Saat pertama kali memutuskan untuk berlibur ke Bali, sudah pasti memilih penginapan adalah hal yang menyenangkan. Karena begitu banyak pilihan dan harga akomodasi di Bali selama pandemi ini cukup turun signifikan. Tapi, lagi-lagi karena masih pandemi, jadi gue lebih memilih penginapan yang nggak terlalu ramai dan bukan hotel chain yang banyak orang tahu. Kali ini The Sun and Surf Stay jadi pilihan gue dan teman-teman. Lokasinya berada persis di pinggir pantai.
Penginapan The Sun and Surf ini sebenarnya sudah lama gue simpan di folder wishlist Airbnb gue. Penginapan seperti ini merupakan penginapan ideal gue sih. Nggak perlu lengkap-lengkap banget fasilitasnya, yang penting kebutuhan basic sudah tercukupi, ada hammock di balkon, dan langsung menghadap pantai.
Fasilitas
Seperti yang sudah gue sebutkan, fasilitas di The Sun and Surf Stay termasuk standar. Di dalam kamarnya ada kasur ukuran king, air conditioner, cermin, meja, colokan listrik ada banyak, handuk, toiletriesnya hanya ada shampoo, conditioner, dan sabun cair. Tapi mereka pakai merk Sensatia Botanica, lho. Untuk pasta gigi dan sikat gigi harus bawa sendiri dari rumah.
Selain itu juga ada hair dryer. Buat gue ini cukup penting. Karena rambut gue kalau nggak kering sempurna, gampang ketombean dan lepek. Sayangnya, kamar mandinya nggak ada pintunya. Kalau menginap bareng pasangan sih nggak masalah ya. Kebetulan gue sekamar sama teman. Jadi kalau dia buang air besar, gue ngungsi ke balkon. Baunya terdistribusi sempurna ke seluruh penjuru kamar. :)))
Tiap kamar punya balkon masing-masing. Kamar yang ada hammocknya hanya ada beberapa. Malah kamar yang gue tempati ini merupakan tipe yang paling murah. Untuk informasi tipe-tipe kamarnya bisa langsung tanya stafnya ke whatsapp saja ya. Mereka lumayan fast respond kok.
Pic by @potosuka |
WiFi-nya juga lumayan kencang. Kalau mau work from Bali di sini ya seru juga. Televisi nggak disediakan ya. Untuk apa juga? Lebih baik menikmati pemandangan di depan mata, kan.
Reservasi & Rate
Untuk memesan kamar di The Sun and Surf Stay hanya bisa dilakukan melalui dua cara, yaitu lewat websitenya langsung yang nantinya akan diarahkan ke WhatsApp dan bisa juga melalui Airbnb.
Kalau malam ada kafe kayak di jimbaran |
Gue dan teman-teman memesan dua kamar dengan dua cara yang berbeda. Gue pesan lewat Airbnb karena kebetulan masih punya voucher discount, sementara teman gue dan suaminya reservasi melalui WhatsApp. Sejujurnya kalau booking lewat Airbnb itu harganya jadi lebih mahal, karena ada biaya admin pastinya. Makanya teman gue dan suaminya lebih memilih reservasi langsung via WhatsApp.
Harga per kamarnya (yang gue pesan) sekitar Rp. 800K/malam. Sementara karena gue pakai kupon airbnb, jadi cuma membayar sekitar Rp. 300An ribu. Untuk tipe kamar suitenya tentu saja lebih mahal. :D
Check In & Check Out
Proses check-in dan check out terbilang mudah. Stafnya komunikatif dan gesit. Kalau kalian bawa mobil, parkirnya lumayan jauh. Tapi aman kok. Gue meninggalkan koper di mobil semalaman, karena malas bawa barang banyak ke bawah. Jadi sebagian pakaian yang memang mau gue kenakan, sudah dipisahkan ke ransel.
Nanti tinggal hubungi stafnya melalui WhatsApp atau telepon. Infokan saja kalau sudah di parkiran atau di depan Temple Lodge. Stafnya akan menjemput kita di sana.
Begitu sampai di hotel, juga langsung serah terima kunci. Nggak ada uang jaminan kunci. Pas check-out pun juga mudah. Begitu selesai menginap, tinggal serahkan kembali kuncinya. Semudah itu.
Menu Sarapan
Sebenarnya harga kamar yang gue bayar belum termasuk sarapan. Namun kamar teman gue ada tembok yang rembes gitu dan AC nya nggak terlalu terasa, jadi sebagai bentuk tanggung jawab, pihak hotel kasih compliment berupa free breakfast. Meskipun yang dikasih cuma jatah untuk satu kamar, ya nggak apa-apalah. Gue juga sempat icipin pancakenya dan enak!
Sarapannya bisa diantar ke kamar atau dinikmati di area kafenya yang ada di bawah kamar.
Pemandangan Spektakuler
Buat pecinta pantai, kalian bakal suka banget menginap di sini. Pantainya cukup landai. Ada karangnya juga, sih, tapi aman. Nggak terlihat banyak orang juga selama dua hari di sana. Jadi kalau mau foto-foto juga nyaman.
Sebenarnya kalau saja cuaca sedang bagus, bakal makin cetar nih pemandangannya. Lokasi Pantai Bingin yang berada di sebelah barat menjadikannya tempat sempurna untuk menikmati matahari tenggelam.
Di sepanjang Pantai Bingin juga ada banyak pilihan hotel dan villa. Ada beberapa kafe juga meskipun nggak buka 24 jam. Harga menunya pun relatif mahal. Makanya gue sengaja beli perbekalan makanan dulu, biar nggak jajan boros. Kalau malam juga ada kafe yang konsepnya kayak resto seafood di Jimbaran.
Meskipun berada di bibir pantai, tapi gue nggak terganggu sama sekali dengan suara ombak sepanjang malam. Kualitas tidur gue cukup baik. Malah kalau pintunya ditutup, suara ombaknya hanya terdengar sayup-sayup saja.
So far, gue suka sekali menginap di The Sun and Surf Stay Bingin. Suka banget sama pemandangannya. Apalagi santai sore sampai tiduran di hammock. Mantab! Menurut gue penginapan ini nggak lansia dan kids friendly. Karena untuk mencapai penginapannya, harus menuruni 100 lebih anak tangga. Prnya kan pas mau pulang ya, harus nanjak. :)
Kalau kalian mau punya pengalaman menginap di pinggir pantai ala Tulum Mexico (Amiin), boleh dicoba nih menginap di The Sun and Surf Stay. Selamat berlibur!
1 Comments
Selama pandemi, banyak orang yang menepi di Bali. Setidaknya ketika pekerjaan bisa dijalani dari jarak jauh. Asyik juga di hotel dengan pemandangan laut. Mata langsung seger hahahhaha
ReplyDeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!