangat. Tiap kali air mineral di gelas sudah kosong, langsung ditawarkan untuk di-refill. Begitu piring sudah kosong, mereka langsung mengangkatnya dari meja dan langsung membersihkan meja lagi untuk segera diisi dengan menu berikutnya. Gercep banget deh.
Dari pengamatan mata, seluruh waitress-nya sudah dibekali masker, face shield, dan sarung tangan. Nggak hanya aman untuk pelanggan, tapi juga aman bagi mereka yang bekerja di sana.
Untuk harga makanan dan minumannya, gue nggak bisa bilang murah atau mahal. Tapi apa yang sudah dikeluarkan itu bakal terasa sepadan. Karena mulai dari rasa makanan, pelayanan, dan suasana juga mendukung.
Selain menu ala carte, setiap bulan di tanggal 29 dan 30, Mandeh Restoran menyediakan menu buffet. Jadi dengan membayar sekitar Rp. 250,000, kita sudah bisa makan sepuasnya. Untuk promo ter-update, coba cek instagramnya saja di @mandehpadangasli.
Meskipun restoran bintang lima, tapi sah-sah saja kok kalau kita mau makan pakai tangan. Gaes, ini tuh tetap nasi Padang, kok. Lebih nikmat pakai tangan kosong, kan? Jangan lupa cuci tangan dulu ya. Sabun cuci tangannya juga sudah oke, bukan tipikal sabun cuci tangan yang encer kebanyakan air gitu. Namun jika kalian tetap ingin menggunakan sendok dan garpu pun nggak masalah. Sendok garpu di Madeh Restoran selalu dilapisi plastik sebelum kita gunakan. Jadi tetap steril.
Sebuah pengalaman menarik bisa
nyobain makan di Mandeh Restoran. Ini pertama kalinya gue makan nasi Padang
dengan gaya bintang lima. Restorannya
cozy banget, cocok buat invite rekan
bisnis atau makan bareng keluarga. Apalagi kalau ngajak orangtua, pasti senang banget ke Mandeh. Suasananya nyaman banget apalagi menu
makanannya masakan rumahan yang nikmat tapi tetap terasa fancy. Konsepnya dapat banget, sih.
Good job, Mandeh!
Mandeh Restoran
Alamat:
Lantai Dasar otel JHL Solitaire Gading Serpong
Jam operasional:
Senin – Minggu, 10:00 – 22:00
Reservasi:
021-39503032/081225386990
2 Comments
Looooh aku baru tau kalau rendang asli Padang tuh yang item begitu. Selama hidup ku, belum pernah makan rendang yang begitu. Berarti selama ini yang ku makan kalau ke rumah makan Padang, namanya Kalio ya, bukan rendang wkwkwk
ReplyDeleteKeren ah, nasi padang kelas atas nih.
ReplyDeleteMenunya bikin ngiler.
Tentang rendang, emang bener sih Mbak, rendang yang asli tuh lebih gelap warnanya dan lebih kering. Cuma sulit sih nyari rendang asli di rumah makan padang. Mungkin karena rendang asli ini kan perlu lama dimasak, jadi lebih sulit ngebuatnya.
Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!