Kalau ditanya adakah drama Korea yang sangat relate dengan kehidupan sehari-hari? Ada! Ini dia jawabannya. Setelah dua bulan tayang, akhirnya gue bisa menyelesaikan tontonan akhir pekan gue, yaitu My Liberation Notes. Salah satu yang menarik perhatian gue untuk menonton serial ini karena dibintangi oleh salah satu aktris favorit gue, Kim Ji Won. Tiap kali dia berperan dalam sebuah drama, pasti gue tonton. Dari awal drama ini tayang, nggak ada ekspektasi apapun. Resensinya saja nggak gue cek dulu. Ada yang sudah menonton drama ini juga?
My Liberation Notes
My Liberation Notes adalah salah satu serial drama Korea yang pada awal masa penayangannya nggak mendapat perhatian yang selayaknya mereka dapatkan. Banyak yang meremehkan drama ini. Gue pun sebagai penikmat drama Korea sempat merasa bahwa drama ini tuh alurnya lambat sekali, ditambah lagi drama ini tayang perdana pas awal bulan puasa tahun 2022. Jadi bawaannya semakin ngantuk. Namun karena tayang dua kali sepekan di hari Sabtu dan Minggu, drama ini jadi tontonan rutin gue tiap akhir pekan. Nggak disangka malah jadi salah satu drama underdog tahun 2022. Apalagi di masa penayangannya, ada drama-drama lain yang juga nggak kalah heboh.
Pertama kali lihat poster ini jadi teringat sama diri sendiri di dalam KRL :D |
Ratingnya pun sempat mengecewakan di awal penayangannya, tapi seiring berjalannya waktu, dari minggu ke minggu, drama ini mulai menunjukkan kehebatannya. Bahkan gue bisa bilang kalau My Liberation Notes ini jadi salah satu drama Korea favorit dan terbaik versi gue.
Ber-genre slice of life, yang menampilkan kehidupan sehari-hari dari tiga bersaudara, Yeom Gi Jeong, Yeom Chang Hee, dan Yeom Mi Jeong. Mereka bekerja di Seoul dan setiap harinya harus pulang-pergi ke rumahnya di Sanpo, yang berjarak cukup jauh dari Kota Seoul. Hm, warga Bodetabek, does it sound familiar, huh?
Karakter dan Permasalahan Hidupnya
Ketiga karakter ini punya permasalahan masing-masing. Yeom Gi Jeong, si anak tertua, si paling gampang marah, dia merasa hidupnya cuma habis di jalan sampai nggak bisa punya pacar. Terlebih di usianya yang sudah menginjak kepala 30-an, dia khawatir akan menghabiskan sisa hidupnya seorang diri, tanpa pasangan. Hingga bertekad akan memacari siapapun di musim dingin mendatang. Siapapun jadi dah, yang penting punya pacar. Gitu kali ya. :D
Yeom Chang Hee, anak kedua dan laki-laki satu-satunya, si paling nggak punya mimpi muluk-muluk, cuma ingin punya kehidupan normal kayak teman-temannya yang nggak bolak-balik Sanpo-Seoul, minimal punya mobil kayak temannya. Nggak dipandang rendah sama pacarnya, yang sudah jadi mantan di awal episode. Ya namanya anak laki-laki dan egonya ya, di umur segitu siapa sih yang nggak mau punya mobil sendiri, kerja sesuai passion pula. Sementara dia di kantor pun stres harus menghadapi rekan kerja yang gengges. Yah, secintanya kita sama pekerjaannya, pasti ada aja yang bikin nggak nyaman, apalagi kalau lingkungannya nggak mendukung, pasti nggak betah juga.
Yeom Mi Jeong, si anak bontot yang hidupnya paling lempeng, introvert yang paling jarang ngomong di antara kedua kakaknya. Selalu merasa kesepian dan ingin bebas dari kehidupannya yang super duper membosankan. Jam 7 pagi berangkat kerja, sore sudah sampai rumah, akhir pekan bantu kedua orangtuanya berladang. Begitu saja terus ritmenya sampai ia merasa bosan sekali dengan kehidupan yang ia jalani. Belum ditambah masalah hutang piutang sama mantan pacarnya yang kabur tanpa mau menyelesaikan hutangnya ke bank. Alhasil Mi Jeong yang harus melunasi hutang tersebut. Yeom Mi Jeong ingin sekali bisa terbebas dari sifat “yes boss” ke semua orang. Di kantor pun dia sering makan hati menghadapi bosnya yang selalu menekannya.
Sampai suatu ketika mereka kedatangan tetangga misterius, bernama Gu, yang akhirnya bekerja dengan bapaknya ketiga saudara ini. Membantu membuat wastafel dan sesekali ikut berladang juga. Bapaknya, Yeom Je Ho, sangat suka sekali dengan Gu. Bahkan perlakuannya lebih baik ketimbang dengan anak laki-lakinya, Chang Hee.
Sang ibu dari ketiga anak ini, hanyalah ibu rumah tangga, yang sering sekali mengeluh lelah, nggak pernah ada libur. Bukankah ini adalah suara hati semua ibu rumah tangga di seluruh dunia? Mereka mana pernah mengenal hari libur. Dari pagi sampai ketemu pagi lagi, yang dikerjakan hanyalah pekerjaan rumah dan mengurus keluarganya.
Jujur, kalau dilihat dari background keluarganya, gue seperti melihat refleksi keluarga gue. Kebetulan gue anak pertama, punya dua adik, yang di tengah laki-laki, dan yang bungsu perempan. Sama-sama capek bolak-balik kerja Bogor-Jakarta tiap hari. Jadi nonton drama ini tuh kayak berkaca. T.T
Kalau kata orang-orang, drama ini sangat persis dengan realita, ya memang benar adanya. Setidaknya realita hidup gue. :D
Konflik yang dihadirkan oleh penulis, sungguh dekat dengan kehidupan sehari-hari. Gue yakin bukan cuma gue yang merasa seperti itu saat menonton drama ini.
Ayahnya yang sepanjang drama ini tayang, bisa dihitung pakai jari jumlah dialog yang dia katakan, merupakan sosok ayah yang bertanggung jawab dengan caranya sendiri, tapi sampai sekarang pun gue bingung love language-nya apa. Dibilang act of service, tapi ya nggak sebegitunya juga. Apalagi word of affirmation! Boro-boro ngomong sayang ke anak istrinya, ngomong mau nambah lauk di piringnya aja nggak pernah. Hanya memberi isyarat ke istrinya saja kalau mau nambah porsi makan. :))
Banyak di luar sana yang seperti Yeom Je Ho. Nggak tahu bagaimana harus mengurus keluarganya, yang dia tahu hanya bagaimana cara mencari nafkah agar kebutuhan anak-anaknya terpenuhi. Padahal keluarga di rumah nggak hanya butuh itu saja.
Gue pernah baca bacaan parenting, kalau mau anak-anak kita bisa perhatian di masa tua kita nanti, ajaklah mereka ngobrol. Pas gue tonton drama ini dan lihat kehidupan mereka di rumah, ya nggak heran ketiga bersaudara ini kalau ketemu di jalan saja bisa nggak saling tegur. Saking nggak pernah dibiasakan ngobrol dari kecil.
Kehadiran Gu di tengah keluarga Yeom ini juga jadi bumbu drama. Mi Jeong melihat sosok Gu sebagai manusia yang sama sepertinya, nyaris kehilangan semangat hidup. Akhirnya dia nekat ngajak si Gu untuk saling “memuja”. Kata memuja di sini pun bagi gue terkesan janggal. Jarang banget orang pakai kata memuja untuk memulai hubungan romantis. Bukan jarang lagi, sih. Kayaknya cuma Mi Jeong doank yang pakai kata itu. :))
Sementara Mr. Gu sendiri punya masa lalu kelam yang ditinggalkan di Seoul, sampai terdampar di Sanpo dan memilih hidup sederhana. Akankah masa lalunya ini mengganggu hidup barunya di Sanpo? Hm, ya tonton lah. :p
Pesan Moral dari My Liberation Notes
Bukan drama slice of life namanya kalau nggak ada pesan moralnya. Semua dialog yang diucapkan Yeom Mi Jeong dan Yeom Chang Hee, bahkan ketika mereka masing-masing sedang bermonolog pun, seakan yang dilontarkan itu seperti “quotes of the day”. Semuanya bisa dikutip dan dijadikan pesan buat kita yang menonton. :)
Dailognya ditulis dengan sangat indah oleh Park Hae Young, yang juga menulis My Mister dan Another Miss Oh. Ada beberapa dialog yang bikin kita mengernyitkan dahi, “Hah? Maksudnya gimana sih ini?” Memang nggak mudah dipahami, tapi kalau kita tonton sekali lagi, seperti memecahkan kepingan puzzle. Setelah memahaminya, barulah gue sadar, “Gila, bagus banget ini scriptnya.”
Ada beberapa kutipan dari dialog yang mengena di gue.
“Mengakhiri semuanya dengan indah? Jangan membuatku tertawa. Tidak ada perpisahan yang indah.” - Yeom Chang Hee
Bagi mereka yang pernah melalui 'perpisahan baik-baik' sesungguhnya nggak pernah melewati proses apa yang dikatakan perpisahan baik-baik, apalagi indah. Nggak ada itu, gaes! Pasti tetap melewati fase sedih, kecewa, baru menerima keadaan. #CieKorban
“Kenapa aku harus merasa kasihan padamu ketika aku seharusnya mengasihini diriku sendiri?” - Yeom Gi Jeong.
Kadang kita lupa yang harus dikasihani terlebih dahulu itu ya kita. Orang mungkin akan menganggap kita egois, tapi orang lain kan nggak tahu detail kehidupan yang harus kita lalui seperti apa. Hanya kita yang tahu apa yang kita lalui, jadi sebelum mengasihani orang lain, lihatlah dulu diri kita seperti apa diperlakukan oleh orang lain.
“Hidup adalah serangkaian hal yang memalukan. Hidup sudah memalukan sejak kau lahir. Kau lahir telanjang.” - Yeom Chang Hee.
Awalnya gue sempat mikir dulu maksud kalimat si Chang Hee ini gimana. Memang nggak bisa langsung dipahami. Banyak orang yang terpaksa melakukan hal yang dianggap memalukan demi bertahan hidup. Nggak apa-apa banget! Kadang kita memang terpaksa harus melalui itu semua, toh dari lahir pun kita sudah memalukan. Jangan terlalu dibesar-besarkan, nggak semua orang harus melalui perjuangan yang sama.
“Aku tidak amat sengsara, tapi aku juga tidak bahagia.” - Yeom Mi Jeong
Hidup
yang dilalui Yeom Mi Jeong mungkin akan relate ke hidup kita.
Dibilang sedih, nggak. Dibilang bahagia juga biasa-biasa aja. Nggak
seperti saat melihat kehidupan orang yang tampak luar kelihatan
bahagia, meskipun di dalamnya kita pun nggak tahu apa yang sedang
mereka alami.
So, kalau kalian sedang butuh tontonan yang nggak begitu berat dan nggak terburu-buru untuk menikmati setiap episodenya, mungkin My Liberation Notes inilah yang kalian butuhkan.
Drama Korea yang satu ini bisa ditonton bersama keluarga. Tenang saja, adegan kiss-nya pun diambil pakai drone kok. Aman. :))
Selamat menonton.
0 Comments
Please notice: Subscribe to my blog before you leave a comment. Any active link on comment will be automatically deleted. Thank you for reading!