Setelah tiga tahun halaman paspor gue nggak ada stempel baru, akhirnya bisa kembali lagi merasakan deg-degan di gerbang imigrasi. Tiga tahun rasanya sudah terlalu lama, apalagi buat gue yang memang senang sekali eksplor di negara orang. Kesulitan berkomunikasi dengan penduduk lokal, cobain makanan khas, merasakan culture shock yang bisa bikin beneran shock. Aah, kangen sekali rasa itu.
Sampai akhirnya di bulan Juni lalu ada promo Epic Sale dan iseng cek penerbangan ke Singapura untuk masa sebulan hingga empat bulan ke depan, dan terbelilah tiket pulang pergi untuk keberangkatan September. Nggak sbar mau share cerita perjalanannya dengan kalian!
Syarat Perjalanan ke Singapura dari Indonesia
Per Agustus kemarin, syarat perjalanan ke Singapura sudah semakin mudah. Bagi pemegang paspor Garuda, kita sudah nggak perlu lagi untuk tes antigen/PCR di Indonesia maupun di Singapura, asalkan sudah vaksin booster. Se-simple itu ya, gaes.
Meskipun begitu, tetap ada saja beberapa hal yang perlu dipersiapkan sebelum keberangkatan ke negeri singa, diantaranya yaitu:
SG Arrival Card & Health Declaration
Kalau sebelum pandemi, di pesawat biasanya dibagikan kertas form embarkasi oleh pramugari. Kertas tersebut wajib kita isi sebelum melewati gerbang imigrasi di bandara negara tujuan. Kalau lupa isi pas lagi di pesawat, biasanya juga kita bisa isi di bandara negara tujuan. Nah, kalau sekarang, kita isi form SG Arrival Card dulu di https://eservices.ica.gov.sg/sgarrivalcard/
Isi selengkap mungkin ya, jangan ada yang di-skip biar proses di imigrasinya lancar. Nanti jika sudah berhasil submit datanya, akan dikirimkan email seperti ini:
Ketika nanti di bandara Changi, petugas imigrasinya akan meminta diperlihatkan isi email tersebut atau dokumen yang sudah kalian unduh saat submit SG Arrival Card. Setelah itu akan dikirimkan email otomatis seperti di bawah ini jika kalian sudah berhasil melewati imigrasi di Singapura.
Ubah Sertifikat Vaksin ke Standar Sertifikat Vaksin Luar Negeri
Tentunya ini berguna agar petugas di bandara negara tujuan mengerti donk dengan isi tulisan di sertifikat vaksin kita. Jadi harus sesuai dengan sertifikat vaksin standar WHO.
Cara mengubahnya mudah sekali, tinggal ikuti petunjuk seperti di bawah ini ya.
Jika syarat-syarat di atas sudah dilakukan, artinya kalian sudah siap untuk melancong ke Singapura. Let's go!
Persiapan sebelum Trip ke Singapura
Nah, selain persiapan dokumen untuk kepentingan imigrasi, tentunya ada persiapan lain juga donk yang harus diperhatikan. Simak detailnya berikut ya, jangan sampai ada yang kelupaan.
Booking Hotel
Selama lima hari ini gue menginap di dua hotel berbeda. Sebenarnya awalnya gue nggak mau pindah-pindah hotel, karena repot geret koper. Kebetulan gue bawa koper 29” yang dulu gue pakai saat ke Jepang. Tapi pas gue cek rate kamar untuk akhir pekan tuh harganya jadi menggila. Jadi terpaksa harus cari hotel yang lebih murah. Toh, buat tidur ini kan. Jadi budgetnya bisa dialokasikan buat jajan enak selama di Singapura.
Dua malam pertama gue menginap di ST. Signature yang lokasinya ada di Jalan Besar. Hotel ini berkonsep co-living gitu dan tampaknya memang lagi ngetren di kalangan anak muda Singapura. Semacam kos-kosan mewah deh kalau di Jakarta. Ada dapur, kamar mandi sharing tapi bersih dan dilengkapi hair dryer, lokasi juga dekat sekali dengan stasiun MRT dan halte bus. Hotel ini gue booking langsung ke websitenya, karena setelah dibandingkan dengan online travel agent lain, harganya jauh lebih murah. Tapi kalau melalui websitenya, harus ada jaminan di kartu kredit gitu ya. Tapi tenang aja, jaminannya bakal dikembalikan dalam 14 hari ke depan.
Awalnya mau menginap di apartemen yang sama seperti saat trip ke Singapura tahun 2017, tapi udah nggak ada di listing Airbnb. Padahal pas banget tuh kalau untuk tiga orang. Tapi nggak apa-apa deh, di ST. Signature ini juga gue betah banget.
Hotel kedua juga lokasinya bagus banget. Seberangnya Bugis Junction, ke stasiun MRT juga hanya 300 meter. Kalau secara estetika gafdis-gadis instagram sih, hotel ini kurang, ya. Tapi kamarnya nyaman banget buat gue dan stafnya baik-baik. Namanya Backpacker Cozy Corner Guesthouse. Ini gue booking di traveloka sekitar Rp. 700Ribuan per malam untuk kapasitas tiga orang.
Tukar Uang dari IDR ke SGD
Untuk urusan konversi mata uang kalau jalan-jalan ke luar negeri memang rada ribet. Pas ke Korea Selatan gue tukar uang dari IDR ke KRW dan USD, karena menurut beberapa orang, katanya lebih untung kalau tukar KRW dari USD di Korea Selatan kalau misalkan stok KRW kita sudah habis. Sumpah pakai cara ini tuh nggak memudahkan hidup, karena masih harus kebingungan cari money changer yang terpercaya di negeri orang.
Nah, sejak pertama kali tahu kalau ternyata ambil uang di ATM luar negeri nggak sesulit itu dan masih bisa cuan, gue lebih mengandalkan cara ini. Pas di Jepang kan masih coba-coba ya pakai cara ini, lalu ketika gue trip ke Malaysia di tahun 2019, gue pakai cara ini dan gampang banget. Malah rate-nya lebih murah ketimbang tukar IDR ke MYR di money changer langganan gue.
Jadi untuk trip ke Singapura kali ini, gue mau melakukan hal yang sama. Gue nggak menukar IDR ke SGD sama sekali dari Indonesia. Boleh dibilang kita nggak bawa dollar Singapura sepeser pun.
Begitu tiba di Changi International Airport, barulah gue mencari lokasi ATM terdekat. Nah, biar nggak amsyiong, ambil uang di ATM nya lewat satu orang saja. Jadi gue dan teman-teman sepakat pakai kartu ATM-nya Anindhya saja. Gue dan Inggrid transfer menggunakan m-banking ke rekening BCA Anindhya. Biar hanya sekali kena charge pengambilan uang di luar negeri sebesar Rp. 25,000. Biayanya tinggal dibagi tiga, deh. Hitung-hitung sama saja dengan ongkos transportasi gue ke money changer langganan, belum lagi jajan teh kotak. :D
Selisih kurs yang nggak seberapa itu juga nggak perlu dipikirkan banget. Beda Rp.2 aja mah nggak usah diambil pusing. Kecuali kalian mau ambil uang di Singapura Rp. 70 miliar kayak Oh In Joo di serial Little Women, baru pusing deh kalau ada beda kurs dikit.
Kalaupun uang tunainya sudah habis, sebisa mungkin gue juga gesek kartu debit untuk transaksi belanja selama di sana. Nggak kena biaya apapun, sih, hanya kena selisih kurs aja.
Layanan Internet
Kalau biasanya gue sewa wifi portable tiap jalan-jalan ke luar negeri, kali ini gue mau mencoba beli SIM Card di e-commerce yang ada di Indonesia. Alhamdulillah selama lima hari di sana nggak ada kendala.
Gue beli Sim Card hanya satu saja. Kebetulan Inggrid punya dua handphone, jadi bisa tathering selama di sana. Sinyalnya lumayan kencang kok, tapi ada batas pemakaian. Di hari kedua, kami lupa kalau ada batas pemakaian per hari. Jadi kelupaan pas update video beberapa kali di instagram, bikin kuota hariannya cepat habis. Alhasil baru pukul 7 malam, internetnya sudah lemot.
Tapi selebihnya aman kok pakai sim card ini, dan yang terpenting murah. Belinya bisa di sini, ya.
Transportasi
Soal urusan transportasi mah nggak perlu bingung selama di Singapura. Kali ini gue nyobain tap in-tap out MRT dan bus memakai kartu debit Jenius. Jadi nggak perlu beli kartu Ez Link maupun Singapura Tourist Pass.
Meskipun begitu, ada saja kelebihan dan kekurangan menggunakan kartu Jenius ini. Nggak selancar yang gue duga.
Kelebihan
- Lebih hemat karena nggak perlu keluar uang untuk beli Ez Link
- Praktis, bisa langsung digunakan tap in dan tap out
- Kurs SGD di aplikasinya lumayan murah
Kekurangan
- Balance di kartunya nggak langsung ter-update begitu habis tap out kartu. Jadi total balance baru akan ter-update keesokan harinya. Kita nggak bakal tahu tarif dari stasiun A ke B dikenakan biaya berapa.
- Hanya bisa beli SGD di aplikasi di hari kerja saja. Jadi pastikan memperkirakan estimasi biaya untuk penggunaan kartu ini akan mencukupi sebelum akhir pekan. Karena gue sudah punya itinerary sebelum berangkat ke Singapura, jadi gue bisa menghitung ongkos MRT dan bus dari lokasi A ke B itu berapa di Fare Calculator. Jadi sudah bisa menghitung kira-kira selama lima hari ini gue bakal habis berapa untuk MRT dan bus. Jika sudah dapat perkiraan angkanya berapa, tambahkan saja lagi untuk uang jaga-jaga.
- Sistem bisa saja error, seperti yang gue alami di hari terakhir. Saat mau naik bus ke Changi Airport dari hotel, hanya kartu gue saja yang nggak bisa digunakan. Jadi settingan di apliaksinya entah mengapa terubah sendiri jadi IDR. Padahal sama sekali nggak gue ganti-ganti. Alhasil kartu nggak bisa gue gunakan dan baru ter-update kembali saat gue sudah tiba di Jakarta. Untung hal ini terjadi di hari terakhir, kalau nggak, mungkin terpaksa gue juga harus beli Ez Link. Duit lagi..
Jadi saran gue, memang perlu “Don't put your egg in one basket.” Jadi kalau kartu Jenius error juga kayak gue, setidaknya masih ada uang di ATM yang biasa kalian gunakan untuk cash flow yang bisa diambil di ATM yang ada di sana. Overall, gue rekomen kok pakai kartu Jenius untuk mobilisasi selama di Singapura, bisa digunakan juga untuk bertransaksi di toko.
Packing List
Bagi sebagian orang, kegiatan packing adalah kegiatan yang membosankan dan nggak disukai karena ribet. Bagi gue, justru di sinilah kesenangan itu dimulai.
Gue selalu membuat packing list sebelum travelling, biar nggak ada yang ketinggalan dan nggak perlu beli tambahan kekurangan barang bawaan di negara tujuan. Mahal, shay.
Sebelum packing, jangan lupa cek Accu Weather, ya. Biar tahu cuaca di Singapura lagi gimana. Kebetulan saat gue ke sana, ramalan cuacanya kurang bagus. Makanya gue dan teman-teman siap sedia payung dan jas hujan. Soalnya pas ke Singapura tahun 2017 itu pun gue perginya di tanggal yang sama, dan sempat kehujanan.
Berhubung masih pandemi, jadi vitamin, obat-obatan, dan stok masker juga jangan lupa, ya.
Soal pakaian mah gampang, deh. Iklim di Singapura kan sama kayak di Indonesia, tapi jangan lupa bawa minimal satu jaket atau outer ya.
Segitu dulu kurang lebih persiapan yang gue lakukan sebelum melakukan trip ke Singapura kali ini. Secara keseluruhan, kondisi di Singapura nggak jauh berbeda seperti keadaan sebelum pandemi. Banyak orang yang sudah lepas masker meskipun di area indoor, nggak perlu scan track code kayak Pedulilindungi di sini.
Area yang wajib pakai masker hanya di transportasi umum. Ini berdasarkan pengalaman kemarin ya. Kalau di tempat lain, kurang tahu juga, sih.
Semoga tulisan ini membantu teman-teman yang sedang merencanakan trip ke Singapura ya. Jika ada pertanyaan seputar trip kali ini, tulis di kolom komentar aja. Tunggu cerita soal perjalanan ke Singapura selanjutnya ya!
2 Comments
Mba nidyyyyyy, aku kangen ih ke sing lagi abis baca iniiii 😄😄. Kemarin ngikutin perjalanan kalian seruuuuu ... Udh lama aku ga jalan bertiga Ama temen2.
ReplyDeleteAku juga baca sih, kalo ke sing skr ini ada yg sedikit berubah, tapi ga terlalu susah untuk diikuti yaaa.
Kemarin itu aku sempet cari2 hotel di sing mba, kali aja ada yg cocok harganya. Udh sengaja cari di daerah Geylang yg dulu aku pernah inepin, hotel biasa yg ga terlalu mahal padahal . Aku suka stay di red district kayak Geylang Krn murah dan seru aja 🤣. Tapi kageeet dong pas cek harga tuh hotel, yg dulu kurang dari sejuta, masa jadi 3-4 juta permalam 😱😱😱. Mendingan aku nginep di Langham hotel jakarta 🤣🤣🤣.
Akhirnya skip dulu. Belum rezeki ke sing. Lagian tiketnya msh aduhai juga hahahha. Nunggu promo deh 😁. Pengen ajakin anak2 soalnya
Mantap kak pengalamannya nambah wawasan
ReplyDeletePlease notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!